Mohon tunggu...
Ni'ma Nurmagfirah K
Ni'ma Nurmagfirah K Mohon Tunggu... -

A graduate from Pharmacy Program of Alauddin State Islamic University, who continue her journey to Apothecary Profession Program in Hasanuddin University.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sedatif; Antara Tertidur dan Tidur Selamanya

17 April 2016   10:30 Diperbarui: 5 Desember 2016   01:25 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian kokain yang dikonsumsinya sendiri tidak berinteraksi dengan obat lainnya ataupun dengan alkohol namun dapat memberi efek simpatomemetik sentral dan perifer daya kerja stimulasinya terhadap SSP (cortex) dan menimbulkan beberapa gejala seperti gelisah, ketegangan, konfulasi, eufori, dan meningkatkan kapasitas dan tenaga sehingga tahan lama untuk bekerja karena kehilagan perasaan lelah.

Kokain atau benzolimetilekgoni didapatkan dari daunErythroxylon coca dan spesies erythroxylon lain, yaitu pohon yang tumbuh di Peru dan Bolovia. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik golongan I dalam UU. No. 35 Tahun 2009. Efek Kokain pada tingkah laku merupakan akibat dari rangsangan kuat pada korteks dan sambungan otak. Kokain meningkatkan kesadaran mental dan memberikan perasaan sehat, dan euforia yang serupa dengan yang disebabkan oleh amfetamin. Seperti amfetamin, kokain dapat menimbulkan halusinasi, delusi, dan paranoid. Kokain memacu aktivitas motorik dan pada dosis tinggi dapat menyebabkan tremor dan bangkitan kejang yang diikuti depresi pernapasan dan vasomotor. Dan menjadi faktor pemicu kematian Weiland.

Sedangkan viagra yang mengandung sildenafil bukan merupakan narkotika, sildenafil termasuk dalam golongan obat phosphodiesterase inhibitor. Sildenafil bukan merupakan zat perangsang dan juga tidak meningkatkan nafsu seksual, tetapi hanya bekerja bila ada stimulasi seksual/rangsangan erotik dengan demikian ia dapat disebut sebagai oral erotic agent. Dugaan konsumsi obat ini dikarenakan efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan Weiland terhadap kokain dan MDMA (ekstasi).

Terakhir, ada dua faktor drug misuse pada kasus ini. Pertama, seharusnya Weiland tidak diberikan lagi Xanax atau alprazolam untuk menghilangkan rasa sakit yang dideritanya akibat gangguan bipolar dan skizofrenia karena telah diberikan ziprasidone yang dapat memberi efek sedasi sehingga perlahan mampu menghilangkan nyeri. Kedua, tidak seharusnya Weiland menggunakan Viagra atau sildenafil atas kemauannya sendiri akibat efek kokain, MDMA (ekstasi) dan alkohol yang dengan sengaja dikonsumsinya. Sedangkan drug abuse dalam kasus ini tentu saja penyalahgunaan obat-obatan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh Weiland. 

Daftar Pustaka

Badan Narkotika Nasional, 2009. UU. No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta; BNN.

Badan Narkotika Nasional, 1997. UU. No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta; BNN.

Badan POM RI, 2007. Info POM Vol 8(1). Jakarta; BPOM RI.

Catalina Lionte, Cristina Bologa and Laurentiu Sorodoc, 2012.Toxic and Drug-Induced Changes of the Electrocardiogram. Romania; University of Medicine and Pharmacy.

Coyle & Prince, 2005, Erectile Disfunction, in Dipiro J.T., et al, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th. Stamford; Apleton & Lange.

Institute of Psychiatry, Physchology and Neuroscience of King's College London. http://www.mentalhealthcare.org.uk, diakses 17 april 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun