Mohon tunggu...
Nikolas Fernandez
Nikolas Fernandez Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Pelajar yang menyukai teknologi, namun tetap memandang alam. Perantau dari daerah untuk membangun Indonesia. #FromForByIndonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia 72 Tahun: Benarkah Sudah Merdeka?

3 September 2017   17:15 Diperbarui: 5 September 2017   19:55 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sedikit terlambat memang jika ingin menuliskan tentang Indonesia yang sudah berumur 72 tahun mengingat sekarang (saat artikel ini ditulis) sudah menginjak bulan September yang berarti sudah sekitar satu bulan berlalu eurofia kemerdekaan republik tercinta ini. Namun, tidak ada kata terlamba untuk mencoba membangun Indonesia ini. Entah sudah berpuluh hingga beratus-ratus tahun sejak proklamasi kemerdekaan di bacakan oleh Sang Proklamator, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Maka dari itu, saya ingin sedikit membahas tentang negara ini selama 72 tahun, apakah kita benar-benar telah merdeka?

Merdeka sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna bebas dari hambatan, penjajahan, dan sebagainya; berdiri sendiri. Selain itu, merdeka juga memiliki arti tidak terkena atau lepas dari tuntutan;tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa. Terlihat jelas bahwa merdeka berarti jika kita telah benar-benar bebas dan tidak terikat lagi, dapat melakukan sesuatu dengan leluasa. Namun, pertanyaan adalah, apakah Indonesia telah benar-benar merdeka?

Jika merdeka secara harfiah, Indonesia sudah 72 tahun merdeka dari penjajahan yang dilakukan kepada Indonesia selamat kurang lebih 3,5 abad lamanya. Namun jika kita melihat lebih jauh lagi, Indonesia masih belum benar-benar merdeka. Lah,mengapa? Bukannya Indonesia tidak dijajah lagi oleh negara lain? Ok, mari buka mata. Penjajahan yang dijelaskan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak selalu penjajahan seperti yang terjadi kepada Indonesia sekitar 72 tahun yang lalu, bukan berarti Indonesia ditindas oleh negara asing. Penjajahan dapat berarti Indonesia ditindas oleh bangsanya sendiri. Itulah masalah kita. Seperti kata Soekarno, "perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, namun perjuanganmu akan lebih sulit karena harus melawan bangsamu sendiri." Inilah saatnya, dimana Indonesia sudah mulai melawan bangsa sendiri.

Mari kita lihat dari aspek nomor satu yang disebutkan oleh Pancasila. Apa itu? Ketuhanan yang Maha Esa, bukan? Ok, masih ada yang ingat, syukurlah. Apa arti Ketuhanan yang Maha Esa? Itu artinya Indonesia dengan terang-terangan percaya bahwa Tuhan itu ada, bukan? Itu artinya, agama apapun (selama dianggap legal oleh Indonesia) dapat menjalankan ibadah dan dapat dengan leluasa berkembang di Indonesia, bukan? Itulah masalah pertama. Sejak kerusuhan tahun 1998 dan 2001, agama saya di daerah saya saat itu tidak benar-benar dibiarkan berkembang. Ketika itu, gereja kecil tempat biasa kami beribadah dibakar oleh massa. 

Sejak saat itu, bertahun-tahun kami tidak dapat melakukan ibadah di suatu bangunan gereja. Kami beribadah berpindah-pindah dari satu rumah umat ke rumah umat lainnya. Hingga akhirnya IPDN saat itu dibangun, kami dapat menggunakan fasilitas gereja di asrama yang ada di dalamnya. Namun, tetap saja bangunan itu bukan milik kami. Entah apa yang menjadi alasan mereka hingga tidak memperbolehkan kami membangun suatu gedung gereja di tanah yang dulu milik kami.

 Itulah saat Indonesia sendiri yang menjajah bangsanya sendiri, dimana ia tidak memberikan suatu kepercayaan berkembang. Ya, memang kejadian ini tidak terjadi di seluruh daerah di Indonesia, namun apakah dalam penjelasan di KBBI merdeka itu artinya kebanyakan rakyat Indonesia bebas dan tidak memperdulikan yang sedikit?

Masalah kedua adalah produk dalam negeri. Indonesia adalah negara yang kaya, namun mengapa Indonesia terlihat selalu saja tidak ingin atau gengsi menggunakan produk dalam negeri? Inilah saat salah satu atau beberapa negara luar mulai menjajah Indonesia dengan tetap memberikan produk mereka dijual di Indonesia dan membuat produk Indonesia semakin tenggelam. Salah satu aspek yang paling sering terlihat adalah fashion dan teknologi di Indonesia. 

Contohnya saja Indonesia pada tahun 2016 memiliki penggunaan telepon pintar hingga 65,2 juta. Pengguna telepon pintar ini terus bertambah, hingga diprediksi pada tahun 2019, pengguna telepon pintar di Indonesia mencapai 92 juta. Yang menjadi masalah adalah, pada tahun 2016 Quarter ke-3, tiga vendor tertinggi yang paling popular di Indonesia ditempati oleh vendor luar, diantaranya Samsung, Oppo, dan ASUS.

Mari kita melihat lagi mengapa Indonesia mau dijajah oleh bangsa luar dalam hal teknologi ini. Hal ini tidak sepenuhnya tentang kecintaan produk lokal yang benar-benar sedikit, namun ada beberapa alasan yang yang sebenarnya dapat dikategorikan sebagai penjajahan oleh bangsa sendiri. Dari segi mutu produk, produk dalam negeri yang dijual di dalam negeri sendiri memiliki kualitas yang -- Bahasa kasarnya -- lebih buruk dari pada yang dijual ke luar negeri. 

Walaupun harga yang lebih murah, namun pembeli zaman sekarang juga akan lebih melihat kualitas. Kualitas bagus harga tinggi lebih baik daripada kualitas bobrok walaupun harga rendah. Alasan kedua, dari segi layanan purna jual. Banyak produk dalam negeri yang tidak memberikan layanan yang memuaskan setelah pembelian. Jadi, jika ada keluhan atau masalah, pengguna sedikit dibuat pusing untuk menghubungi siapa karena tidak mencantumkan nomor customer care. 

Terakhir, alasan terakhir adalah tampilan produk dan dukungan dari pemerintah. Tampilan produk yang digunakan untuk produk dalam negeri kadang-kadang tidak terlihat menjanjikan. Hal itulah yang kadang membuat masyarakat mencoba membeli produk dalam negeri. Tampilan untuk produk kelas menengah ke bawah dan menengah ke atas memiliki desain yang hampir sama dan tidak memberikan efek premium. Selain itu, kurangnya dukungan produk dalam negeri oleh pemerintah juga dapat menjadi alasan kurangnya peminat. 

Saat kampanye "cinta produk Indonesia" banyak dikumandangkan, pemerintah yang sebagai contoh malah memperlihatkan penggunaan produk luar. Contohnya saja 'memberi instruksi' menggunakan produk luar kepada masyarakatnya.

Hal terakhir yang paling terlihat adalah kekayaan Indonesia yang dikeruk oleh bangsa luar. Hal terakhir ini tentu saja menjadi salah satu alasan yang paling populer mengapa beberapa orang Indonesia akan menyebutkan bahwa Indonesia sebenarnya masih belum merdeka. Pengerukan sumber daya Indonesia ini benar-benar membuat Indonesia yang seharusnya sudah benar-benar kaya terus saja 'dicuri' oleh bangsa lain. Salah satu contohnya paling populer adalah Freeport. 

Sudah bertahun-tahun Indonesia, lebih tepatnya tanah Papua dikeruk demi pundi-pundi uang yang diambil oleh bangsa lain. Jika kita ingin benar-benar mengoperasikannya 100%, mungkin sekarang ini Indonesia masih belum mampu. Itu mengapa, kita tetap dapat berkerjasama dengan bangsa dan perusahaan asing untuk mengambil kekayaan itu. Namun yang jadi pertanyaan adalah kerja sama apakah yang hanya menguntungkan satu pihak. 

Parasitisme? Ya, untungnya sekarang Freeport setuju untuk membagi saham dengan pemerintah Indonesia. Namun masih banyak tempat lain yang masih digarap oleh perusahaan luar yang hanya memberikan sedikit bagian kepada pemerintah Indonesia. Parahnya lagi, uang yang 'sedikit' itu dikorupsi oleh para pejabat negara. Sekali lagi, penjajahan oleh bangsa sendiri. Akibatnya? Keindahan dan kekayaan Indonesia tidak benar-benar menjadi milik Indonesia dan pembangunan yang menjadi lebih lambat.

 Kesimpulannya, di umur Republik Indonesia yang telah mencapai angka 72, Indonesia masih kadang dijajah di beberapa aspek. Parahnya lagi, kadang kala penjajahan itu dilakukan oleh bangsa sendiri. Namun, Indonesia sudah semakin dewasa. Masyarakat mulai berani mencoba untuk memberikan suara demi pembangunan Indonesia. 

Masyarakat mulai dapat melihat potensi dan mencintai Indonesia. Masyarakat mulai dapat membuat produk-produk dalam negeri yang dapat bersaing dengan produk luar. Masyarakat mulai mengerti bagaimana besarnya negeri ini. Sebagai penutup, jangan pernah tanyakan apa yang negara ini berikan padamu, namun tanyakan apa yang kamu berikan demi negara ini. Hidup Republik Indonesia, terus bangun dan tunjukkan bahwa kita bisa menuju Indonesia Emas 100.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun