Mohon tunggu...
Niko Hermawan
Niko Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo, saya Niko mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah UPI 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Candi Sewu: Perbedaan yang Berdampingan

28 Desember 2022   21:42 Diperbarui: 28 Desember 2022   22:03 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

CANDI SEWU: PERBEDAAN YANG BERDAMPINGAN

Niko Hermawan 

2007019

Universitas Pendidikan Indonesia

nikohermawan@upi.edu

Yogyakarta seakan menjadi tempat yang tidak ada habisnya untuk dieksplorasi. Tidak hanya dikenal dengan wisata alamnya yang indah, Yogyakarta juga mempunyai kekayaan wisata sejarahnya. 

Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa terdapat komplek percandian yang sangat megah yaitu Candi Borobudur, kemudian juga komplek percandian Prambanan yang tak kalah menariknya untuk dikunjungi yang mengandung sebuah legenda yang melekat dimasyarakat sampai sekarang. 

Berbicara mengenai komplek percandian Prambanan, mungkin masih belum banyak yang mengetahui bahwa didalam komplek percandian tersebut terdapat banyak candi-candi yang tak kalah menariknya salah satunya yaitu Candi Sewu.

Tahukah kamu apa itu Candi Sewu dan bagaimana sejarah dari Candi Sewu itu? Candi sewu dibangun oleh Sri Maharaja Rakai Panangkaran yang dimana ia adalah seorang raja kedua dari kerajaan Mataram Kuno. Awalnya raja pertama Kerajaan Mataram Kuno itu adalah Sanjaya yang menganut agama Hindu, beliau juga merupakan pendiri Wangsa Sanjaya. 

Setelah Sanjaya wafat, kekuasaannya digantikan oleh anaknya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran yang berpindah agama menjadi agama Buddha beraliran Mahayana. 

Mulai saat itulah dinasti Syailendra berkuasa. Di masa kepemimpinan Rakai Panangkaran Kerajaan Mataram Kuno mengalami perkembangan yang progresif. Untuk menunjukan eksistensi akan kepemimpinannya semasa berkuasa, Rakai Panangkaran membangun beberapa candi, seperti Candi Sewu, Candi Kalasan, Candi Plaosan dan Candi Borobudur. Candi Sewu selesai ketika Rakai Panangkaran sudah wafat sehingga ia tidak dapat menikmati keagungan Candi Sewu.

Candi Sewu merupakan sebuah candi yang bercorak Buddha yang dibangun pada abad ke-8 atas perintah Rakai Panangkaran yang saat itu sebagai raja dari Kerajaan Mataram Kuno sekitar tahun 746-784 Masehi. Kemudian pembangunan candi ini dilanjutkan ketika Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh Rakai Pikatan. 

Rakai Pikatan ini adalah seorang pangeran dari wangsa Sanjaya yang menikah dengan Ratu Paramodhawardhani, putri Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa Syailendra. 

Rakai Pikatan merupakan seorang raja yang beragama Hindu, walaupun ia beragama Hindu kerajaan ini ternyata memiliki pengaruh kuat dari Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Para ahli purbakala memperkirakan candi ini selesai dibangun pada tahun 1098 Masehi. Lebih lanjut, para ahli menduga bahwa candi ini merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat yang menganut kepercayaan Buddha.

Nah, dugaan tersebut muncul didasarkan pada temuan sebuah isi prasasti batu andesit yang disebut dengan Prasasti Manjusrigrata. Jika dalam Bahasa jawa "sewu" memiliki arti seribu, dimana hal ini menggambarkan bahwa candi yang tergabung didalam gugusan candi tersebut jumlahnya banyak sekali, akan tetapi tidak berjumlah seribu buah, melainkan gugusan candinya hanya 249 buah candi, yang terdiri dari satu candi utama, 8 candi pengapit, serta 240 candi perwara. Candi ini berada di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Dimana letaknya sekitar 17 Km dari kota Yogyakarta. Candi ini letaknya berdekatan dengan Candi Prambanan sekitar 800 meter di sebelah selatan arca Roro Jonggrang.

Tahukah kamu? bahwa ternyata walaupun jaraknya berdekatan Candi Prambanan memiliki corak Hindu, sedangkan Candi Sewu memiliki corak Buddha loh. Kedua hal tersebut tentunya sangat menggambarkan toleransi antar umat beragama sejak zaman dahulu ya. Hal tersebut juga sesuai dengan slogan kita yaitu "Bhineka Tunggal Ika" yang memiliki makna berbeda- beda tetapi tetap satu. Apalagi kita semua tahu bahwa Indonesia merupakan negara multicultural yang memilki banyak keanegaraman. Terlihat bukan letak perbedaan yang berdampingannya. 

Jika dilihat dari sejarahnya awal mula terciptanya toleransi yang tinggi antara Hindu- Buddha ini salah satunya karena pernikahan antara Rakai Pikatan yang beragama Hindu Siwa dengan Pramodawardhani yang beragama Buddha Mahayana serta merupakan penerus tahta dari Kerajaan Mataram Kuno.

Selain itu, ada fakta menarik dari Candi Sewu yang mungkin jarang orang lain tahu. Nyatanya Candi Sewu ini usianya lebih tua dari Candi Prambanan, dan merupakan candi Buddha terbesar di Indonesia yang memiliki ukuran sekitar 185 m x 65 m, bahkan candi ini sudah di akui oleh UNESCO.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa candi Sewu merupakan percandian yang mempunyai sejarah yang luar biasa yang menjadi penanda bahwa toleransi sudah tercipta jauh sejak masa kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Peninggalan bersejarah ini sangat menarik untuk dikunjungi oleh para traveller ketika berkunjung ke komplek Candi Prambanan. Kemudian juga menjadi objek yang menarik bagi para pecinta peninggalan sejarah ataupun para pegiat sejarah. 

Selain menjadi bukti bahwa toleransi sudah tercipta jauh sejak masa kerajaan Hindu-Buddha, peninggalan candi Sewu ini juga sangat bermanfaat untuk menjadi kajian dalam pembelajaran sejarah. Hal lain yang menjadi manfaat adanya peninggalan ini adalah mampu menghidupkan perekonomian masyarakat lokal, karena candi Sewu ini juga mempunyai daya tarik bagi banyak wisatawan tidak hanya lokal melainkan juga wisatawan internasional.


Sumber:

Aji, A. W. (2018). Candi-Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. BP ISI Yogyakarta.

Candi Sewu (Jawa Tengah). 2014. Diakses pada 17 Desember 2022, dari: Candi Sewu (Jawa Tengah) - Perpustakaan Candi (perpusnas.go.id)

Maarif, Samsul. (2022). Candi Sewu, Saksi Toleransi Beragama Pada Zaman Dahulu. Diakses pada 12 Desember 2022, dari: https://www.nativeindonesia.com/candi-sewu/ 

Wibowo, Bayu Ari. (2015). Toleransi Agama Hindu-Buddha Ditinjau Dari Perspektif Arkeologi. Diakses Pada 17 Desember 2022, dari: Toleransi Agama Hindu-Buddha Ditinjau Dari Perspektif Arkeologi - Kompasiana.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun