Mohon tunggu...
Niken Anggraini
Niken Anggraini Mohon Tunggu... Wiraswasta - podcast: anchor.fm/saya-niken

Novel : Suweng Mbah Tukah (gratis di Fizzo), Numa Dan Benda Bertuah (gratis di Fizzo), Pangeran Gelatik (gratis di Fizzo), Dita dan Sena: Sang Penakluk (gratis di Fizzo), Berlabuh Di Sisimu (Kwikku), Oh My Beebu (Hinovel, Sago, Bakisah, Ceriaca), Diary Cinta Naelsa:Macaca (Hinovel, Bakisah, Ceriaca)

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Lezatnya Gado-gado Suroboyo

3 Desember 2019   10:47 Diperbarui: 3 Desember 2019   10:51 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang  lalu saya jalan-jalan ke Taman Bungkul untuk menikmati CFD di tempat itu. Tak terlalu pagi-pagi sekali saya ke sananya. Nyantai aja.  Saya ke sana ketika jam sudah menunjukan pukul  07.00 wib. Muter-muter di area itu sambil sesekali berhenti untuk menyaksikan beberapa kelompok musik patrol yang sedang tampil. Setelah itu saya berjalan ke arah jalan Ciliwung. Saya ingin melihat-lihat pedagang yang menggelar dagangannya di sana.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Saya putuskan untuk membeli es potong yang dijual salah satu pedagang. Saya berminat beli karena tampilannya menarik hati. Es potongnya  dibungkus selembar roti. Esnya juga tiga warna.  Kebetulan cuaca juga mendukung. Ponsel saya menunjukan angka 30C. Saat yang tepat untuk makan es. Pikir saya. Hehehe.  Pedagang esnya bernama Anton (35). Ia mengaku tinggal di Sedati Sidoarjo. Sejak pukul 06.00 wib pagi  ia sudah berjualan di jalan Ciliwung ditemani istrinya. Ia mengaku membawa lebih dari 200 es potong. Harga es-nya dijual seharga Rp 5.000.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
"Satu potong es ini terdiri dari 3 varian rasa. Vanila, strawberry dan coklat. Kalau rotinya saya pakai roti gandum dan tawar susu. Tapi yang tawar susu sudah habis dari tadi. Tinggal yang gandum ini aja," jelas Anton ke saya mengenai barang dagangannya tersebut.

Ia mengaku akan segera pulang jika dagangannya habis meski belum jam sepuluh. Tapi kalau dagangannya masih ada sedangkan jam sudah menunjukan pukul 10.00 wib, mau tak mau ia harus segera pergi karena jalanan di sekitar situ harus bersih dan akan dibuka lagi pada jam tersebut.

Usai makan es potong saya berjalan ke arah Masjid Al Falah. Niatnya, saya ingin membeli Gado-gado yang ada di depan masjid itu. Sebelum menyeberang ke arah masjid, mata saya tiba-tiba saja menangkap penampakan bunga yang lagi nge-hits di sosmed saat ini. Di depan Perpustakaan Bank Indonesia, jalan Taman Mayangkara, ada bunga Tabebuya putih yang sedang bermekaran. Meski tak lebat, tapi masih ada bunga-bunganya di ranting. Akhirnya saya ke arah parkiran sejenak untuk memotretnya.

"Di sini cuma Tabebuya putih ini aja. Kalau pengen liat yang warna pink kayak yang ada di sosmed-sosmed itu, bisa ke jalan Pahlawan aja mbak," kata tukang parkir yang ada di tempat itu menjelaskan ke saya tentang bunga Tabebuya yang ada di wilayah parkirnya itu.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Mengingat cuaca yang sedang terik seperti sekarang ini, saya jelas tak ingin kemana-mana lagi setelah dari CFD. Pulang adalah pilihan terbaik. Akhirnya saya keluar dari area itu, menyeberang ke masjid Al Falah untuk mencari Gado-gado favorit saya.  Rasa gado-gado sebenarnya mungkin sama saja dimana-mana. Tapi entah kenapa gado-gado ini kok bisa menimbulkan rasa kangen buat saya pribadi. Hehehe. Lebay. Akhirnya saya memesan 2 bungkus gado-gado. Sengaja saya nggak makan di tempat. Saya belum terlalu lapar. Jadi saya putuskan untuk beli tapi di makan di rumah saja.  


Pedagang Gado-gadonya bernama Pak Faqih. Di depan gerobaknya ada spanduk bertuliskan Gado-gado Goyang Rasa. Ia mengaku asli Lamongan dan tinggal di daerah Pulo Wonokromo saat ini. Setiap hari ia berjualan di tempat ini dari jam 06.30-16.00 wib.  


"Kalau Jumat libur. Tempat ini jadi tempat parkirnya jamaah yang Jumatan," terangnya sembari memotong lontong di atas kertas pembungkus makanan yang saya pesan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Ia juga menambahkan, selama bulan Ramadhan hingga lebaran ketupat ia tak berjualan. Di luar itu, ia akan tetap berjualan. Saya sempat bertanya kepadanya, bumbu Gado-gadonya terdiri dari bahan apa saja. Ia mengatakan bumbu kacangnya terbuat dari kacang tanah, bawang putih, cabe merah besar, santan dan tambahan sedikit tepung beras.

Gado-gado Surabaya sedikit beda dengan Gado-gado yang pernah saya makan di Jakarta. Di pedagang yang pernah saya beli dulu, kalau saya beli gado-gado, pedagangnya baru membuat bumbu kacangnya yang di uleg di cobek. Kalau di Surabaya, bumbu saus kacangnya sudah siap di panci tinggal menuang / siram saja. Jadi kacang tanah yang sudah di goreng tersebut di blender dengan bawang putih dan cabe merah besar. Setelah itu direbus dengan santan. Kemudian diberi tambahan tepung. Ada yang tepung beras. Ada juga yang kanji. Sehingga penampakan saus kacangnya sedikit mengental.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun