Mohon tunggu...
Nimah Khoirun
Nimah Khoirun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pecinta busana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pergaulan Bebas pada Remaja

1 April 2020   15:41 Diperbarui: 1 April 2020   15:37 1704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Khoirun Ni'mah
            (1903016185)

 
Pengaruh Pergaulan Menjadi Faktor Belajar
Belajar merupakan jalan menuju sukses. Dengan belajar, seseorang dapat mengetahui banyak hal. Dalam hal ini, Islam pun amat menekankan tentang belajar. Tujuan belajar dalam islam bukan mencari rezeki didunia semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna. Perilaku pergaulan bebas dewasa ini sangat populer dikalangan remaja. Perilaku pergaulan bebas tersebut merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang sering terjadi dilingkungan masyarakat, karena perilaku pergaulan bebas ini dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Perilaku pergaulan bebas sering terjadi pada usia remaja, dimana remaja sedang sibuk mencari identitas diri. Fenomana penyimpangan tersebut masih banyak terjadi dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan kondisi tersebut, muncullah beberapa masalah, diantaranya banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masalah pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Adapun solusi yang dapat memecahkan fenomena tersebut yaitu: memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis, menjaga keseimbangan pola hidup, jujur pada diri sendiri, memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain, perlunya remaja berpikir untuk masa depan. Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Karena itu, perlu diketahui seluk-beluk belajar, terutama bagaimana caranya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor yang mempengaruhi belajar ada 2, yaitu internal dan eksternal. Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
A. Internal
1. Psikologis, meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor
2. Fisiologis, meliputi jasmani, dan panca indra
B. Eksternal
1. Instrumental, meliputi sarana dan pra sarana dalam pembelajaran
2. Lingkungan, meliputi fisik dan sosial
Adapun konsep mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut para ilmuwan sebagai berikut :
1. Menurut  Syah (2004:144), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a). Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni kondisi jasmani dan rohani siswa.
b). Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c). Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
2. Ngalim Purwanto (2004:102) dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan:
a). Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri, atau yang kita sebut dengan faktor individual. Yang termasuk faktor individual antara lain faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b). Faktor yang ada diluar individu atau yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga (rumah tangga), guru dan cara mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini, seorang guru yang berkompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka. Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya pencapaian hasil belajar.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya, dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Pengertian pacaran dalam era globalisasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran di masa dulu.
Akibatnya, pada zaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Solusi-solusi untuk masalah pergaulan bebas tersebut adalah sebagai berikut:
 Memperbaiki Cara Pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam "kenyataan", maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
Menjaga Keseimbangan Pola Hidup, Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat. Misalnya mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
Jujur Pada Diri Sendiri, Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat dihindari, Jadi dengan ini remaja tidak menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.
Memperbaiki Cara Berkomunikasi Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain, sehingga terbina hubungan baik dengan masyarakat, guru atau teman untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekeliling kita, di sekolah, rumah maupun lingkungan sekitar.
Perlunya Remaja Berpikir Untuk Masa Depan,  Jarangnya remaja memikirkan masa depan. Seandainya tiap remaja mampu menanamkan pertanyaan "Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang lebih baik?" kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri para remaja. Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang dan akan berkurangnya jumlah remaja yang terkena HIV & AIDS nantinya
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi ke dalam dua faktor yaitu:
Faktor internal, antara lain: kondisi jasmani dan rohani siswa, kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, minat, latihan dan kebiasaan belajar, motivasi pribadi dan konsep diri.
Faktor eksternal, antara lain: pendekatan belajar, kondisi keluarga, guru dan cara mengajarnya, kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Usia remaja adalah anak yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun. Tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya, maka dari itu remaja sering melakukan atau mencoba banyak hal walaupun terdapat  banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya.  Pada usia remaja pastinya sering mendengar hal yang bernama pacaran. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran di masa dulu. Pada era globalisasi atau milenial ini pacaran yang dipikirkan hanya bersenang-senang kesana kemari. Dan sering juga terjerumus ke dalam pergaulan bebas seperti minuman keras, narkoba, dan seks bebas.
Akibatnya, banyak remaja yang putus sekolah salah satunya  karena hamil diluar nikah. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Agar benar-benar mengetahui hal yang benar dan salah. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan dan begitu juga sebaliknya. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya. Karena sering banyak terpengaruh pada nafsu semata.
Solusi-solusi untuk masalah pergaulan bebas tersebut adalah sebagai berikut:
Sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
Menjaga Keseimbangan Pola Hidup seperti  mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
Jujur pada diri sendiri yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini remaja tidak menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.
Menjalin komunikasi dengan baik kepada di sekeliling kita, sehingga terbina hubungan baik dengan masyarakat, guru atau teman untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif.
Perlunya remaja berpikir untuk masa depan, jadi pasti akan bertindak positif untuk kemajuan diri.  Dengan itu  remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal negatif.

DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin.2004.Psikologi Belajar.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Purwanto, Ngalim.2004.Psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Ahmad Syarifuddin .2018. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Filsafat Indonesian. Bandung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun