[caption id="attachment_138804" align="alignleft" width="228" caption="Sarang lebah O. avosetta dari Iran"][/caption] Sore itu terperangah saya membaca berita yang dilangsir oleh National Geographic, sekelompok spesies lebah langka yang hidup di daerah Turki dan Iran, ternyata menunjukkan keunikan dibanding lebah pada umumnya. Jika spesies lebah ini manusia, mungkin mereka tak ubahnya seperti arsitek-arsitek brillian yang mengawinkan kekokohan konstruksi dengan estetika laiknya Antoni Gaudi atau Frank Lloyd Wright. Osmia avosetta adalah spesies lebah yang hidup secara soliter, mereka berbeda dengan spesies lebah pada umumnya yang hidup dalam komunitas. Siklus hidup mereka berlangsung selama setahun dan hanya aktif selama 2 bulan, pada musim semi dan musim panas. Selama 10 bulan sisanya, lebah yang masih dalam bentuk larva tidur panjang di dalam sarang yang diletakkan di bawah tanah. Menurut anda, benda apakah yang tampak pada foto di sebelah kiri teks ini? Bunga? Ehem... bukan, itu adalah sarangnya. Ya, keunikan lebah ini terletak pada caranya membangun sarang. Lihatlah bentuknya, cantik bukan? Mirip buket yaa.. Kelopak-kelopak bunga warna-warni disusun menjadi sarang dengan komposisi yang indah. Ternyata lebah pun punya sense of art.. (saya aja kalah...hiks..). Uniknya lagi, menurut penelitian Jerome Rozen dari American Museum of Natural History, O. avosetta di Turki lebih menyukai paduan warna-warna cerah seperti kuning, merah muda, biru dan ungu, sedangkan spesies yang sama yang hidup di Iran hanya membangun sarang mereka dari kelopak bunga yang berwarna ungu. Alasan di balik pemilihan warna pun hingga saat ini belum diketahui oleh para ilmuwan. Mungkin lebah-lebah ini punya selera warna tersendiri ^^ [caption id="attachment_138805" align="alignnone" width="500" caption="Sarang lebah O. avosetta dari Turki"][/caption] [caption id="attachment_138807" align="alignright" width="179" caption="Lapisan lumpur pelindung di balik warna-warni kelopak bunga"][/caption] Konstruksi sarang lebah langka inipun teramat unik, lapisan luarnya terlihat seperti buket bertumpuk yang tersusun dari kelopak-kelopak bunga. Di baliknya terdapat lapisan lumpur, dan di dalam lapisan lumpur masih ada lapisan kelopak-kelopak bunga lagi. Konstruksi ini disebut dengan 'flower-mud sandwich'. Di tengah sarang adalah ruang yang disediakan untuk tempat menetasnya telur lebah. Di dalamnya telah tersedia madu dan serbuk sari yang telah dikumpulkan terlebih dahulu oleh sang lebah sebelum bertelur. Setelah mereka bertelur, sarang ini diamankan dengan cara melipat lapisan kelopak bunga bagian dalam, menutup lubang yg ada dengan lumpur, dan terakhir melipat lapisan kelopak bunga terluar untuk menyegelnya dengan sempurna. Sarang ini akan tetap dalam kondisi tertutup hingga telur menetas menjadi larva, menurut Rozen. [caption id="attachment_138808" align="alignleft" width="210" caption="telur lebah, menunggu saat menetas"][/caption] Sarang yang dibuat berlapis-lapis ini bertujuan untuk menjaga agar makanan larva, yaitu madu dan serbuk sari tetap lembab selama kurang lebih 10 hari. Setelah telur menetas, larva akan makan, kemudian ia akan membentuk kepompong dan bertapa selama sepuluh bulan hingga musim semi tiba. Selama tidur panjangnya, ruangan di dalam sarang akan mengering dan menjadi keras, melindungi sang calon lebah dari predator dan menjaga agar tidak mudah hancur karena terkubur di dalam tanah. Hingga saat ini baru diketahui 2 spesies lebah yang membangun sarangnya dengan teknik flower-mud sandwich, yaitu O. avosetta dan O. tergestensis. Penemuan unik ini diterbitkan dalam jurnal American Museum Novitates edisi bulan February 2010. Jika anda tertarik silakan kunjungi situs ini [caption id="attachment_138845" align="alignnone" width="500" caption="Lebah O.tergestensis, Memetik Kelopak Bunga"][/caption] Catatan: Semua foto adalah milik National Geographic