Mohon tunggu...
Nikmat Jujur
Nikmat Jujur Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hanya Selingan

Anak jalanan tak pernah ngecap Pendidikan.... masih belajar nulis.... sekalipun banyak Cercaan mungkinnya ... tapi aku pingin nulis selalu.... tanpa ragu.... Putera Timur Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memadu Rasa, Temani Istri Berpuasa dalam Rumah Tangga Beda Keyakinan Nasrani – Muslim

9 Juni 2016   23:04 Diperbarui: 9 Juni 2016   23:20 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Egoisme terkadang membuat manusia menjadi angkuh sombong dan tak tahu bahkan sadar diri akan Ka-Mahakuasaan Tuhan sebagai Sang Pencipta yang menciptakan Manusia Adam dan Hawa bersama dengan ciptaan lainnya. Perbedaan yang seharusnya menjadi bukti Ke-Mahakuasaan Ilahi terkesan dari waktu ke waktu disepelehkan manusia akibat keangkuhan dan kesombongan yang mengatasnamakan kesempurnaan dalam konsep diri sendiri bukan konsep rasional universal humanis.

Empat hari  sudah tidaklah terasa saya menemani istri menuntaskan ibadah puasanya akibat rumahtangga kami yang adalah beda kepercayaan Muslim - Nasrani. Sebagai suami orang Nasrani apa salahnya jika menunjukkan sikap penghargaan kepada kepercayaan sang istri. Dengan bisa turut bersamanya menjalani ibadah Puasa dengan menahan diri dari berbagai hal yang bersifat duniawi. 

Sebagai seorang suami berkeyakinan Nasrani berbeda kepercayaan dengan istri sebagai wanita muslim bukanlah suatu permasalahan. Sekalipun mungkin bagi sebagian besar umat Nasrani maupun Muslim adalah salah tak sejalan haram atau najis hukumnya (Muslim), tak diberkati (Nasrani)  dalam anggapan sepihak tak rasional humanis pluralistik sarat kebersamaan dan keharmonisan hidup. Jujur saja secara pribadi harus saya katakan saya pribadi tidaklah demikian seperti anggapan banyak orang di sekitar baik kelompok Nasrani maupun Muslim yang menurut hemat saya berpandangan sedikit sempit.

Berangkat dari pemikiran serta komitmen positif awal janji dan semangat berumahtangga maka secara pribadi dapat saya katakan yakinlah Alhamdulillah semua yang tak diharapkan, tidak bakalan ditemui justru yang akan ditemui adalah rumahtangga senantiasa berjalan pada koridor toleran penuh penghargaan antar kedua pasangan dalam Rumahtangga terutama disaat-saat tertentu seperti hari-hari rituil sacralis pada kepercayaan masing-masing sebagai contoh bulan Ramadhan yang identik dengan bulan umat muslim menjalankan ibadah puasa.

Berpadu dalam rasa, baik suka maupun duka, menyingkirkan sikap egoisme, mengedepankan penting penghargaan antar pasangan adalah hakikat penting menjalani hidup berumahtangga beda keyakinan khususnya Nasrani – Muslim. Sebagai suami meninggalkan sikap cenderung arogan, egois memegang jati diri kelaki-lakian adalah langkah penting penentu keberhasilan menjalani hidup berumahtangga. Sikap demikian yang terkadang menjadi kesulitan dan permasalahan besar bagi pasangan rumahtangga beda keyakinan dimana saja dibergai belahan bumi terutama di Indonesia yang mayoritas Muslim.  

Puasa bagi suami nonmuslim seperti saya jujur adalah suatu kebanggaan dan sukacita tersendiri. Hal itu dapat saya rasakan manakala saya pribadi bisa menunaikan ibadah puasa bersama istri tanpa cacat sedikit pun selama sehari penuh. Memang untuk menjalani puasa bersama istri saya pribadi harus menjalaninya dengan tulus bukan berlatar paksaan Istri tetapi wujud kesadaran dan keterpanggilan sebagai suami akan pentingnya menciptakan kondisi kebersamaan harmonis dengan istri sekalipun bukan mutlak mengikuti keseluruhan syarikat/aturan berpuasa tetapi tetap harus ada dalam wacana taat norma berpuasa.

Manahan diri dari haus dan lapar baik secara jasmani dan rohani adalah syarat utama jika ingin berpuasa. Tanpa ada motivasi yang kuat dalam diri dari saya sebagai suami harus diakui mana mungkin saya mampu sebagai seorang suami mendapingi istri menjalani ibadah puasanya dengan baik dan penuh toleran. Apalagi seperti lelaki setipe saya yang adalah pria perokok berat, cuman berkat niat dan motivasi diri tinggi atau tekad kuat, Alhamdulillah puasa pun dapat saya jalani dengan penuh sukacita dan bahagia di hati dari waktu ke waktu. Alangkah sukacita dan bahagianya jika hari-hari puasa pun dapat saya lalui dengan tak bercacat dalam pelaksanaan.

Berbuka dengan hidangan alakadar ringan seperti minuman sejenis es buah, sirup atau kolak serta  makanan ringan lainnya yang telah disediakan istri saat pulang dari tempat kerjanya, adalah kebiasaan bersama istri saat menjalani ibadah puasa. Sahur dengan roti dan susu adalah hal yang telah biasa dilakukan istri saat sahur tiba.

Rasa puas bercampur  bahagia  bagi saya sebagai suami non muslim jika setidaknya telah bisa menunaikan ibadah puasa sehari saja secara penuh hingga saat berbuka tiba bersama istri. Dengan harapan agar istri pun tidak merasa sendiri menjalani kepercayaannya tetapi ditemani suami sebagai wujud berbagi rasa dalam cinta tanpa memandang perbedaan dalam keyakinan.

Semua itu hadir dikarenakan cinta yang tumbuh dan berkembang menjadi suatu rumahtangga kami bukanlah keterpaksaan tapi adalah atas kemunculan rasa yang sempurna milik Tuhan/Allah. Sehingga tidak dibolehkan melibatkan dan mencampuradukkan dengan persoalan keyakinan yang bernuansa pembedaan tak berujung pangkal serta sarat kesia-sian.

Kebiasaan demikianlah yang senantiasa diberlakukan  rumahtangga kami sebagai bentuk kewajiban bukan keterpaksaan manakala bulan Ramadhan tiba dengan mengedepankan semangat kebersamaan berlatar cinta demi menjamin utuhnya rumah tangga berlatar beda keyakinan Nasrani - Muslim. Meskipun pada akhirnya istrilah dan keyakinannya harus sendiri menjalani ibadah sholat Maghrib dan Imzaknya serta Subuh juga 2 waktu lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun