Mohon tunggu...
Nina Andy
Nina Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - pemerhati dan menulis yang menarik hati

wiraswasta perpajakan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peacemaker, Stricker, Man Who Needs Help and People Who Dare to Group, Jokowi, Putin, Zelensky and Outsider, Can This War End?

18 Juli 2022   10:00 Diperbarui: 18 Juli 2022   10:08 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:/youtube kompas tv

Dimulainya perang  

Seperti sedang melihat permainan PS-Play Station, padahal itu nyata apalagi pada saat melihat rudal Iskander ditembakkan berkali-kali, cukup miris... seperti tidak percaya...apakah ini permainan game play station ataukah sungguh terjadi...cukup mengerikan.

Perang Rusia melawan Ukraina yang dimulai 24 Februari 2022 hingga saat ini masih belum berakhir, hampir 5 bulan dan dampaknya sudah banyak negara-negara yang terimbas akibat perang tersebut. Dalam kunjungan misi perdamaian yang telah dilakukan pak Jokowi ke Ukraina dan Rusia mekipun belum membuahkan hasil bahwa perang akan berhenti, sambutan yang telah diberikan oleh kedua kepala negara tersebut cukup baik, bersahabat, saling menghargai dan mereka senang dikunjungi oleh Presiden Jokowi yang merupakan kunjungan pertama Bapak Jokowi sebagai Presiden baik ke Rusia maupun Ukraina.

Misi Yang dibawa 

Ada yang cukup menarik pada pertemuan dengan Presiden Putin, saat Bapak Jokowi menyampaikan sambutannya, yaitu selain membawa misi kerjasama antara Rusia dengan Indonesia dibidang Investasi, Perdagangan dan Tourisme, ditekankan bahwa Indonesia tidak mempunyai kepentingan apapun kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai dan rantai pasok makanan, pupuk dan energi segera dapat diperbaiki.                                                            

Dari gesturnya, Presiden Putin seakan ingin mengatakan,"Perang ini adalah urusan negaraku" itu bisa dilihat dari mata Putin yang menerawang melihat keatas seperti ada yang dipikirkan dimana hingga saat inipun Rusia masih melancarkan serangannya. Karena sudah jelas bagi Putin, salah satu syarat perang dapat diakhiri adalah Ukraina meletakkan senjatanya. 

Dalam pidato sambutan Presiden Putin yang dikutip dari kompas tv,  mengingatkan jasa Rusia pernah membantu dan membangun negara Indonesia yang saling menguntungkan dan terus berkembang atas dasar tradisi persahabatan di awal kemerdekaan dahulu pada saat Rusia masih bernama Uni Sovyet, ini sepertinya Putin juga ingin mengingatkan dan mengcounter pernyataan dari Duta besar Ukraina untuk Indonesia, Mr.Vasyl Hamianin bahwa bangsa Ukraina mendukung upaya kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dimana pada saat itu Ukraina masih bernama Republik Sovyet Sosialis Ukraina.

Sebutan/ Julukan                                                                                                                                                                                                                                                   Rusia sebagai Stricker dengan Presidennya yang sudah mengenyam banyak asam garam, senior, ahli dalam strategi berperang dengan berbagai pengalaman perangnya juga sebagai bangsa kuat yang suka berperang dan penakluk, tentunya tidak mudah untuk meletakkan senjata mengakhiri perang apalagi jika terusik dengan kondisi warganya entah itu masalah Genosida, NeoNazisme atau terancam keberadaannya dengan bergabungnya Ukraina ke negara Nato, dimana Amerika akan membangun pangkalan militernya di Eropa Timur, dekat wilayah Rusia.

Ukraina sebagai Man who needs help, dengan Presidennya yang masih tergolong muda usia saat ini 44 tahun dengan latar belakang pendidikan ilmu hukum, juga seorang actor,  dibandingkan dengan Putin tentunya strategi pengalaman perangnya sangat jauh, dimana pada saat awal perang dia selalu meminta bantuan untuk dikirim senjata kepada negara-negara Nato dan Uni Eropa. Yang pada akhirnya menyeret negara-negara yang membantu menjadi terpengaruh dan terprovokasi.

Outsider, dengan para pemimpin yang berkelompok, sehingga terprovokasi dan terseret dalam kancah pertikaian, tidak berpikir jauh kedepan, tidak memperhitungkan dampak bagi masyarakat dunia hingga dapat menjadi boomerang bagi dirinya, terus saja menjatuhkan sanksi, melakukan perang media, say war, mengejek dengan candaannya yang sebetulnya kurang pantas diutarakan bagi pemimpin sekelas dunia dan menyerang personality pada saat pertemuan negara-negara G7. Dengan adanya media sosial di era digital ini, membuat kita semakin tahu apa saja yang sudah dilakukan, pernyataan-pernyataan mereka yang terkadang tidak konsisten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun