Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalut

20 Februari 2021   09:08 Diperbarui: 20 Februari 2021   09:24 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Freepik.com

Aku masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Mengapa mereka tiba-tiba muncul dan menimbulkan kekacauan di acaraku. Acara yang sudah sejak lama aku persiapkan dan aku ingin semuanya lancar. Itu adalah bonus dari impianku menjadi seorang penulis hebat.  Menjadi pembicara di acara tadi, yang walau tidak besar, tapi aku bangga bisa mendapatkan  kesempatan itu. Aku yang selama ini mengaku tidak percaya diri menunjukkan diri di depan umum, tapi faktanya, aku memang sudah berada disana. Aku tadi hampir sukses mendapatkan kepercayaan diriku kembali dari antusiasme peserta di forum itu. Tapi mau bagaimana, kini seseorang telah mengacaukannya.

Sahabatku, yang entah tahu darimana keberadaanku hari ini di ruangan itu, langsung menarikku keluar dan membawaku pergi. Aku masih tersadar saat dia datang. Saat ruangan mulai rusuh dari kepanikan semua orang, tiba-tiba dia datang dan langsung menarikku keluar melalui pintu lain dari ruangan itu. Dengan itu, tidak banyak hal yang kulihat atas kejadian tadi. Mungkin penampakan dari perusuh itu bisa sedikit kuiangat. Mereka berjumlah lebih dari lima orang dengan penampilan layaknya preman yang patut diwaspadai. Aku tidak melihat senjata apa yang mereka bawa. Aku hanya melihat asap begitu banyak menguasai ruangan, kemudian diikuti kepanikan dari semua orang, ditambah dengan aksi mereka yang menakutkan. Aku jelas panik dan takut. Dan aku yakin semua orang yang disana juga sama. Apa kabar mereka sekarang?

Yang aku herankan adalah, bukankah negeri ini sudah damai? Sudah tak ada lagi yang namanya bentuk penyerangan berkelompok yang dibiarkan beraksi terang-terangan.  Tapi buktinya, rombongan pengacau itu sudah sampai di tempat acaraku dengan mulus. Kemana netizen yang suka memviralkan? Kemana petugas keamanan yang katanya sigap menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat? Seharusnya, kedatangan para perusuh itu sudah dikejar polisi sejak dia berbondong-bondong datang dan memenuhi jalan. Atau apabila mereka datangnya tidak berbarengan, ada satu dua orang yang telah melihat mereka datang sebagai hal yang mencurigakan diarea gedung tadi, lalu sudah melaporkannya ke polisi.  

Ah entahlah. Akupun  belum juga mendapatkan jawaban apapun sampai kini kami telah berada di atas kendaraan yang membawa kami pergi entah kemana. Sepertinya aku tadi pingsan. Begitu bangun, mobil yang kami tumpangi ini sudah melaju kencang menuju ke arah yang akupun sama sekali tak mengenali jalan mana yang sedang kami lewati. Sahabatku ada disampingku. Tapi dia sama sekali tak mengizinkanku mengkhawatirkan apapun soal kejadian tadi.

"Sudahlah Bee, yang terpenting sekarang kamu aman. Kamu istirahat dulu aja ya, jangan mengkhawatirkan apapun soal tadi. Please."

Hanya itu jawabannya ketika aku ingin segera mendapat cerita apapun versi sahabatku. Ingin rasanya aku tetap kekeh meminta dia bercerita walau bagaimana dia menolak, tapi melihat ekspresi wajahnya saat menjawabku sambil memohon, akhirnya aku urungkan. Aku tahu siapa dia. Dia adalah sahabatku. Kebersamaan kita selama ini telah cukup membuat kita memahami satu sama lain. Butuh waktu bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Aku tahu ini sebuah ekspresi kekhawatiran yang mendalam. Lagipula, di dalam mobil ini ada orang lain yang tidak aku kenal yang sedang menyetir dan mungkin alasan  sahabatku tidak mau bercerita adalah privasi kita. Jadi lebih baik aku menanyakan semuanya nanti saja.

Perjalanan ini terasa begitu panjang. Aku semakin merasa yakin kalau ini memang bukan jalan yang kukenal. Aku tidak pernah melewatinya sebelumnya. Sepanjang jalan, yang kulihat hanya pepohonan lebat dan semak belukar. Pemukiman wargapun sama sekali tak kulihat. Walau terkesan tidak seram, tapi aku tidak mengerti mengapa harus melewati jalan yang sesepi ini. Aku sudah coba menanyakan pada sahabatku, tapi lagi-lagi dia membuatku bingung karena bukan jawaban yang pasti yang kudapat. Dia lagi-lagi memintaku tidak bertanya apa-apa dulu  dan terus-terusan memintaku tenang. Semuanya akan aman dan baik-baik saja, katanya.

Aku tak yakin berapa km jarak yang telah kita tempuh tadi. Bahkan aku tidak sadar, kini kami telah sampai di tempat tujuan dan sahabatku membangunkanku. Kini  aku sudah berada di suatu rumah bagus yang entah milik siapa. Rumah ini sangat besar dan jauh lebih bagus dibandingkan rumahku sendiri. Desain luarnya modern. Dilengkapi dengan taman bunga yang memanjakan mata. Halaman luarnya berpintu pagar tapi tidak terlalu luas. Begitu kami masuk, aku juga semakin terpesona dengan tatanan interiornya serta fasilitasnya yang lengkap. Akan terlalu panjang aku menjelaskan keadaannya. Intinya, ini jelas rumah orang kaya.

"Sementara kita akan tinggal disini sampai waktu yang belum dapat ditentukan." Kata sahabatku membuka suara.

"Wait, apa? tapi kenapa? Dan  ini rumah siapa?" Kalau kamu jadi aku pasti akan sama bingungnya dengan tindakan sahabatku ini. Dengan semua yang telah dia lakukan sampai detik ini sedari kemarin, dalam rangka menyelamatkanku dari kekacauan di tempat seminar. Bahkan dia juga tidak langsung bercerita untuk semua yang telah terjadi. Malah semakin membuatku menghadirkan sejuta tanya di kepalaku ini dengan dibawanya aku ke rumah semewah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun