Mohon tunggu...
Nicho Kosip
Nicho Kosip Mohon Tunggu... Penulis - Nulis kalo mood-nya ngumpul :)

Lulusan Ilmu Komunikasi angkatan 2018 Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Nasional(is)me", Pembelajaran untuk Memahami dan Mencintai Indonesia dengan Sederhana

11 November 2020   23:48 Diperbarui: 12 November 2020   00:19 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar film pendek "nasional(is)me"

Penggambaran watak Koh Apui ternyata jauh berbeda dari apa yang ada di pikiran Martin, Koh Apui adalah orang yang 'renyah' dalam bicara dan nasionalis. Ia menunjukkan kecintaannya dengan memperlihatkan Lambang Negara Indonesia (Burung Garuda) yang sudah usang dan hendak ia ganti dengan yang baru. Ia mengatakan bahwa tiap tahun ia menggantinya dengan yang baru adalah untuk mengingatkannya agar selalu cinta tanah air.

"Karena biasa saya suka lupa, kalau saya ini orang Indonesia. Apalagi di luar sana, banyak orang bilang kami ini orang Cina, padahal kita ini orang Indonesia", ~Koh Apui

Sebuah hal yang cukup membuat hati bergetar adalah bagaimana keresahan yang diucapkan oleh Koh Apui. Bagaimana ia merasa masih adanya pengelompokan di Indonesia terutama terkait SARA. Padahal dengan jelas, tegas, dan gamblang ia mengatakan bahwa "Saya ini orang Indonesia".

Burung Garuda lama milik Koh Apui itu, akhirnya diberikan kepada Martin supaya di pasang di rumahnya. Sebuah pemahaman baru akhirnya juga didapatkan oleh Martin. Ia akhirnya sadar bahwa Koh Apui yang sebelumnya ia gambarkan dengan citra negatif ternyata adalah orang yang baik. Bahkan Martin pun mengatakan bahwa Koh Apui lebih Indonesia dari pada dirinya. 

"..... Biar kau juga paham apa itu NKRI dan maknanya dari Pancasila", Kata Koh Apui pada Martin ketika memberikan Burung Garuda 

tangkapan layar film pendek
tangkapan layar film pendek "nasional(is)me"

Sebuah hal yang cukup miris dan seharusnya membuat kita tertegun adalah ketika kita bangsa Indonesia masih merasa terpecah karena adanya sebuah perbedaan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Namun, akankah kita masih menganggap perbedaan sebagai suatu 'bencana' atau sebagai sebuah keindahan dalam 'keanekaragaman'.

Indonesia adalah negara yang kaya dan indah, baik dalam hal sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Penggambaran yang ada dalam film ini divisualisasikan dengan sangat halus. Mulai dari penggunaan bahasa daerah khas Palopo, hamparan sawah yang hijau membentang, makam orang Kristiani, Gereja, taman makam pahlawan, patung Bunda Maria, hingga di adegan terakhir ketika sudah hampir magrib dan Martin mengingatkan Hasyim untuk salat.

"Matanya memang sipit, tapi tetap lapang tawa hatinya. Sama jek kau, kulitmu boleh hitam, tapi hatimu harus tetap merah putih!" ~Hasyim pada Martin.

Film yang cukup sederhana namun dapat menjadi pembelajaran berharga bagi yang menontonnya. Saya pribadi merasa menjadi semakin paham dan cinta dengan perbedaan di Indonesia. Ternyata mencintai Indonesia dapat dilakukan dengan cara sederhana. Misalnya menerima dan menghargai perbedaan yang ada dan menganggap bahwa semua yang ada adalah campuran warna yang menjadikan Indonesia ini indah. 

Salam.

Daftar Pustaka:

Kusumawardani, A & Faturochman. (2004). Buletin Psikologi: Nasionalisme. Diakses pada 11 November 2020 22.00 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun