Mohon tunggu...
Niken N Hapsari
Niken N Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya ingin menjadi pribadi yang mempelajari hal-hal kecil di sekitar. karena dengan begitu saya akan mudah untuk menghargai sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Demokrasi yang Dikebiri oleh Para Berkain Sutra

6 Oktober 2020   12:35 Diperbarui: 6 Oktober 2020   12:59 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2020 menjadi perjalanan yang berbeda dirasakan oleh masyarajat di dunia dan di Indonesia. Duka yang teramat dalam karena pada awal tahun terjadi penyebaran virus covid-19 yang sampai hari ini belum kunjung selesai. Namun duka yang membuat pilu yang tak kunjung selesai berkembang menjadi penyesalan dan kemarahan yang dirasakan oleh masyarakat di negeri tercinta ini. 

Kemarin pada tanggal 5 Oktober 2020 menjadi guncangan dahsyat bagi para pekerja buruh atas disahkannya RUU Cipta Kerja yang sebelumnya menuai kontroversi dan ditentang oleh buruh di seluruh Indonesia. Dengan agenda rapat yang sudah dijalankan mulai tahun 2019 secara diam-diam tanpa terendus oleh media, aktivis, mahasiswa sampai para pekerja tepat pukul 18.00 dibukanya sidang paripurna yang membuahkan hasil bagi para mereka berkain sutra kepentingan penguasa yaitu disahkannya RUU Cipta Kerja.

Tidak disangka dan diduga seorang karyawan di salah satu pabrik yang berbicara dengan anaknya:

Ayah: “loh ternyata sudah disahkan? Opo iki maksud e pemerintah yo..yo..”

Anak: “iya yah, aku sudah nonton sidang paripurna itu lewat streaming youtube”.

Ayah: “ayah itu mikiri anak-anak aja, kalau sudah dihapus uang pesangon bagaimana ini lakon hidup yang dijalani opo yo nggak mikir mereka arti kesusahan apalagi pandemi yang mencekik ini masih berlanjut dan gak ngerti sampai kapan”.

Anak: “bener yah, pengesahannya dilakukan secara diam-diam tanpa awak media. Apa ayah juga ikut demo besok?”.

Ayah: “iyo to mbak, ayah pasti demo”.

Anak: “loh, kan sekarang ada pandemi covid-19 ayah jangan ikut demo. Ayah juga sudah berumur 50 tahun nanti bisa tertular banyak OTG (orang tanpa gejala) dimana-mana”.

Ayah: “trus piye mbak, ayah wes gak perduli covid-19 kalo keadaane wes seperti ini. Keluarga kudu di perjuangno. Pemerintah gak ngurusi urip e kene. Sekolahmu, uang belonjo ibukmu yo ayah kudu menerjang bahaya iki”.

Anak: “ayah kudu hati-hati temen loh yah, kok ngene banget nasib hidup. Wes biaya iki semakin susah di golek tapi pemerintah malah nambah susah”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun