Mohon tunggu...
Deni Purnomo
Deni Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Abal-abal

Seorang pekerja yang berusaha menjadi mahasiswa disalah satu Universitas swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pemilihan Umum 2019: Donald Trump di Indonesia?

19 April 2019   11:21 Diperbarui: 19 April 2019   13:40 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Kompasiana

Hastag #INAelectionObserverSOS sedang menjadi trending topik di beberapa platform sosial media. Alasannya adalah karena situs KPU telah diserang siber (asumsi dari video) yang membuat hasil pemilu 2019 berubah, tidak sesuai hasil nyatanya. 

Padahal pengamat keamanan siber dan peneliti Drone Emprit Ismail Fahmi, yang dikutip dari m.cnnindonesia.com, mengatakan, "Video petarealtime serangan siber bukan mengindikasikan server milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) diretas."

Akan tetapi, hal tersebut oleh sebagian netizen yang menyebarkan hastag tersebut juga diartikan sebagai bentuk protes bahwa ada kecurangan pada data KPU tersebut.

Di sisi lain, 21 kepala negara sahabat telah mengucapkan selamat kepada Jokowi, termasuk kepala negara Turki, Erdogan.
Dari mana mereka melihat data suara pemilihan tersebut? Dari mana lagi kalau bukan dari beberapa sumber quick count yang tersiarkan. Mereka mempercayai sisi ilmiah dari alat penghitung cepat tersebut. Meskipun mereka tahu juga, bahwa KPU belum mengumumkan hasil resminya.

Sedangkan Prabowo dalam beberapa video yang tersebar dan siaran langsung di stasiun TV telah mengadakan siaran pers bahwa dia telah menjadi presiden Indonesia dan kembali melakukan kajadian sama seperti tahun 2014 ketika ia mencalonkan diri sebagai capres dan lawannya Jokowi; yaitu sujud syukur, katanya. 

Dari mana data yang ia dapat dan dibilang kuat? Yaitu dari hasil yang masuk kepada lembaga survei internalnya. Di lain siaran, Jokowi hanya mengatakan bahwa dia tetap menunggu hasil resmi dari KPU, walaupun pada quick count ia telah unggul daripada lawannya.

Mari kita melihat sejarah dahulu, yang terjadi di dalam negara yang dijuluki Negara Paman Sam dan dinamakan sebagai Negara Super Power seperti dalam lagu anak-anak tahun 90-an, yaitu Amerika Serikat. 

William Jennings Bryan adalah calon presiden Amerika Serikat tahun 1896 yang selalu dikenang. Dia bukanlah calon presiden yang menang, tapi dia adalah yang kalah. Mengapa ia paling dikenang?

Karena sikap negarawannya, sebagai yang pertama meletakan tradisi ucapan pengakuan kekalahan dengan secara langsung menghubungi pemenang. Sikap tersebut kemudian diikuti oleh Al Smith, yang kalah dari Herbert Hoover pada tahun 1928.

Namun, ketika muncul tokoh Donald Trump sebagai calon presiden dengan lawannya Hillary Clinton. Trump pernah mengatakan bahwa jika dia kalah, dia mungkin tidak akan menerima hasil pemilihan dan tidak akan menyerah ke Hillary Clinton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun