Mohon tunggu...
Nikodemus Niko
Nikodemus Niko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Saya hanya seorang penulis lepas, hidup di jalanan berbatu dan mati di atas rindu yang berserak.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Petaka-petaka" Akhir-akhir Ini di Tanah Air

19 September 2019   10:28 Diperbarui: 20 September 2019   14:20 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blank page (Dokpri)

3. Pelambatan Pengesahan RUU PKS

SIAL. Aku marah, mengumpat, dan menangis. Marah dengan sikap wakil rakyat yang bertele-tele mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. 

Mengumpat karena tidak bisa berbuat banyak untuk perjuangin. Menangis untuk semua korban kekerasan seksual, termasuk sahabatku yang harus operasi dan kesakita karena mengalami perkosaan di Bandung. 

Perih hati ini, sampai menunggu berapa korban lagi? Korban-korban yang tidak tercatat, ketakutan, dan ini menyakitkan hati. Penundaan pengesahan RUU PKS adalah bencana berantai yang akan terjadi pada tiap manusia-manusia rentan; perempuan dan anak dan other seksualitas dan gender. Anggota dewan yang terhormat sama sekali tidak memiliki nurani jika penundaan pengesahan RUU ini.

4. Asap Berkepanjangan di Kalimantan dan Riau

Aku menangis di kamar sunyi, meringis perih hati. Keluargaku di Kalimantan Barat, bagaimana kabarnya? Asap dan kebakaran hutan terus-terus dan terus terjadi. Sehatkah mereka? 

Pun untuk keluarga di Kalimantan Tengan dan Riau, bagaimana kabar mereka? Sosial media bertebaran kabar yang mengkhawatirkan tentang kebakaran hutan dan bencana asap. 

Bukan saja media sosial, pun nyatanya demikian, koran nasional, koran daerah pun mengabarkan demikian. Oh, Tuhan, bumi kalimantan kami terbakar dan penuh asap. 

Jerat para perambah hutan dan membakar seenak nya. Bisnis berkepanjangan dan bukan tidak mungkin akan membunuh manusia, hewan dan tumbuhan atas buasnya perusahaan-perusahaan kapitalis. Usir mereka dari Kalimantan, jika bisa, mohon, usir mereka. Jangan biarkan mereka tiap tahun menikmati derita masyarakat kami.

Mari tundukkan kepala, berdoa dan bersujud kepada alam semesta, semoga selalu baik-baik saja, walau kita tahu sendiri ibu pertiwi sedang tak baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun