Mohon tunggu...
Nida Qonitah
Nida Qonitah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Siswi

There are 3 C's in Life :CHOICE, CHANCE, CHANGE. You must make the CHOICE to take the CHANCE, if you want anything in life to CHANGE. Change your day successfully.

Selanjutnya

Tutup

Film

Ada Apa dengan Dilan 1990?

17 Februari 2020   12:10 Diperbarui: 17 Februari 2020   12:25 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"Aku ramal istirahat kita akan bertemu dikantin". Siapa yang tak kenal ungkapan tersebut?, ungkapan yang sangat terkenal dari sebuah novel karangan Pidi Baiq yang sempat viral sampai membuat sutradara Fajar Bustomi merilisnya menjadi sebuah film. Dilan sebagai aktor yang berperan dalam novel ini menajdi seorang yang sangat disegani dengan jabatannya sebagai panglima tempur dalam suatu geng motor ternama di kota Bandung.

Disandingkan dengan seorang wanita cantik, yang baru saja pindah dari ibu kota. Awalnya Milea yang tak suka terhadap Dilan dengan menunjukan sikap yang kurang ramah akhirnya luluh dengan gombalan-gombalan Dilan yang bagaikan sayap-sayap yang menerbangkan perasaan Milea. Merekapun resmi berpacaran setelah adanya surat proklamasi yang ditanda tangan di atas materai.

Kisah cinta remaja SMA masa kinipun tergambar dari film ini. Tingkah Dilan yang memang awalnya dianggap aneh oleh Milea ini benar-benar terasa dari awal perkenalan mereka. Belum lagi hadiah ulang tahun berupa buku Teka-teki Silang (TTS) yang sudah diisi penuh, agar Milea tak pusing untuk mengisi, katanya. Selain itu dikala Milea sakit dilan malah mengiriminya tukang pijit dan langsung datang menjenguknya. Peran para tokoh lain pun cukup berhasil.

Pada awal dirilisnya film berjudul "DILAN 1990" untuk pertama kalinya, film ini langsung menuai sambutan yang begitu antusiasnya dari berbagai kalangan terlebih dari kalangan para remaja putri. Film yang menyuguhkan romantisme yang begitu terasa untuk kalangan remaja ini menjadikan sosok Dilan bak idola para remaja. Namun disamping romantisme filmya produser film berhasil membuat suasana film sangat terasa seperti Bandung era 90-an.

Alur yang tertata dengan rapih memang tidak membuat penonton penasaran dengan apa yang akan terjadi namun kepiawaian para pemain filmnya membuat penonton dapat seolah-olah ada di adegan tersebut.

Terlepas dari segala unsur pembuatan filmya, film ini juga menjadi salah satu film yang dapat dikatakan tidak patut untuk dicontoh dalam beberapa adegannya seperti melawan guru, berpacaran, tawuran dan adegan-adegan yang sungguh tidak mencerminkan moral seorang pelajar. Film inipun setidaknya terasa tepat untuk menjadi hiburan bagi para remaja dan masih dapat dinikmati untuk sekedar bernostalgia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun