Mohon tunggu...
Nina Andy
Nina Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - pemerhati dan menulis yang menarik hati

wiraswasta perpajakan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lidah Memang Tidak Bertulang Semaunyakah?

13 Oktober 2018   11:20 Diperbarui: 13 Oktober 2018   12:47 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita terhangat saat ini, berita terheboh saat ini, berita sensasional saat ini...

Keprihatinan, kesedihan terjadinya baik gempa maupun tsunami, rasa empati dan duka yang mendalam untuk saudara-saudara kita yang tertimpa bencana alam di Sulawesi Tengah, di Lombok, di Sumatera barat, di Situbondo, di Sumenep..... kita doakan saudara-saudara kita diberi kekuatan oleh Tuhan, bangkit kembali dan mempunyai semangat untuk menapaki masa yang akan datang.

Masih ada beberapa dari kita, saudara kita yang lain yang masih saja berkutat dengan hal-hal yang kurang pantas untuk dilakukan dalam situasi dan kondisi bangsa sedang berduka. Apalagi kalau bukan berita "Hoax"  terkini yang sedang heboh, membuat kita semua terhenyak, tidak habis berpikir kebohongan seorang ibu di media sosial dengan inisial RS, sungguh memprihatinkan dan jika itu semua dianggap sebagai kekhilafan, sudah selayaknya kita semua memaafkannya.

Seorang ibu mempunyai peranan sebagai penolong, pendidik di rumah/ keluarga, jika sampai bisa melakukan hal seperti itu, dimanakah letak keteladanan dan peranan ibu.  Terlepas apapun profesinya, tetap saja kembali kepada kodrat  seorang wanita.

Jika ingin turut berperan serta, berkontribusi dan berjuang untuk bangsa dan negara, kita bisa mengambil contoh keteladanan para pejuang/ pahlawan-pahlawan  wanita Indonesia dimasa lalu, misalnya Ibu Kartini memperjuangkan deskriminasi pendidikan antara wanita dan pria, Cut Nyak Dhien berjuang melawan penjajah, serta beberapa pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya yang dapat kita temukan dalam sejarah nasional Indonesia.

Jaman sudah berubah, saat ini sebetulnya sudah lahir Kartini-Kartini maupun Cut Nyak Dhien-Cut Nyak Dhien masa kini. Bangsa Indonesia harus mengakuinya dan menganugerahkan gelar kepahlawanan kepada mereka karena prestasinya yang sudah diakui oleh dunia saat ini, mereka adalah antara lain, Ibu Sri Mulyani sebagai menkeu, Ibu Tri Risma Harini sebagai walikota Surabaya mereka semua dengan prestasi dunia, apa yang beliau-beliau lakukan sudah berdampak positif dan memberi kontribusi yang sangat berguna baik bagi bangsa dan Negara tercinta kita maupun negara-negara dunia lainnya.

Jika saat ini para wanita belum bisa berprestasi sehebat seperti beliau-beliau, minimal berprestasilah dalam lingkup terkecil, yaitu keluarga. Berjuanglah dan didiklah putra putri kita trampil, cerdas, berdaya juang tinggi, bermental kuat, berpribadi santun dan berhati luhur, jangan mendidik mereka menjadi monster atau penipu/ pembohong atau penyebar hoax untuk  mendapat hasil yang serba instan dengan menghalalkan segala cara. Hal-hal seperti itu yang tampaknya sederhana, bisa dikatakan berjuang untuk memberikan dampak yang baik bagi generasi yang akan datang, anak cucu kita kelak.

Saat ini alasan apapun, dalih apapun, tidak bisakah kita mengedepankan kepentingan bangsa yang lebih besar, memulihkan terlebih dahulu kehidupan saudara-saudara kita di belahan pulau yang lain, yang sangat membutuhkan uluran tangan, bantuan, support baik moril maupun materiil. Paling tidak tunggulah barang satu dua bulan, setelah itu bagi yang mau berkampanye atau apapun silakan. Manfaatkan media elektronik sebaik-baiknya dengan penuh "tanggung jawab dan bermartabat"

Haruskah kita sebagai masyarakat jelata menelan mentah-mentah semua berita yang telah "tersaji" di media sosial yang lagi marak ini. Tidak semua masyarakat kita mempunyai kapasitas yang sama, baik secara intelektualitas, mentalitas maupun sprititual. 

Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang tinggal di pelosok-pelosok, di desa-desa terpencil, karena kemajuan teknologi digital yang sudah menyerbu sampai kesana, bisa memiliki dan memanfaatkan teknologi tersebut dengan alat komunikasi berupa HP. 

Apakah mereka dapat mengerti dan mencerna dengan benar arti dari "hoax". Bisakah mereka membedakan mana yang fakta, mana yang fitnah. Karena pada kenyataannya semua pada dibolak balik seperti kalimat "Ditanggung tidak luntur"  menjadi "Luntur tidak ditanggung".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun