Mohon tunggu...
Ni.Hu
Ni.Hu Mohon Tunggu... Freelancer - reflect on each incident before writing

Nothing special

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pesan 2019 yang Tak Tersampaikan

11 Januari 2021   12:33 Diperbarui: 11 Januari 2021   12:50 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Berikut Pesan dari sudut pandang saya, dari apa yang saya lihat, dari apa yang sudah saya dengar.

Kamu itu sudah diberi BANYAK PILIHAN HIDUP. Tapi kamu ngga menyadari, entah dari sisi pikiran kamu yang Keras Kepala tidak menerima akan kesalahan sendiri atau Keras Kepala dalam menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kamu pilih, sudah terjadi.

  • Waktu kamu SMA (Sekolah Menengah Atas), sebenarnya kamu bisa memilih antara teman atau sekolah (pendidikan), 

tapi kamu memilih teman daripada sekolah. Teman hanya menyenangkan kamu sesaat, belum tentu sampai akhir. Sekolah yang buat kamu tertekan, kamu ngga mau perjuangin padahal sisa berapa tahun lagi kamu bisa tamatin itu. Kekecewaan orang tua, kamu pukul rata akan sama dengan keluarga yang lain; karena kamu melihat teman yang sama gagalnya dengan kamu, mereka masih diperjuangin pendidikannya sama orangtuanya, kamu berpikir dan berharap orangtua kamu juga berbuat demikian, tapi pikiran kamu salah. Tidak semua keluarga sudut pandangnya sama. Orangtua kamu sudah kecewa karena diposisi kamu ini, kamu bukan anak kecil, kamu sudah paham mana hal benar dan hal salah.  

  • Waktu kamu dikasih pergi ke luar negeri, dengan tujuan semoga masa depan kamu jadi lebih baik. 

Tapi karena rasa kesepian, jauh dari keluarga dan teman,  kamu mencari teman untuk mengisi kekosongan perasaan itu, Sebenarnya kamu bisa memilih mencari pasangan yang sebaya kamu. Dengan kamu bersabar dan percaya diri sedikit saja, beberapa tahun disana kemungkinan besar itu bakalan ada, Tapi kamu kurang sabar dan kurang percaya diri. Kurang pengalaman dalam hal percintaan membuat kamu terbuai manisnya gombalan dari pria. Padahal kamu tau jelas kalau orang yang kamu pilih itu, sudah punya keluarga sendiri. Seharusnya kamu bisa berpikir secara logis, kemungkinan besar pria tersebut memilih kamu itu saat nihil. Pria itu jauh dari keluarganya juga, kamu hanya lampiasan dari rasa sepi-nya dia.

  • Ok. Anggap ke 2 itu kamu sudah gagal.

 Tinggal seatap-pun sebenarnya kamu sudah tau jelas bagaiman kriteria pria pilihan kamu, jika sudah sering banyaknya cek-cok berarti dirimu dan dia tidak cocok, entah dari siapa yang lebih Keras Kepala. Tapi menurut saya, kamu jauh keras kepala. Manisnya buaian akhirnya jadilah benih cinta.

  • Seorang anak telah lahir. 

Semua yang sudah terjadi, ngga bisa kamu salahin orang tua kamu. Karena dari pilihan 1 - 3 itu semua bermula dari kamu sendiri. Pilihan ada di tangan kamu. Sama halnya kamu mau makan apa, yah bukan orang lain yang tentuin kamu makan apa. kamu makan apa itu berdasarkan KEMAUAN diri kamu sendiri bukan orang lain.

Jika kamu merasa kamu-lah orang yang paling sayang sama anak kamu, tunjukin. Karena yang kita orang liat, kamu ngga sayang dan buang tanggung jawab ke orang lain. Ini anak kamu, waktu weekend lebih banyak kamu habiskan di luar daripada dengerin cerita anak kamu / temenin anak kamu cerita. Pernah kamu denger cerita sampai berjam-jam? Apa kamu tau dia maennya dimana dan temannya siapa? 

  • Pilihan ini, pilihan yang kamu buat sekarang.

Dengan kamu angkat kaki dari rumah, coba-lah kamu pikir lebih panjang lagi. Sebab akibat nantinya dampaknya di anak kamu dan di kamu juga. MIKIR MASA DEPAN ANAK! dia sudah 10 tahun dan baru kelas 2SD. kamu bayangin, sampe umur berapa lagi dia telat sekolah lagi cuma karena KEEGOISAN kamu.

"kamu punya uang berapa banyak?"  "Bisa kasih anak jajan tiap hari?"  "Emank anak ngga perlu sekolah?"  "Sudah siap keuangan kamu buat sekolahin anak sampai tamat?"  "Emank kalian berdua ngga perlu makan minum tiap hari?" "Emank kamu ngga perlu biaya buat belanja bulanan?" 

Kalau kamu merasa harga diri kamu lebih tinggi dari orang yang di rumah itu, dan kamu merasa yang paling sengsara dirumah itu, SILAKAN SAJA SAMA PILIHAN kamu, DENGAN ANGKAT KAKI DARI RUMAH ITU dan JANGAN BERPALING PULANG KE RUMAH ITU LAGI. 

TAPI... saya katakan begini, Karena, "apa kamu sudah siap dengan memohon maaf sama Orang tua?"  sudah salah sama pilihan yang kamu buat sendiri. "Apa sudah kuat buat jatuhkan harga diri kamu yang tinggi itu?" Apa kamu sudah kuat buat pecahin keras kepala kamu itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun