Mohon tunggu...
NIMAS ADE DYAH RATNASARI
NIMAS ADE DYAH RATNASARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

an ordinary girl

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belum Terlambat untuk Sadar

21 September 2022   17:35 Diperbarui: 21 September 2022   17:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apa sih macam perbuatan baik itu? Berbicara tentang perbuatan baik, sebenarnya ada begitu banyak macam perbuatan baik. Jika disebutkan satu per satu, maka akan menjadi cerita yang panjang. 

Membuat teman tersenyum, memindahkan batu yang mulanya ada di tengah jalan ke tepi jalan, menemani teman di saat ia kesusahan, membantu orang tua, dan masih banyak hal lain yang bisa disebut sebagai perbuatan baik. Namun, cerita kali ini akan berbeda dengan yang biasanya. Hal remeh yang ternyata besar dampaknya jika dirasakan dengan baik.

Ada banyak orang yang mengatakan "kita harus menyayangi orang tua kita," memang benar begitu dan wajib dilakukan oleh seluruh golongan yang disebut anak, tetapi apa kabar dengan "menyayangi saudara"? Iya, cerita kali ini tentang bagaimana menyadari bahwa saudara juga perlu disayang. 

Awalnya, terpikir bahwa memiliki saudara adalah hal yang menyenangkan. Punya teman bermain di rumah yang tidak akan ada kalimat "Ayo, pulang! Sudah malam, mainnya besok lagi." karena sama-sama tinggal satu rumah. 

Menemukan tempat bercerita yang mungkin masih bisa merasa 'sama' karena sama-sama menjadi anak. Namun, kenyataannya tidak. Jail yang hampir setiap hari dilakukan dan tidak akan pernah puas jika belum membuat sang adik menangis. Serta hal-hal menyebalkan lainnya yang tidak pernah absen untuk dilakukan.

Sampai suatu hari, ketika nasib buruk menimpanya. Ketika suara yang ada di seberang telepon adalah suara orang asing. Ketika kalimat "Mas kecelakaan, dek."-lah yang terlontar dari orang asing tersebut. Iya, berawal dari kejadian itu, semuanya berubah. Hal yang tidak pernah dilakukan, menjadi hal rutin yang setiap hari dilakukan. 

Membantunya mengganti perban, membantunya berjalan, dan sekadar menyiapkan makan dan obatnya. Singkatnya adalah merawatnya ketika sakit. Tak pernah terpikir jika nasib buruk akan menimpanya. 

Selalu terpikir bahwa semua akan baik-baik saja. Maka, tak pernah terpikir pula akan kehilangan dia. Namun, ketika nasib buruk itu datang, semua menjadi mungkin. Mungkin saja tidak akan pernah melihatnya lagi. Mungkin saja tidak akan pernah mendengar suara tawanya lagi. Dan segala hal mungkin yang benar-benar tak pernah terbesit di kepala.

Ketika ia diharuskan untuk kembali ke kota, di mana ia bekerja, satu pernyataan muncul di kepala. "Ternyata, sesayang ini sama dia." Rasa takut akan kehilangan menjadi besar. Rasa ingin melihatnya terus baik-baik saja menjadi nomor satu di kepala. Karena hanya dia yang dipunya. 

Teringat tuturan dari kepala keluarga, "Adek sama Mas harus selalu akur ya. Nggak boleh berantem. Harus saling sayang. Karena ketika nanti ayah dan ibu nggak ada, Adek hanya punya Mas sebagai keluarga kandung. Begitu pula, Mas, hanya punya Adek sebagai keluarga kandung. Jadi, kalian harus saling sayang, ya." Sebelum nasib buruk itu datang, kalimat dari kepala keluarga selalu tersanggah. "Nggak mau. Aku nggak mau punya Mas kayak dia. Dia nyebelin, Yah. Suka nakal lo." Namun, ketika nasib buruk itu datang, rasanya ingin sekali menarik kembali kalimat yang sebelumnya terlontarkan. Karena memang benar, hanya dia yang dipunya.

Memang benar menyayangi orang tua itu wajib, tetapi perlu juga untuk menyayangi saudara. Karena mau bagaimana pun bentuk, sikap, dan perlakuannya, dia tetaplah keluarga. Manusia tidak bisa terlepas dari manusia lain, terlebih keluarga. Seburuk apapun sikap dan perlakuannya, mereka tetaplah keluarga. Menyayangi sesama manusia, memanusiakan manusia, dan hidup berdampingan dengan baik dengan manusia lain adalah kewajiban setiap manusia di dunia. Karena hakikatnya manusia tidak bisa hidup sendiri dan tanpa bantuan dari manusia lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun