Mohon tunggu...
NikeRosdiyanti
NikeRosdiyanti Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Manusia Balik Layar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Alam

22 November 2019   12:01 Diperbarui: 22 November 2019   12:12 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perih kadang hanya buih
Setelahnya akan mengering
Setelahnya hanya puing

Padamu yang miliki cara menentramkan
Aku terpaut nyata pada rupamu
Aku tercatut pada nyamanmu
Berkali kali Engkau mampu mengerti
Hanya dengan sedikit palingkan padamu, aku nampak termangu

Menelusuri rasa sakit kian menjerit
Menyisakan waktu yang terbuang percuma
Hanya ingin bersamamu yang kita sama sama saling diam
Namun mampu temaramkan hati yang suram
Hanya ingin bersamamu yang kita saling pandang
Menyelimuti jiwa yang kian semakin lapang

Terimakasih telah teduh dan meneduhkan
Terimakasih telah hangat dan menghangatkan
Tumpukkan kalbu yang selalu kelabu
Engkau sapu dengan sipu
Rupa abu-abu perlahan tak lagi sendu

Ini dari aku yang merindu
Tetaplah seperti itu
selain kepada-Nya tempat mengadu
kita bertemu untuk halau seteru
saling menyapu
berdiskusi dari pintu ke pintu

Mengetuk tanpa peluh
pada tatanan yang nampak luruh
aku yang tersimpuh, bergemuruh mengagumi-Nya  melaluimu

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun