Komunitas Satarupa yang dipimpin oleh Dyah Kencono Puspito Dewi kembali menghadirkan gebrakan segar dalam dunia sastra dan seni rupa. Kali ini, Satarupa menggelar lomba penulisan puisi ekphrasis. Sebuah kompetisi mencipta puisi yang terinspirasi dari lukisan. Acara ini berlangsung  tanggal 31 Mei 2025, di aula PDS HB Jassin, lantai 4 Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Apa yang membuat kegiatan ini menarik? Karena konsep dari lomba karya puisi  ini yang lain dari biasanya. Yaitu ekphrasis, alias menciptakan berdasarkan obyek lukisan.
Konsep puisi ekphrasis sendiri masih jarang ditemui di Indonesia, apalagi digelar sebagai lomba terbuka. Boleh jadi, ini adalah yang pertama kalinya di Jakarta, atau bahkan mungkin di tanah air. Puisi dan lukisan dijodohkan dalam satu ruang apresiasi kreatif.
Dengan judul "Menatap Kanvas, Merajut Kata", kegiatan ini disambut dengan antusias tinggi, baik dari kalangan pelukis maupun penulis. Para seniman visual seperti Yunti, Jenny Mahastuti, Bina Novida, dan beberapa lainnya turut memamerkan karya lukis mereka, yang kemudian menjadi sumber inspirasi bagi para peserta lomba puisi. Saya sendiri ikut ambil bagian dengan memajang empat lukisan sebagai bagian dari lukisan-lukisan yang dijadikan 'tools' untuk memicu inspirasi dan kreatifitas para peserta.
Lomba ini terbuka untuk umum dan dinilai oleh tiga orang juri, Â yakni Dyah Kencono Puspito Dewi, Ikhsan Risfandi, dan Nadia Iskandar. Menariknya, semua puisi yang masuk akan dikurasi dan diterbitkan menjadi Antologi Bersama, sebagai dokumentasi kreatif antara dunia visual dan kata.
Bukan hanya lomba penulisan puisi, acara ini juga diisi dengan diskusi hangat yang menghadirkan para seniman seperti Jenny Mahastuti, Bina Novida, dan Ikhsan Risfandi sebagai narasumber. Diskusi dimoderatori langsung oleh Dyah Kencono, yang tak hanya menjadi penggagas acara, tapi juga penggerak dialog antara dua dunia kreatif ini.
Daya tarik lomba ini selain terletak pada konsepnya, Â juga pada sistem penjurian yang menarik dan fair. Setiap peserta hanya mencantumkan nomor urut dirinya serta nomor lukisan yang dipilih sebagai inspirasi. Tidak ada nama peserta, tidak ada informasi pelukis. Semua puisi dinilai secara anonim, bebas dari bias, relasi, atau prasangka.Â
Dan pemenangnya adalah sbb:Â
1. Iwan Aswan