Mohon tunggu...
Nibras Java
Nibras Java Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di UPN Veteran Yogyakarta

Jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial dalam Kehidupan

9 Agustus 2022   17:19 Diperbarui: 9 Agustus 2022   17:28 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat terutama para milenial. Kemudahan dalam aksesnya dan berbagai fitur di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi penggunanya. 

Sebut saja instagram aplikasi berbagi foto yang berdiri tahun 2010 ini sudah dipakai 99,15 juta orang di indonesia[1]. Berbagai fitur diantaranya adalah berbagi cerita, unggah foto, bisnis, percakapan messenger, dan lain-lain. Kemudahan ini dimanfaatkan orang-orang untuk berbisnis, mencari alternatif wisata, inspirasi pakaian, info lucu dan menarik. 

Selain itu fitur gulir atau scroll tanpa batas dengan info baru setiap detiknya membuat penggunanya betah berlama-lama menatap layar medsosnya. 

Tidak bisa dipungkiri, hadirnya media sosial membawa perubahan yang besar bagi kehidupan masyarakat baik itu positif dan tentu saja negatifnya. 

Penggunaan media sosial dapat memudahkan perusahaan dalam mempromosikan produknya, menjembatani antara konsumen dan produsen, mewadahi kreatifitas anak muda dan masih banyak lagi. Di sisi lain, penggunaan media sosial tanpa batasan dan pengawasan tentu akan berdampak negatif.

 Kesehatan mental, merupakan salah satu masalah akibat penggunaan media sosial yang tidak tepat. Media sosial mewadahi penggunanya secara bebas untuk membagikan momen dalam hidupnya atau bisa dibilang "ajang pamer". 

Hal ini cenderung membuat orang yang melihatnya merasa insecure atau minder melihat kehidupannya tidak seberuntung orang tersebut. Seseorang yang memiliki rasa insecure akan timbul rasa tidak percaya diri dan melihat dirinya tidak berharga. 

Selain itu fitur like atau suka di media sosial akan membuat seseorang yang mendapatkannya menghasilkan hormon dopamine atau hormon bahagia. Dikutip dari alodoc  "Hormon dopamin adalah senyawa kimia di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. 

Hormon ini dapat memengaruhi berbagai aktivitas manusia, mulai dari kemampuan mengingat hingga menggerakkan anggota tubuh. Hormon dopamin disebut juga sebagai hormon pengendali emosi. Saat diproduksi dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan meningkatkan suasana hati sehingga orang akan merasa lebih senang dan Bahagia[2]". 

Hormon ini tidak hanhya didapatkan dari like tetapi hal-hal yang menyenangkan dan lucu seperti postingan meme, video lucu, dan lainnya secara instan. Jika dilakukan secara berlebihan maka akan dihasilkan hormon dopamine di luar kendali dan akibatnya bisa menimbulkan kecanduan. 

Menurut data dari databoks bahwasannya "Rata-rata orang indonesia mengakses media sosial selama 3 jam per hari[3]". Padahal waktu yang disarankan untuk menggunakan media sosial hanya kisaran 30 menit saja per hari[4]. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun