Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjuangan Ekstra untuk Putriku

20 Maret 2021   19:00 Diperbarui: 20 Maret 2021   19:26 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun aku harus bangkit. Aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Aku tidak boleh menyesali takdir yang sudah Tuhan berikan kepadaku. Anakku adalah titipan Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga. Anakku pula yang kelak akan menunjukkan jalan kami menuju surgaNya.

Saat itu aku sadar,Ma. Aku harus bangkit. Aku ajak suamiku untuk berdiskusi dan menentukan tindakan yang harus kami lakukan. Karena kekompakan dan kekuatan kami adalah modal utama dalam menghadapi setiap masalah.

 Langkah pertama   kami   adalah menerima dengan ikhlas semua keadaan anakku. Hal itulah yang akan membuat hati kami kuat dan mampu menepis setiap pandangan negatif dari lingkungan sekitar.

Setelah itu kami membelikan alat bantu mendengar buat Alia ,Ma. Bisa Mama bayangkan anak usia dua tahun harus menggunakan alat bantu mendengar. Saat itu dia selalu melepaskan alat bantu mendengar dan melemparkannya jauh. Aku selalu menangkap alat itu agar tidak jatuh. Jika alat itu jatuh pasti akan rusak sementara harga alat itu cukup mahal untuk ukuran kami. Butuh waktu  satu tahun untuk membiasakannya menggunakan alat bantu tersebut.

Setelah  itu   aku mendaftarkan anakku ke tempat terapi wicara. Betapa miris hatiku saat melihat pertama kali dia berada di ruang terapi. Dia menangis sepanjang sesi latihan. Aku tidak boleh masuk atau melihat dari jendela karena dia pasti meminta keluar. Tiga bulan pertama hal itu terus terjadi.

Ma, aku mengikutkan anakku terapi seminggu dua kali. Aku harus bisa membagi waktu antara tugasku mengajar dan tugasku membawanya terapi. Alhamdulillah, teman-temanku mendukung, Ma. Mereka tidak protes jika aku harus terpaksa pulang duluan untuk membawanya  terapi.

  Diam-diam aku memperhatikan bagaimana cara para terapis itu melatih Alia . Kemudian aku menerapkannya di rumah. Aku membuat media pembelajaran buatnya dari berbagai benda. Ada yang aku buat sendiri dan ada yang aku beli. Aku lakukan dengan cara bermain saat aku mengajarkan satu konsep kata.

Setiap detik saat aku bersama anakku, aku jadikan waktu untuk belajar.Sementara suamiku hanya sesekali menemani belajar   karena harus mencari uang.  Alhamdulillah anakku menunjukkan progress yang cepat. Kosa katanya semakin bertambah.

 Para terapisnya pun kagum akan perkembangan bicaranya. Ya, aku memang bertekad untuk melatih   berbicara sendiri. Aku yakin dia akan tumbuh menjadi anak normal karena motorik dan kognitifnya pun normal.

Selain mengikuti terapi,   aku memasukan dia ke Paud di komplek rumahku. Saat itu usianya 3 tahun.Tujuannya agar perkembangan sosialnya ikut berkembang. Aku bahagia karena anakku tumbuh menjadi anak yang percaya diri, Ma.

Saat usia Alia  lima tahun setengah, dia sudah mogok terapi. Saat itu dia sudah pandai berbicara meskipun harus pelan-pelan. Aku dan suamiku memutuskan untuk menghentikan terapinya. Kami berencana untuk memasukannya ke TK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun