Mohon tunggu...
Niena suartika
Niena suartika Mohon Tunggu... Freelancer - good people

pus Ilu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Abrasi Laut dan Ulah Manusia

28 Desember 2017   08:21 Diperbarui: 28 Desember 2017   09:01 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pikiran-rakyat.com

Awal bulan desember ini curah hujan di Indonesia memang cukup ekstrem.  Bahkan dengan cuaca tersebut hingga memunculkan nama-nama badai yang sangat indah seperti siklon cempaka dan dahlia.  Meskipun nama indah tak menjamin akibatnya indah juga, tetapi dampaknya sangat parah karena membuat sejumlah daerah menjadi longsor dan banjir.  

Cuaca yang ekstrem ini ternyata juga menimbulkan pasang surut air laut,  angin di atas lautan yang menghasilkan gelombang serta arus laut yang berkekuatan merusak.  Hal ini tentu dapat mengakibatkan erosi pantai atau biasa dikenal dengan abrasi pantai. Sebab-sebab yang demikian hampir tidak bisa dielakkan,  sebab laut memiliki siklusnya sendiri.  Pada satu periode,  angin dapat bertiup sangat kencang dan menciptakan gelombang serta arus yang tidak kecil.  

Seperti yang dialami oleh warga di Dusun Sungai Tengat,  Desa Mekar Utama,  Kecamatan Kedawangan,  Ketapang,  Kalimantan Barat, belum lama ini. Tercatat sebanyak sepuluh rumah dinyatakan roboh dan hanyut dalam kurun waktu tiga sampai empat bulan karena abrasi tersebut.  Tentu hal ini sangat memprihatinkan, mengingat dalam beberapa bulan terakhir kondisi di Indonesia tidak semuanya baik,  banyak juga bencana alam yang terjadi seperti gunung meletus di Gunung Agung Bali.  

Adanya abrasi ini pada dasarnya memang bukan semata-mata karena faktor alam saja,  faktor manusia juga ikut terlibat di dalamnya. Misalnya penambangan pasir yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.  Penambangan pasir pantai yang terjadi besar-besaran dengan mengeruk sebanyak mungkin pasir serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume pasir di lautan, bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. 

Ini kemudian berpengaruh langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak 'membawa' pasir, air pantai akan lebih ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat menghantam pantai sehingga proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya abrasi.

Adapun penyebab pemanasan global secara umum terjadi karena pemakaian kendaraan bermotor yang berlebihan serta asap dari pabrik-pabrik industri ataupun pembakaran hutan. Asap dari kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik serta hutan yang dibakar tersebut menghasilkan karbondioksida yang menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga panas tersebut terperangkat dan 'bersemayam' di lapisan atmosfer bumi. Akibatnya, suhu di bumi meningkat, es di kutub mencair dan permukaan air laut mengalami peningkatan sehingga akan menggerus tempat yang rendah.

Hal ini seperti dugaan dari warga di Dusun Sungai Tengat oleh salah satu perusahaan alumina,  PT Well Harvest Winning (WHW).  Warga menuding bahwa PT WHW memiliki peran penting dalam abrasi tersebut.  Karena pemecah ombak pelabuhan milik WHW yang dibangun sepanjang 200 meter di bibir laut,  sehingga mengakibatkan tekanan ombak menjadi lebih besar ketika sampi di pinggir pantai dan berdampak pada rumah warga.  

Namun,  Kepala Dusun Sungai Tengat,  Aguslan Siregar menyatakan jika PT WHW pernah membantu memberi beberapa pasak bumi untuk mengatasi abrasi pantai itu. Kini,  pihak perusahaan pun juga sedang meneliti tentang kemungkinan abrasi yang terjadi karena fenomena alam ini.  Dan peran serta masyarakat juga menjadi yang utama karena merekalah yang sudah hidup lama di sana.

Fenomena alam memang akan tetap terjadi karena itu rahasia Tuhan. Namun manusia bisa mencegah nya dengan tetap menjaga kelestarian alamnya. Alam akan memberikan yang terbaik jika manusia juga memberikan yang terbaik.  Seperti hukum sebab akibat,  dimana tidak akan terjadi akibat (atau dampak bencana)  jika tidak ada penyebabnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun