Mohon tunggu...
Nicholas Russel William
Nicholas Russel William Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pelajar/Kelas 12 IPA/SMA Kolese Kanisius

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jakarta, Kota yang Berlomba Melawan Alam

28 Februari 2023   12:44 Diperbarui: 28 Februari 2023   12:50 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan di Muara Baru yang berada di balik tanggul sudah sebagian tenggelam dan terlihat rapuh setelah melawan ombak dan arus. (Zintan Prihatini)

Dalam zaman modern ini, Jakarta telah menjadi perwujudan sempurna dari kata metropolitan. Namun di balik banyaknya lampu-lampu silau dan kehidupan kota yang berjalan dengan cepat, terdapat sebuah masalah besar. Jakarta merupakan salah satu dari banyak kota di sekeliling dunia yang secara perlahan-lahan tenggelam akibat kenaikan air laut yang terjadi dengan sangat pesat. 

Menurut sebuah penelitian dari Universitas IPB, tanah di Jakarta mengalami penurunun sekitar 1.8cm sampai 10.7cm dalam periode waktu 2019 sampai 2020. Ditambah dengan penelitian baru Badan Riset dan Inovasi Nasional yang memprediksi bahwa seperempat dari kota Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050, dapat dilihat bahwa tenggelamnya ibukota menjadi sebuah isu yang harus cepat ditangani.

Masalah tenggelamnya Jakarta disebabkan oleh campuran ulah manusia dan juga perubahan iklim. Air tanah merupakan sumber utama air bersih untuk mayoritas dari rakyat Jakarta karena sistem pompa air tidak tersedia bagi semua orang. 

Menurut data dari PAM Jaya mengenai layanan air bersih, hanya sekitar 3,4 juta orang yang tersambung ke jaringan pipa PDAM. Ditambah dengan kurangnya akses terhadap jaringan air bersih, Jakarta juga tidak memiliki sumber-sumber air bersih selain Sungai Krukut. Kedua hal ini menyebabkan sebagian besar dari warga Jakarta untuk mengandalkan air tanah untuk memiliki sebagai sumber air bersih mereka. 

Menurut Aetra (2016), air tanah merupakan bagian air yang berada di akuifer, lapisan yang ada di bawah permukaan tanah. Untuk memperoleh air tanah ini, rakyat Jakarta membuat sumur-sumur yang akan mengambil air dari lapisan akuifer. 

Proses ini dapat dilakukan secara berulang kali karena air di lapisan akuifer tersebut akan terisi ulang secara alami oleh hujan. Namun proses isi ulang ini tidak dapat berjalan dengan lancar di Jakarta karena kota Jakarta tertutup oleh beton dan aspal yang mempersulit proses reabsorpsi air. Akibatnya, tanah yang awalnya penuh air menurun tingginya dan secara perlahan-lahan kota Jakarta akan tenggelam.

Permukaan laut juga menjadi sebuah faktor terhadap tenggelamnya Jakarta. Peneliti IPCC memproyeksikan air laut untuk meningkat dengan lebih cepat dan memprediksi bahwa permukaan laut rata-rata akan menambah setidaknya 0.48m. 

Menyalahkan satu orang atau negara atas meningkatnya air laut merupakan sebuah kegiatan yang tiada artinya karena meningkatnya air laut terdorong oleh ulah manusia di seluruh bumi secara keseluruhan. 

Peningkatan air laut merupakan salah satu dampak dari fenomena perubahan iklim dan oleh sebab itu tidak dapat dilawan atau dicegah dengan cara apapun karena sudah berjalan dari awal revolusi industri yang terjadi 200 tahun yang lalu. 

Menurut penelitian International Panel for Climate Change, permukaan air laut sudah meningkat 3.6mm setiap tahunnya dalam periode waktu 2005 sampai 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun