Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dear Diary: Salam Tempel dan Doa

9 Mei 2021   13:39 Diperbarui: 9 Mei 2021   13:50 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi salam Tempel. Ilustrasi:inibaru.id

Sebentar lagi hari Idul Fitri datang, diary. Aku harus menyiapkan beberapa lembar uang yang akan aku bagikan kepada anak-anakku, keponakan dan beberapa anak yang mungkin nanti akan berkunjung ke rumah. Sebelum masa Pandemi Covid 19, aku menyiapkan amplop yang agak banyak karena keponakan ku cukup banyak di desa. Sudah dua tahun ini, kami merayakan lebaran di rumah saja dan tidak bisa mudik saat lebaran.

Saat yang paling ditunggu-tunggu adalah saat pembagian salam tempel saat perayaan Idul Fitri. Pembagian salam tempel ini sudah menjadi tradisi bagi keluarga muslim yang memiliki kemampuan. Pembagian salam tempel yang dilakukan setiap perayaan Idul Fitri ini menjadi bentuk kasih sayang yang diberikan kepada anak-anak yang masih kecil. Anak zaman now sering menyebutnya dengan angpao(padahal angpao itu tradisi yang dilakukan oleh penduduk etnis China saat Imlek).

Bentuk salam tempel sendiri sudah beragam sekarang. Ada yang memberikan salam tempel itu berupa benda: Hp, perhiasan,tas dan sebagainya. Pergeseran makna salam tempel sudah terjadi khususnya bagi remaja milenial sekarang ini.

Diary, bagi-bagi uang atau lebih dikenal salam tempel di keluarga kami ini sudah berjalan lama. Hampir setiap tahun tradisi ini dilakukan. Bagi anggota keluarga yang sudah bekerja dan mampu akan menyiapkan salam tempel bagi anak-anak. Jumlahnya tergantung pada kemampuan masing-masing. Uang yang akan dipakai untuk salam tempel pastinya uang baru sehingga jauh-jauh hari saya sudah menukarkan uang baru ke bank langganan saya. Dan biasanya harus memesan terlebih dahulu kepada CS uang baru yang akan dipakai buat salam tempel. 

Rasa bahagia yang dirasakan tak bisa dinilai dengan harta saat melihat anak-anak, keponakan bahagia. Selanjutnya mereka akan membandingkan jumlah uang yang mereka dapatkan. Lalu mereka akan membuat rencana uang yang mereka dapatkan itu akan diapakan: ditabung, dibelikan mainan atau dibelikan makanan.

Bagi mereka yang puasa Ramadhannya tidak bolong-bolong, pasti akan menerima tambahan salam tempel lagi sebagai hadiah dari perjuangan mereka selama bulan Ramadhan. Hal itu dilakukan agar anak-anak memiliki semangat untuk berpuasa penuh selama satu bulan. Metode inimemang sangat jitu untuk menyemangati anak-anak puasa.

Diary kebahagiaan itu  aku rasakan juga dahulu. Saat usia ku lima sampai delapan tahun, aku masih bisa menerima salam tempel dari kedua orang tua , paman, dan bibi ku. Mereka selalu berpesan saat menyerahkan salam tempel itu,"Kamu tabung ya uangnya. Jangan boros." Selalu kata-kata itu yang mereka sampaikan.

Saat lebaran  itu memang merupakan momen yang saya tunggu. Pada saat hari Raya Idul Fitri itu  saya bisa mengumpulkan uang yang banyak. Kemudian uang itu akan saya simpan di celengan plastik yang sudah dibelikan mama. Walaupun pada akhirnya celengan itu akan saya tengok setiap hari. Saya memang selalu diajarkan untuk berhemat dan selalu diajarkan untuk menabung. Hal itu pula yang saya katakan pada anak-anak dan keponakan agar mereka belajar berhemat.

Momen menerima salam tempel itu tidak lama. Saat usia 9 tahun,mama meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Kami harus tinggal di rumah nenek bersama-sama dengan sepupu yang lain. Kebiasaan salam tempel itu tidak lagi saya rasakan. Jangankan untuk memberi salam tempel, untuk membiayai kebutuhan sehari-hari saja masih sulit.

Sejak saat itu saya hanya bisa melihat kebahagiaan dari teman-teman yang masih menerima salam tempel dari orang tua dan sanak keluarha mereka. Saya dan saudara-saudara sepupu saya sudah tidak menerima salam tempel itu namun kami tetap bahagia. Setiap lebaran nenek masih bisa menyiapkan makanan khas lebaran: ketupat, opor ayam dan sambel goreng. Itu saja sudah cukup buat kami. Perjuangan nenek merawat dan membesarkan sembilan cucunya sudah membuat kami beryukur dan bahagia.

Setelah selesai shalat Idul Fitri, kami selalu mengadakan sungkeman kepada nenek secara bergiliran. Sambil sungkeman, nenek melafalkan doa-doanya untk kami. Rangkaian doa yang sama setiap cucunya selalu dipanjatkan. Buat kami doa-doa nenek itulah yang menjadi salam tempel yang paling berharga buat saya dan semua saudara. Salam tempel yang tiada ternilai harganya yang kelak akan membuka jalan bagi kesuksesan kami semua. Doa-doa nenek yang telah mengantarkan kami menuju jenjang kesuksesan seperti sekarang ini. 

Dan alhamdulillah kebiasaan salam tempel ini bisa saya lanjutkan. Berbagi kebahagiaan itu lebih indah dari hal apa pun. Bukan materi dan nilai salam tempelnya yang utama tapi kasih sayang yang diberikan itulah yang paling penting.

Selamat Hari Raya Raya Idul Fitri 1442H dari kami sekeluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun