Siapa orangnya yang tak butuh sukses. Jalan menuju ke arah itu, sangat licin dan terjal. Butuh usaha maksimal bagi siapa saja yang akan memburunya. Namun, khususnya bagi penulis, sangat yakin bila kesuksesan itu tetap datangnya dari Takdir Illahi. Tak setiap orang diberi-Nya kesuksesan.
Kesuksesan disini penulis batasi dengan kesuksesan secara umum orang menilai, yakni ukurannya ketercukupan ekonomi keluarga plus kepemilikan aset kekayaan yang melimpah. Kita tak bicarakan dulu kesuksesan dari sisi di luar materi. Termasuk, kesuksesan dalam memanajemen hati.
Menurut keyakinan penulis, kesuksesan itu diberikan Tuhan sebagai penyeimbang kehidupan. Bila Tuhan memberikan kesuksesan kepada setiap orang. Niscaya, dunia akan menjadi hutan belantara. Sukses di sini, sudah pasti banyak uang. Ketika setiap orang banyak uang, mana ada yang mau diupah untuk menjadi tenaga kebersihan. Ya, pelan-pelan dunia pun jadi hutan belantara he.he.
Memburu kesuksesan itu, kewajiban setiap orang. Namun, tetap harus disertai do'a. Dan, Tuhan tak bakal mengabulkan do'a setiap orang. Karena, ya itu tadi, demi keseimbangan kehidupan. Pula, kesuksesan yang didapat saat ini, belum tentu buah dari do'a pada saat waktu pendek. Bisa saja kesuksesan yang didapat saat ini, berasal dari do'a-do'a masa lalu yang baru dikobulkan Tuhan saat ini. Persoalannya, kira-kira bagaimana ya do'a supaya cepat terkabulkan ?
Penulis pun masih susah untuk mencari jawaban dari persoalan tadi. Nanyak do'a-do'a penulis yang belum terkabulkan. Termasuk, he.he. do'a  untuk dapatkan K- Rewards dari Kompasiana. Tapi, penulis meyakini, karena Tuhan mempertimbangkan faktor ,keseimbangan tadi. Dan, merasa ada yang perlu diperbaiki dalam cara berdo'anya.
Ingat ungkapan Pimpinan Pondok Pesantren di Cisempur Jatinangor, Bapak H. Aep Thohariyi kepada penulis, sebetulnya kata beliau, do'a itu ibarat dari satu anak panak. Setiap anak panah itu pasti tajam. Namun, bila " gondewa " panahnya tak lurus, setajam-tajamnya anak panah tetap tak bakal kena sasaran. Jadi, sebelum berdo'a itu, luruskan dulu hatinya. Baru, doa itu akan kena sasaran.
Bapak H. Akhmad Thohariyi pun memberikan gambaran lain tentang kobulnya do'a. Menurut beliau, do'a itu ibarat proposal. Saat kita kirimkan proposal  permohonan bantuan kepada Gubernur, misalnya. Proposal yang kita kirimkan diverifikasi dulu. Apa programnya realistis, ada banyak manfaat bagi kepentingan umum. Setelah programnya dianggap baik, baru dilihat legalitas pengirimnya. Apa sudah berbadan hukum atau persyaratan lainnya. Setelah dianggap wajar, baru banruan turun.
Bagitupun Tuhan. Dia akan memverifikasi setiap do'a yang dikirim setiap orang. Ketika hasilnya sudah layak dibantu, niscaya bantuan itu akan turun. Tuhan akan menurunkan bantuan kepada kita. Di hari Imlek ini, mari kita sama-sama berjuang unruk meraih kesuksesan. Hasilnya, sebuah misteri Illahi. ( Tatang Tarmedi )