Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis

Menulis adalah passionku. Medium kata adalah caraku mengekspresikan diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Robot dan Manusia

12 Oktober 2022   13:06 Diperbarui: 12 Oktober 2022   13:10 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Aku tercengang saat melihat humanoid diwawancarai di segmen infotainmen Amerika Serikat. Sedikit ngeri, agak kagum, bercampur aduk emosiku melihat tiruan manusia di layar kaca. Aku fans kasual film-film futuristik, dan sebisaku untuk up date dengan kabar perkembangan teknologi. Selain hiburan, tentu ada guna humanoid lainnya yang memicu industri robotika untuk investasi dalam perintisan robot canggih.

Robot telah memesona rakyat dari beratus tahun lamanya. Bahkan ilmuwan masa lampau seperti Davinci telah mendesain robot untuk hiburan atasannya. Karya fiksi dan film telah mengulas kemungkinan robotika advans secara gelap walaupun banyak janji baik dari peningkatan fungsi robot selain sebagai mainan. Robot di masa mendatang bisa membantu dalam pembedahan presisi, pertukangan hazard, ranah hospitality bahkan merambah di arena terapi.

Humanoid berhubungan dengan industri patung manekin. Dengan menggabung pembuatan manekin, konstruksi mekanis mesin dan kecerdasan artifisial, menciptakan humanoid dengan kegunaan beragam. Semisal humanoid Sophie yang baru-baru ini menjual karya seni NFTnya. Humanoid Sophie juga digunakan sebagai alat edukatif mengenai etika robotik. Lalu humanoid buatan Jepang yang diproduksi sebagai teman bercakap-cakap pasien manula. Robot dibuat dengan mesin yang kalkukatif dalam berekspresi manusiawi dan diprogram dengan varian reaksi cukup natural.

Meskipun produksi robot juga memiliki konotasi negatif karena maraknya minat robotika romantic companionship, banyak yang masih percaya dengan inovasi robotika yang diharap membantu tenaga kerja dibagian yang lebih repetitif atau menguras banyak energi. Contohnya di Jepang sudah dibangun sarana hotel yang sebagian besar dilayani oleh robot. Ini tak seharusnya mengkhawatirkan manusia yang merasa lapangan pekerjaannya diambil. Robot idealnya mendorong manusia untuk mengasah bakat di arena lain yang menggunakan banyak kreatifitas. Berbaurnya manusia dengan asistensi robotika canggih adalah masa depan utopia.

Namun, banyak orang bertanya-tanya, apakah robot akan mengalami kesadaran dan memberontak pada tuannya manusia? Seperti ramalan banyak konten fiksi? Sebuah spekulasi yang menarik yang mempertanyakan esensi apa itu perasaan. Meskipun kukira manusia menciptakan teknologi sampai tahap mesin punya kesadaran identitas utuh adalah sesuatu yang mustahil. Mungkin kuprediksi butuh ratusan tahun pemrograman fungsional tiap cabang reaksi mini emosi hanya untuk satu robot saja agar perasaan artifisial lengkap dan natural tercipta. Yang tidak praktis sama sekali. Menurutku dermawan dan inovator bakal investasi waktu pada mesin demi hal-hal lebih mendesak seperti asistensi presisi operasi jantung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun