Mohon tunggu...
Nika Sevtia
Nika Sevtia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tren Baru Penafsiran Kontemporer: Adaptasi dari Barat?

10 Mei 2019   19:50 Diperbarui: 10 Mei 2019   20:00 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TREND BARU PENAFSIRAN KONTEMPORER: ADAPTASI DARI BARAT?
Oleh: Nika Sevtia


Disadari atau tidak, Globalisasi, Modernisasi dan Westernisasi yang melanda dunia memaksa umat Islam untuk merumuskan kembali berbagai pemikiran keislamannya. Teknologi informasi yang begitu pesatnya telah berkembang akhir-akhir ini sehingga menyebabkan terjadinya perubahan yang demikian kompleks. Lagi-lagi perubahan sosial juga menyebabkan pemikiran-pemikiran keislaman lama mengalami "keterasingan" karena tidak mampu memberikan jawaban atas berbagai tantangan dan masalah baru yang muncul akibat perubahan tersebut. Begitu pula halnya dalam dunia Studi Al-Qur`an Kontemporer.

Dari masa ke masa, telah kita ketahui Barat semakin bersemangat dalam mengkaji "ketimuran" atau lebih spesifiknya mengkaji Islam. Hingga tahun 1970-an, hampir semua literatur dalam seni, filsafat, dan sejarah merupakan terjemahan dari dokumen asli Barat atau sangat dipengaruhi oleh model pro-Barat. Bahkan para sarjana Muslim dan para orientalis sangatlah banyak dan bersemangat dalam mengakaji al-Qur`an. 

Semua itu tidak dapat dipungkiri memang. Karena gaya penafsiran Barat ini bisa dibilang sangat kontemporer, itulah yang kemudian menjadikan inspirasi para ulama tafsir kontemporer dalam dunia Islam sendiri. Mereka mulai menafsirkan dan membaca al-Qur`an melalui perspektif dan metodologi Barat. Inilah yang kemudian disebut dengan teori "peminjaman budaya" dari Barat dan disebut pula dengan "pengaruh Barat pada dunia Islam".

Wacana tentang metodologi tafsir al-Qur`an memang bukan suatu fenomena yang baru dalam lintasan sejarahIslam. Karena sejak awal eksisnya Islam dimuka bumi, berbagai metode telah dicoba untuk diangkat dan diterapkan. Kemunculan Tafsir Kontemporer juga sangat erat kaitannya dengan mulai munculnya istilah pembaruan yang dipopulerkan oleh beberapa ulama modern kontemporer yang bergelut dalam upaya menemukan metodologi baru dalam memahami Islam ataupun penafsiran al-Qur`an. Sebut saja Fazlur Rahman misalnya (untuk tidak menyebutkan semuanya) menggagas metode tematik-kontekstual. 

Menurut Rahman, teori hermeunetik juga diperlukan untuk memahami al-Qur`an secara keseluruhan. Selain itu Rahman juga menerapkan teori kritik-historis. Teori ini juga digagas oleh tokoh Orientalis Abraham Geiger. Lalu, Muhammad Arkoun yang bersikeras dengan pendekatan historis, sosiologis dan antropologis. Metodologi Arkoun adalah penerapan memahami dan membaca al-Qur`an secara struktural. Metode ini juga digagas oleh tokoh orientalis seperti Theodore Noldeke, Jhon Wansbrough dan juga A. Rippin.

Demikian, oleh karena hal inilah metodologi yang diterapkan oleh para ulama kontemporer dalam memahami al-Qur`an disebut sebagai sebuah "adaptasi" dari metodologi Barat. pemahaman-pemahaman yang mereka dapatkan memanglah terinspirasi dan bersumber dari Barat. Itulah suatu bentuk apresiasi akan temuan Barat modern, tetapi dibalik itu semua mereka tetaplah mengakomodasi ide-ide ulama tradisional. Tradisi yang baik tetap dipelihara, tapi temuan baru yang baik juga tetap harus diadopsi.

Selain itu, kita sebagai pembaca juga harus pintar dalam memfilter temuan-temua serta metodologi baru tersebut, baik itu terkait dengan penafsiran ataupun lainnya. Jika memang itu tidak bertentangan dengan ajaran boleh-boleh saja mengikuti. Jangan sampai tertanam sebuah asumsi untuk "anti" terhadap Barat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun