Mohon tunggu...
Nia Safitri
Nia Safitri Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Menempuh Pendidikan S1 IAIN TULUNGAGUNG Note: Ambil Resiko, Bermimpi Lebih Besar, dan Berharap Besar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Indonesia Menyongsong Era Revolusi 4.0

1 November 2019   23:41 Diperbarui: 22 Juni 2021   18:29 23648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Pendidikan Indonesia Menyongsong Era Revolusi 4.0 (unsplash/taylor-wilcox)

Abstrak

Perkembangan teknologi pembelajaran dewasa ini telah berkembang pesat mengiringi perkembangan kemajuan teknologi canggih. Keberadaannya menawarkan banyak potensi dan manfaat, untuk mewujudkannya diperlukan keterlibatan akademisi dalam bentuk riset. 

Artikel ini bertujuan untuk memaparkan pendidikan Indonesia menyongsong era revolusi industri 4.0. Hadirnya era revolusi industri 4.0 sangat berpengaruh pada bidang pekerjaan yang mayoritas akan dikendalikan oleh kemajuan teknologi. 

Perubahan tersebut menuntut dunia pendidikan untuk menggeser sistem pendidikannya menghasilkan lulusan dengan keterampilan yang dibutuhkan pada era ini. 

Di Indonesia kesiapan menghadapi perkembangan pendidikan era revolusi industri 4.0 adalah segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia melalui pengembangan kurikulum yang harus dilengkapi dengan kemampuan dalam dimensi akademik, keterampilan tak kasat mata lain seperti keterampilan interpersonal, berfikir global, dan literasi media dan informasi. Selain itu, kurikulum harus membentuk siswa dengan penekanan STEM.

Karena pendidikan sebagai pendongkrak gagasan ilmu pengetahuan salah satunya akan mencetak operator dan analisis handal bidang manajemen pendidikan untuk meningkatkan kemajuan pendidikan berbasis teknologi informasi yang akan menjawab tantangan revolusi industri 4.0 yang terus melaju pesat. 

Kebijakan yang diberikan manajemen pendidikan saat ini memberikan manfaat untuk seluruh level pendidikan.

Kata kunci: Pendidikan, Riset, Revolusi indutri 4.0, STEM, Kurikulum

Baca juga : Urgensi Bimbingan Konseling di Lingkungan Sekolah Luar Biasa

Pendahuluan

Pada saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri generasi ke empat (revolusi industri 4.0) yang bisa ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi serta perkembangan sistem digital, kecerdasan artifisial, dan visual. 

Munculnya Era Revolusi Industri dimulai dari Revolusi Industri 1.0 yaitu sekitar abad ke-18, Revolusi Industri 2.0 pada abad ke 19-20, Revolusi Industri 3.0 sekitar tahun 1970-an dan kemudian Revolusi Industri 4.0 yang dimulai pada tahun 2010-an hingga kini. 

Perkembangan revolusi industri 4.0 menggunakan rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai pundi-pundi pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin.[1] Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0 sejak tahun 2018. 

Berbagai perubahan yang muncul dan usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menghadapi dampak dari revolusi industri 4.0.

Aspek yang sangat berperan untuk menyiapkan generasi dalam menghadapi tantangan era disrupsi atau era revolusi industri 4.0 yaitu pendidikan. 

Era Revolusi Industri 4.0 membawa tuntutan tersendiri bagi dunia pendidikan. Mau tidak mau, suka tidak suka perkembangan dunia pendidikan di Indonesia harus tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada. 

Banyak dampak yang muncul di era ini seperti halnya pada satuan pendidikan telah menerapkan teknologi digital dalam proses pengajaran, yang kapasitasnya mampu menembus tembok ruang kelas, batas-batas sekolah, dan bahkan negara.[2] Perubahan dan perkembangan yang terus melaju pesat ini tidak dapat dihindari oleh siapapun. 

Sehingga dibutuhkan penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang memadai dengan keterampilan yang kompeten agar siap menyesuaikan dan mampu bersaing dalam lingkup skala global. 

Pemberdayaan serta peningkatan SDM melalui jalur pendidikan dasar dan menengah hingga ke perguruan tinggi merupakan salah satu kunci untuk mampu mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0.

Pendidikan Indonesia dengan pemanfaatan teknologi komputer dan internet yang super canggih secara tidak langsung telah memicu perubahan proses pembelajaran di Indonesia yang sedang berlangsung di sekolah. 

Untuk menghadapi perkembangan ini, diperlukan pendidikan yang dapat mencetak generasi yang kreatif, inovatif, serta kompetitif. 

Pencapaian ini bisa diperoleh secara maksimal dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan yang diharapkan nantinya bisa menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik.

Negara Indonesia sangat perlu meningkatkan kualitas lulusan dengan kompetensi yang unggul sesuai dengan dunia kerja dan tuntutan teknologi dunia digital. 

Baca juga : Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengembangkan Potensi Bakat Peserta Didik di Masa Pandemi Covid-19

Dengan pendidikan 4.0 merupakan tanggapan terhadap kebutuhan revolusi industri 4.0 dimana manusia dan teknologi akan saling bersaing diselaraskan untuk menciptakan peluang-peluang baru dengan kemampuan yang kreatif dan inovatif. 

Namun ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa peserta didik di indonesia kurang menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. 

Kurangnya sikap kreatifitas dan inovatif dari peserta didik ini bisa dipicu karena pendidik yang kurang mampu memvariasi metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajar sehingga minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran berkurang. 

Namun ada hal lain yang juga mempengaruhi yaitu tidak semua pendidik di Indonesia dapat memanfaatkan kemajuan teknologi, karena rendahnya pengetahuan pendidik pada teknologi. Serta pendidik masih terbiasa dengan konsep pembelajaran konvensional era tahun 80-an. 

Metodologi Penelitian

Artikel ini disusun bertujuan untuk memaparkan pendidikan indonesia menyongsong era revolusi industri 4.0 dan sekaligus memaparkan alternatif jawaban atas tantangan di era revolusi industri 4.0. 

Untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik yang akan dibahas dalam artikel ini, jenis penelitian yang dipilih oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (library research), karena sumber data yang digunakan adalah seutuhnya berasal dari perpustakaan atau dokumentatif. 

Dengan mengkaji sumber data yang terdiri dari literatur-literatur yang berkaitan dengan tema pendidikan, revolusi industri 4.0.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.

Sehingga diharapkan bisa memberikan gambaran kepada generasi pendidik di Indonesia dalam menyikapi masyarakat digital terutama hadirnya generasi alfa sebagai generasi yang lahir di era revolusi industri ke empat. 

Upaya mengumpulkan informasi dimaksud dapat diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian, jurnal-jurnal, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik lainnya.

Baca juga : Kaca Mata Bimbingan dan Konseling : Pandemi Covid-19 Membatasi Aktivitas Anak Berkebutuhan Khusus

Hasil dan Analisis

       Era Revolusi Industri 4.0

Istilah mengenai industri 4.0 berawal dari ide revolusi industri ke empat dimana revolusi industri terjadi sebanyak empat kali.  

Revolusi industri pertama kali terjadi di Inggris pada abad ke-18 sekitar tahun 1784 atau yang dikenal dengan revolusi industri 1.0, ketika ditemukannya mesin-mesin dengan tenaga uap membuat manusia beralih yang semula mengandalkan tenaga hewan ke mesin-mesin produksi mekanis. 

Revolusi industri ke dua atau revolusi Industri 2.0 terjadi pada akhir abad ke-19 ditandai dengan adanya mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara masal. 

Revolusi industri 3.0 terjadi mulai tahun 1970 ditandai dengan penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur. 

Dan kemudian pada tahun 2000-an, saat ini berkembang dengan pesat dari teknologi, interkoneksi, dan analisis data yang memunculkan gagasan untuk mengintregasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang industri. 

Gagasan inilah yang kemudian diprediksi menjadi revolusi industri 4.0.[1] Angka ke empat menunjukkan bahwa revolusi industri telah mengalami perubahan atau perkembangan sebanyak empat kali, serta muncul banyak fenomena unik terkait perkembangan teknologi.

Menurut Kagermann dalam tulisannya Hoedi Prasetyo dan Wahyu Sutopo, munculnya istilah Industri 4.0 secara resmi lahir di Jerman tepatnya pada saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011. 

Negara jerman memiliki kepentingan yang besar dalam hal ini karena industri 4,0 menjadi salah satu kebijakan rancangan pembangunan yang disebut dengan High-Tech Strategi 2020. 

Kebijakan tersebut memiliki tujuan untuk mempertahankan jerman agar selalu menjadi yang terdepan dalam dunia manufaktur.[2] Hadirnya revolusi industri 4.0 ini menggantikan revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan cyber fisik serta adanya kolaborasi manufaktur. Peningkatan pertumbuhan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh beberapa faktor diantaranya: 

1) Meningnkatnya tingkat volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas internet;

2) Munculnya pemahaman analisis, kemampuan, serta kecerdasan berbisnis; 

3) Adanya bentuk interaksi baru yang terjadi antar manusia dengan mesin; dan 

4) Perkembangan perbaikan infrastruktur transfer digital ke dunia fisik, seperti adanya robotika dan 3D printing. 

Revolusi industri 4.0 prinsip dasarnya adalah penggabungan antara mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan di berbagai rantai dan proses pergerakan produksi untuk mengendalikan satu dengan yang lainnya.

Menurut Herman et. al. (2016) dalam tulisannya Sri Sugiarto menyatakan bahwa, era revolusi industri 4.0 memiliki beberapa prinsip yang harus dipahami dan dicermati. 

Beberapa prinsip tersebut sebagai mana yang dikemukakan oleh Herman et. al. ada empat desain prinsip industri 4.0 yaitu; Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP) yang diikuti teknologi baru dalam data sains. Dalam konsep penerapannya prinsip ini memerlukan adanya kolaborasi, keamanan, dan standar. 

Kedua, informasi yang transparan yaitu kemampuan dari sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. 

Ketiga, bantuan di bidang teknis yang meliputi; 

(i) Kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan konsep menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat serta memecahkan masalah mendesak dalam waktu yang singkat; 

(ii) Kemampuan sistem memberikan dukungan terhadap manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau bahkan hal yang tidak aman; 

(iii) Kemampuan sistem memberikan bantuan berupa kemampuan visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.[3]

Perkembangan revolusi industri 4.0 memperkenalkan pengembangan teknologi produksi massal yang fleksibel, mesin-mesin akan berkolaborasi dan berkoordinasi dengan manusia. 

Dalam proses pengontrolan sistem produksi akan lebih diupayakan melakukan sinkronisasi waktu dengan melakukan penyatuan dan penyesuaian produksi. 

Kehadiran revolusi indurtri 4.0 yang begitu cepat banyak hal yang tidak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul berbagai hal baru, inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. 

Misalnya saja pada era ini munculnya transportasi dengan penerapan sistem ride-sharing seperti Go-Jek, Uber dan Grab, juga roomsharing seperti Airbnb. Inovasi-inovasi baru ini bahkan mendrisrupsi bisnis transportasi dan sewa kamar yang telah ada sebelumnya.

Kehadiran dari revolusi industri 4.0 menghadirkan konsep-konsep usaha baru, lapangan kerja baru, profesi kerja baru yang tidak terpikir sebelumnya. 

Namun dengan terus berjalannya waktu dan berkembangnya pemberdayaan teknologi, bisa-bisa pada saat yang sama konsep-konsep usaha yang telah dibangun dengan profesi dan lapangan kerja akan tergantikan oleh mesin kecerdasan buatan dan robot. 

Karena pada dasarnya, perkembangan revolusi industri 4.0 ini lebih berorientasi pada gaya hidup yang digital, alat berpikir, penelitian pembelajaran dan cara kerja pengetahuan.

Revolusi digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari revolusi industri 4.0. Disebut sebagai revolusi digital karena terjadinya siklus perkembangan komputer tanpa hambaban dan penggunaan tenaga mesin sebagai pencatatan di semua bidang. 

Industri 4.0 juga dikatakan sebagai era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas disebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. 

Karakteristik unik dalam revolusi industri 4.0 yaitu penerapan kecerdasan buatan dalam bentuk robot yang digunakan sebagai bentuk pengganti tenaga manusia.

Kemajuan teknologi ini memungkinkan terjadinya menggunakan mesin atau teknologi di semua bidang. 

Perkembangan teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan antara bentuk fisik, digital, serta biologi secara mendasar akan mengubah konsep pola hidup dan bentuk interaksi manusia. 

Revolusi industri 4.0 berjalan sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya.

Indonesia yang juga merasakan perkembangan revolusi industri 4.0 yang terus melaju pesat. 

Bila ingin bersaing di era digital Indonesia perlu segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan, salah satunya dengan menjadi analisis dan operator handal sebagai pendorong pergerakan industri mencapai daya saing dan produktivitas tinggi di era global.

Pengembangan Pendidikan Indonesia Berbasis Teknologi Informasi di Era Revolusi Industri 4.0

Sekarang ini kita hidup dalam dunia yang terbuka, dunia tanpa batas, dimana antar orang mudah untuk melakukan interaksi dan komunikasi, yang menyebabkan batas tidak terlihat jelas, dunia terasa semakin menyempit. 

Hal ini muncul karena adanya fenomena globalisasi yang membuat sebuah kehidupan global. Fenomena yang membuka peluang-peluang baru dalam upaya membangun dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa.

Dalam kehidupan global di era revolusi industri 4.0 memerlukan manusia-manusia yang memiliki kualitas handal, kreatif, dan berinovasi. 

Karena pada dasarnya keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusianya.

[4] Manusia yang berkualitas dalam hal ini manusia yang memiliki daya saing positif. Untuk mampu bersaing diperlukan kualitas individu, sehingga nantinya bisa mengahasilkan sebuah karya atau produk yang dapat berkompetisi, berarti mendorong ke arah kualitas yang yang semakin meningkat.

Perkembangan trend dunia pendidikan abad ke-21 lebih berorientasi pada perkembangan potensi manusia, bukannya memusatkan pada kemampuan teknikal dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi alam sebagaimana abad sebelumnya.

[5] Dengan begitu, masa yang akan mendatang kehidupan manusia akan sulit untuk diramalkan karena akan terjadi berbagai bentuk inovasi yang tidak terduga, baik dalam aspek yang positif maupun negatif.

Untuk merespon revolusi industri 4.0 di abad 21 Indonesia tergolong lambat dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Sistem pendidikan 4.0 di Indonesia baru dipopulerkan pada tahun 2018. 

Oleh karena itu, pemerintah harus menyediakan fasilitas yang memadai dalam menyongsong era pendidikan 4.0. Nantinya dalam proses pendidikan dan pengajaran akan menghasilkan output dan outcome yang memiliki imajinasi dan karakter yang tinggi.

Sebagai acuan terdepan dalam dunia pendidikan, pendidik harus meng-upgrade kompetensi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.

Boleh dikatakan bahwa, pendidik merupakan aktor utama terjadinya perubahan di masyarakat, pendidik juga merupakan kreator kader-kader masa depan yang akan mewarnai peradaban manusia. 

Dalam hal ini, peserta didik yang dihadapi pendidik saat ini merupakan generasi milenial yang tidak asing dengan dunia digital. Peserta didik yang sudah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi industri 4.0, hal ini menunjukkan bahwa produk sekolah yang diluluskan harus mampu menjawab tantangan industri 4.0. 

Namun pada kenyataannya, semakin pesatnya arus teknologi justru peserta didik semakin terlena dan memilih sikap enggan bertanggung jawab, kemerosotan moral, dan meningkatnya kasus kejahatan pada siswa. 

Dengan adanya media sosial yang mempermudah dalam mengakses informasi dan komunikasi mengakibatkan maraknya kejahatan di dunia online. 

Hal ini bisa dikarenakan karena kurangnya pendidikan nilai dan tantangan bagi pendidik untuk menguatkan karakter peserta didik agar tidak terjerumus dan terlena dengan pesatnya teknologi industri 4.0.

Mengingat berbagai tantangan tersebut yang harus dihadapi pendidik, maka pendidik harus belajar meningkatkan kompetensi dan kualitas pengajaran sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi milenial. 

Dengan hadirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, setidaknya memberikan arti yang sangat besar bagi peningkatan kualitas guru.[6] Karena pada dasarnya era pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi pendidik, dimana pendidik harus mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan Indonesia adalah dilakukan dengan penggunaan teknologi pendidikan serta menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan, yaitu melalui konsensus nasional antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat.

[7] Untuk kepentingan ini, diperlukan perubahan yang mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Perubahan mendasar ini terkait dengan kebijakan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mensyaratkan berbagai perubahan pada komponen pendidikan. 

Kurikulum merupakan acuan yang digunakan dalam pembelajaran dan pelatihan dalam pendidikan dan/atau pelatihan yang dalam pengembangannya melibatkan pemikiran secara filsafati, psikologi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya.

[8] Kurikulum ini harus mampu mengarah dan membentuk siswa yang siap menghadapi era revolusi industri dengan penekanan pada bidang Science, Technoligy, Engineering, dan Mathematics (STEM). 

Reorientasi pengembangan kurikulum harus mengacu pada pembelajaran berbasis TIK, internet of thing, big data dan komputerisasi, serta kewirausahaan.

Selain dilakukan berbagai kebijakan dalam kurikulum pendidikan Indonesia, aktualisasi penggunaan teknologi pendidikan untuk mengikuti alur revolusi sangat dibutuhkan. 

Teknologi pendidikan sendiri merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, tenik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia.

[9] Namun dlaam hal ini yang tetap diutamakan proses belajar disamping alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu. 

Jadi teknologi pendidikan ini berkaitan dengan software dan hardwarenya, yang nantinya peserta didik harus menjadi lulusan yang handal dengan mempunyai kompetensi yang unggul dalam bidang teknologi untuk menjawab perkembangan zaman.

Sebagaimana yang telah dipahami diawal, peran seorang pendidik adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang aktif, sukses, dan berkontribusi. 

Namun, ada perubahan penting yang harus diperhatikan, sesuai era revolusi masyarakat mulai berubah. 

Sehingga tanggung jawab sekolah dan pendidik adalah menyiapkan peserta didik agar mampu berkompetensi, berkontribusi, dan memainkan peran mereka di tengah-tengah komunitas global. 

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh sekolah dan pendidik di Indonesia dalam memutuskan bagaimana pendidikan dan pembelajaran diselenggarakan.

1) Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Srudent Centered Learning)

Dengan proses pembelajaran yang dipusatkan pada siswa disini sumber utama informasi pengetahuan bukan lagi hanya guru, tetapi siswa bisa mengakses informasi lain terkait dengan topik yang dipelajari. 

Agar mampu berkompetisi dan berkontribusi pada masyarakat global si masa datang, siswa harus dapat memperoleh informasi baru ketika masalah muncul. 

Kemudian mereka perlu menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah mereka miliki dan menerapkannya untuk menyelesaikan masalah yang ada. 

Dalam hal ini pendidik hanya bertindak sebagai fasilitator, peserta didik hanya mengumpulkan informasi sendiri, dibawah bimbingan pendidik. 

Pendidik harus bisa mengakomodasikan gaya belajar dari peserta didik, karena dengan hal itu motivasi belajar dan tanggung jawab peserta didik akan semakin meningkat. 

Dimana peserta didik akan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, serta dengan menunjukkan pembelajaran dengan berbagai cara. Belajar iitu tentang penemuan, bukan lagi menghafal fakta yang sudah ada.

2) Kolaborasi

Peserta didik didorong utuk bekerja sama dalam menemukan informasi, mengumpulkannya, membangun makna. 

Peserta didik harus belajar berkolaborasi dengan yang lainnya, ini dikarenakan masyarakat pada saat ini memiliki jaringan yang luas tanpa adanya hambatan untuk berkolaborasi bahkan diseluruh dunia. 

Bagaimana nantinya peserta didik dapat diharapkan untuk bekerjasama dengan orang-orang dari budaya lain, dengan nilai-nilai yang berbeda dari mereka sendiri. 

Sekolahh harus berkolaborasi dengan lembaga pendidikan lain di seluruh dunia untuk berbagai informasi dan belajar tentang berbgai praktik atau metode yang telah dikembangkan. 

Pendidik harus bersedia mengubah metode pengajaran yang mereka lakukan mengingat perkembangan teknologi yang semakin melaju pesat.

3) Meaningful learning

Dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa tidak berati bahwa pendidik sepenuhnya menyerahkan semua kendali di dalam kelas. 

Sementara peserta didik didorong untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing, pendidik disini masih perlu untuk memberikan bimbingan mengenai keterampilan yang perlu diperoleh. 

Pendidik dapat membuat oin penting untuk membantu peserta didik memahami bagaimana keterampilan yang mereka bangun dapat dikembangkan di kehidupan mereka. 

Peserta didik akan jauh lebih termotivasi sesuatu yang dapat mereka lihat manfaatnya dan nilainya. 

Pendidik perlu mengajar dan melatih peserta didik  keterampilan yang berguna pada situasi apapun. Pelajaran tidak memiliki makna dan tujuan jika tidak berdampak pada kehidupan siswa di luar sekolah.

4) Sekolah terintegrasi dengan masyarakat

Dengan kekuatan pemberdayaan teknologi dan internet, peserta didik saat ini bisa melakukan banyak hal. 

Komunitas yang ada tidka hanya lagi mencakup pada area yang terletak pada lingkungan sekolah, bahkan menjangkau seluruh dan menyelimuti dunia. 

Pendidik perlu membantu peserta didik dalam mengambil bagian dalam komunitas global ini dan menentukan cara agar yang berdampak lebih dari sekedar lingkungan mereka berada. 

Untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi warganegara yang bertanggung jawab, sekolah perlu mendidik peserta didik menjadi warga yang bertanggung jawab. 

Melalui kegiatan komunitas sekolah, siswa didorong untuk mengambil bagian dalam kegiatan atau proyek tersebut, dan sesekali membantu masyarakat di sekitar mereka dengan kegiatan sosial yang beragam.

Kemajuan bidang teknologi juga berdampak negatif pada perubahan sikap, perilaku dan karakter peserta didik. 

Diantara banyak masalah mengenai teknologi, seperti halnya kecanduan internet dan malas belajar akibat game online dan menonton, kehilangan waktu bermain dengan anak seusianya karena lebih fokus pada perangkat digital, enjadikan kurang seimbanganya kehidupan sosial anak, bahkan bisa berpotensi menurunkan prestasi akademik. 

Disinilah seorang pendidik memegang peran penting dalam pembentukan karakter dalam era revolusi industri 4.0. Pendidik harus bersinerge dengan wali murid dalam pemanfaatan teknologi. 

Pendidik tidak hanya diharapkan mentrasfer ilmu pegetahuan tetapi lebih dari itu pengembangan sikap dan spiritual sehingga akan tercipta keseimbangan kompetensi intelektual dengan kompetensi sikap dan spiritual.

Kesimpulan 

Era revolusi industri 4.0 telah mengubah cara berpikir tentang pendidikan. 

Di Indonesia kesiapan menghadapi tantangan pendidikan era revolusi inddustri 4.0 adalah segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia Indonesia melalui pendidikan. 

Perubahan yang terus berkembang bukan hanya pada proses mengajar di dalam kelas, tetapi yang jauh lebih penting adalah perubahan dalam perspektif konsep pendidikan itu sendiri. 

Dalam perubahan ini tentunya diperlukan proses adaptasi dan pembaharuan dalam komponen pendidikan, seperti halnya pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi dan keterampilan pendidik serta perlibatan teknologi pada proses pembelajaran. 

Dalam pengembangan kurikulum saat ini dan masa depan harus melengkapi kemampuan peserta didik yang dapat berkontribusi secara langsung di masyarakat. 

Kurikulum yang dikembangkan harus mampu mengarah dan membentuk siswa yang siap menghadapi era revolusi industri dengan penekanan pada bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM). 

Reorientasi pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran berbasis TIK, internet of things, big data dan komputerisasi untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di era global.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh sekolah dan pendidik dalam memutuskan bagaimana pendidikan dan pembelajaran diselenggarakan, yaitu Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning); Pembelajaran harus kolaboratif (Collaborative Learning); Pembelajaran penuh makna; Terintegrasi dengan masyarakat.  

Referensi

Hakim, Arif Rahmat. 2010. Prosding Seminar Nasional Pendidikan KALUNI. Menjawab Tantangan  Era Industri 4.0 Dengan Menjadi Wirausahawan di Bidang Pendidikan Matematika. vol 2. DOI: http://dx.doi.org/10.30998/prokaluni.v2i0.121.

Hasbullah. 2015. Kebijakan Pendidikan: Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Nasution. 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prasetyo, Banu dan Trisyanti, Umi. 2018. Prosding SEMATEKSOS 3: Strategi pembangunan Nasional Menghadapi revolusi indutri 4.0. "Revolusi Industri 4.0 dan tantangan perubahan sosial", 2354-6026.

Prasetyo, Hoedi dan Sutopo, Wahyudi. 2018. Jurnal Teknik Industri. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset, Vol. 13, No. 1.

Reksoatmojo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiarto, Sri. 2019. Jurnal Pendidikan. Kesiapan Kepala Madrasah Aliyah Swastra Menyelenggarakan Pendidikan Pada Era Revolusi Industri 4.0 Di Kabupaten Sumbawa Besar, Vol. 4 No. 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun