Mohon tunggu...
Tatang Tarmedi
Tatang Tarmedi Mohon Tunggu... Jurnalis - Untuk share info mengenai politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Hidup akan jauh lebih bernilai, jika kau punya sebuah tujuan penting.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Rindu di Malam Beku

8 Februari 2021   20:24 Diperbarui: 8 Februari 2021   20:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam di musim hujan, menggigil digigit rindu kepadamu. Ke mana harus kujelajahi, tatkala jejakmu hanya dalam bayangan. Engkau begitu tega, pergi di saat kita sehati. Engkau hilang, sisakan sepi di hati.

Sungguh, inikah arti dari satu perpisahan. Air mata tak lagi perkasa untuk tuntaskan rindu. Mestikah aku beku dalam penantian semu ini? Kasih, berat kutinggalkan namamu. Kasih, ke mana aku bisa kembali, cengkram erat jemarimu...

Tiga puluh tahun serasa sekejap, kerna engkau tak pernah ingkari kesetiaan. Potretmu di dinding biru itu, masih tersenyum buat aku dan anak-anakmu. Kasih, harus ke mana aku titipkan kecupan hangat, mungkinkan dahi pada potretmu itu bisa kau rasakan getar rinduku ?

Kutulis surat ini, di saat air mata tak kuasa aku tahan. Air mata yang kesejuta kalinya. Bila saja waktu bisa mundur ke belakang, aku ingin lebih memanjakanmu lagi.  Aku tak bakal biarkan, kamu untuk sakit. Aku tak akan menyendirikan kamu. Sampai kapan pun.

Kasih, sementara sekian dulu surat dariku. Diamlah dengan tentram.  Jangan beri tangisan buatku, kerna itu tambah beban dalam perjalananmu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun