Mohon tunggu...
Nikolaus Anggal
Nikolaus Anggal Mohon Tunggu... Dosen - Hidup adalah perjuangan

Hidup adalah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkal Budaya Instan Menjadi Filter Kehidupan Berbangsa Jalan Menuju Kesuksesan

5 Juli 2020   13:37 Diperbarui: 5 Juli 2020   13:49 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi yang begitu pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Ditambah lagi  masuknya budaya baru menyebabkan berkembangnya gaya hidup baru menjadi gaya hidup yang ditiru di tengah masyarakat, khususnya generasi muda.

Nilai baru yang devisiasinya muncul dalam berbagai gaya hidup baru sehingga munculnya "Penyewengan terhadap budaya kebangsaan berupa hilangnya nilai kesederhanaan, cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan.

Merosotnya etos perjuangan, merebaknya budaya instan, bahkan menjadikan hedonisme sebagai budaya baru di tengah masyarakat.

Kokoh dan rapuhnya ketangguhan budaya suatu bangsa tergantung pada kesadaran warga bangsanya terhadap karakter kebangsaannya sebagai pedoman jati dirinya.

Kesadaran masyarakat yang rendah terhadap budaya kebangsaan, memperkokoh masuknya budaya asing dan merasuki kehidupan bermasyarakat sebagai budaya baru. Apalagi didukung oleh manusia Indonesia yang sangat fleksibel, adaptif dan dinamis.

Karakter masyarakat Bangsa ini mudah menyesuaikan diri dengan budaya baru dan menyatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga apapun nilai, kepercayaan dan keyakinan yang masuk ke nusantara selalu melebur dalam khas dan karakter nusantara. Namun, karakter ini akan menjadi boomerang apabila masyarakat tidak memiliki karakter kebangsaan yang kuat dalam menghadapi pembaharuan dan perubahan.

Realitas zaman ini ditandai dengan memudarnya kerifan bangsa seiring dengan perubahan zaman dan munculnya pergeseran nilai di tengah masyarakat.

Ketidakmampuan masyarakat dalam melestarikan kearifan tersebut sejalan dengan serbuan nilai baru yang mengimpit masyarakat melalui berbagai isntrumen dan media. Sajian nilai baru yang massif telah menggerus nilai dan pengatuan kearifan lokal hingga karakter berbangsa pun menjadi berubah. Sikap individualis, apatis, asosial, intoleran, dan praktek kekerasan menjadi nilai baru sebagai cara pandang melihat realitas sosial di sekitarnya.

Masyarakat Indonesia dengan budi daya tinggi dan sangat menghargai keragaman, sopan, santun, ramah, rendah hati, gotong royong dikejutkan dengan hadirnya wajah baru masyarakat yang senang menghibur dengan fitnah, hasutan, cemoohan dan gampang mencaci maki dan tidak merasa bersalah apabilah melakukan kesalahan. Budaya rendah hati dan minta maaf serta bersyukur menjadi barang langkah.

Apa yang dipaparkan tersebut di atas bukan hal spele yang mudah diremehkan tetapi ini masalah fundamental atau masalah mendasar kebangsaan yang harus ditangani secara mendasar sampai ke akar-akarnya.

Masalah batin dan watak  manusia yang menjadi cirikhas kebangsaan menjadi tanggungjawab bersama seluruh warga bangsa. Masalah perilaku merupakan masalah batin dan watak manusia yang melihat bahwa kesuksesan dicapai secara instan, tanpa perjuangan berdarah-darah. Hal ini menurut penulis, tantangan yang paling besar menuju kesuksesan warga bangsa, kesuksesan bangsa Indonesia. Tidak ada cara pintas mengatasi masalah batin dan watak manusia Indonesia seperti ini.

Menurut hemat penulis, mengatasi watak, sikap, dan tingkahlaku manusia ini mesti dimulai dari mengerti dan tahu persis apa yang menjadi latar belakang timbulnya masalah batin dan watak tersebut sehingga mengatasi problematika kebangsaan ini didasarkan pada sumber masalah.

Memecahkan masalah watak kebangsaan supaya masyarakat terutama generasi emas bangsa lebih dewasa dalam bersikap, berperilaku, mampu memilah memilih nilai setiap nilai yang masuk dari luar bisa membedakan mana yang sesuai dengan karakter kebangsaan Indonesia dan nilai mana yang belum sesuai karakter kebangsaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun