Mohon tunggu...
Nico Sitompul
Nico Sitompul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Film

Ketika Film Dilan Menjadi Fenomena Politik

31 Maret 2019   20:31 Diperbarui: 1 April 2019   04:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dalam Debat Pilpres kemarin, Presiden Jokowi sempat menyebutkan istilah "Dilan" yaitu singkatan dari "Digital Melayani" sebagai bagian dari program beliau jika terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia. Tujuan "Dilan" adalah untuk mempercepat proses dan layanan pemerintah bagi masyarakat yang bisa dilakukan secara elektronik dan bersifat transparan. 

Ini tentunya merupakan hal yang sangat baik.. terutama di era digital seperti sekarang ini layanan Dilan merupakan sesuatu yang wajib untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang pada akhirnya membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Namun yang ingin saya bahas disini bukanlah mengenai debat pilpres dan segala bentuk adu programnya, namun kenapa Pak Jokowi menggunakan istilah Dilan dalam penyampaian programnya?

Film Dilan 1990 dan Dilan 1991 merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama, yang ditulis oleh Pidi Baiq. Secara mengejutkan film ini berhasil menduduki posisi 2 dan 3 film terlaris di Indonesia hingga saat ini. Dengan jumlah total penonton mencapai lebih dari 11 juta orang. Tidak heran jika produser dan sutradara sudah merencanakan untuk merilis lanjutan kedua film tersebut dengan judul baru yaitu, Milea.

Sosok Dilan & Milea memang menjadi populer karena mewakili generasi milenial dan juga Gen-Z. Kenapa Milenial? Karena settingan film Dilan itu diambil pada tahun 1990-an, yang mana pada masa itu kaum milenials banyak yang masih remaja atau duduk di bangku SMU. Jangan kaget kalau para milenial (yang saat ini rata-rata sudah memiliki keluarga dan berpenghasilan tetap) akan "termehek-mehek" ketika menonton film ini. Rasanya seperti dibawa bernostalgia mengenang kisah asmara dengan mantan-mantan di SMU dahulu yang kadang membuat kita menangis atau malah tertawa. Kok bisa ya?

Bagi generasi -Z, film ini memiliki tema yang masih masuk dalam ranah pengalaman cinta mereka. Meskipun judulnya 1990/1991 tapi tetap sosok Dilan atau Milea ya masih banyak ditemukan di generasi mereka yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah ini. Dijamin, generasi-Z pun merasa terwakilkan dengan kedua film yang dibintangi Iqbal Ramadhan dan Vanessa Priscilla ini.

Indonesia sudah lama tidak memiliki film dengan tema cinta di bangku sekolah yang mampu "mempermainkan" perasaan penonton, terutama sejak munculnya Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang super sukses di Indonesia. Syarat film dengan tema seperti ini sebenarnya cukup sederhana:

a. Ceritanya harus baper

b. Aktor dan Aktrisnya harus ganteng dan cantik serta mampu menjiwai peran masing-masing

c. Soundtracknya harus bisa membekas di telinga para penonton bahkan sampai berbulan-bulan

Jika ketiga hal diatas bisa dipenuhi oleh film dengan tema cinta remaja, maka dijamin filmnya akan sukses. Namun kembali lagi dengan pertanyaan diatas, kenapa Jokowi memakai istilah 'Dilan" untuk programnya? Jawabannya simple, karena ia bisa menarik hati pemilih dari Generasi Milenial dan juga Gen-Z. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun