Mohon tunggu...
Agnia Melianasari
Agnia Melianasari Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia pembelajar

-Writer -Speaker -Voice Over -MC, Moderator -Young Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Edukasi Seks dan Gender

27 Juni 2021   14:34 Diperbarui: 27 Juni 2021   15:17 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia sudah memiliki kodrat yang dianugerahkan Tuhan, diantaranya adalah kodrat sebagai perempuan dan laki-laki. Sejak dulu, mungkin kebanyakan orang hanya mengetahui perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun sebenarnya tidak hanya jenis kelamin yang membedakan manusia, ada pula yang dinamakan gender.  Jika kita mengambil contoh, sebut saja pada kasus LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Saat ini tak sedikit orang yang berjenis kelamin laki-laki namun bergender perempuan. Dimana secara seks Ia berjenis kelamin laki-laki, namun secara perilaku atau peran Ia bergender perempuan. Lantas, apa perbedaan antara 'gender' dan 'seks'?

Hal yang dapat dengan mudah diketahui atau dipelajari untuk membedakan apa itu seks dan gender adalah dari ciri-cirinya. Ciri-ciri seks yaitu: bawaan lahir (pemberian dari Tuhan), tidak bisa dipertukarkan, takdir, bersifat universal dan tidak bisa berubah. Sedangkan ciri-ciri gender yaitu: dibentuk oleh sosial, bisa dipertukarkan, bukan sesuatu yang kodrat, bersifat lokal, dan bisa berubah.

Sdari ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa seks adalah jenis kelamin atau yang bersifat biologis. Sedangkan gender adalah serangkaian karakteristik yang terikat pada laki-laki dan perempuan yang terbentuk karena pengaruh lingkungan, sosial, atau budaya. Sangatlah penting untuk mengetahui seks dan gender agar kita tahu bahwa antara perempuan dan laki-laki itu terdapat "perbedaan" dan "pembedaan".

 Jika ingin melihat melihat dan mencari keadilan gender , memang tidak bisa langsung dilihat secara langsung oleh apa yang terlihat menggunakan persepsi. Saat ini banyak sekali diskriminasi gender yang bisa terjadi pada perempuan maupun laki-laki. Adapun bentuk diskriminasi gender yang sering terjadi di masyarkat adalah sebagai berikut.

  1. Stereotipe (Pelabelan)

Hal ini menimbulkan penilaian yang cenderung negatif bahkan merendahkan orang lain. Dalam konteks gender, pelabelan ini sering terjadi pada peremouan. Perempuan cenderung dilabeli dengan sifat manja, tidak mandiri, baperan, tidak tertarik pada kekuatan, dan lain-lain. Adapun contoh pelabelan yang familiar di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa dunia perempuan hanya sebatas dapur, sumur dan kasur. Kemudian, masih banyak masyarakat yang melabeli  bahwa perempuan harus segera menikah agar tidak menjadi perawan tua. Yang padahal semua itu kembali lagi ke masing-masing individu. Tidak menutup kemungkinan bahwa seorang perempuan juga mempunyai goals-nya sendiri, misalnya lebih mendahulukan urusan karir daripada hal percintaan.

2. Subordinasi (Penomorduaan)

Bentuk diskriminasi ini juga dapat terjadi pada perempuan dan laki-laki. Namun, banyak kasus yang umumnya terjadi pada perempuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa subordinasi ini merupakan penomorduaan perempuan, yang berarti bahwa peran, fungsi, dan kedudukan berada dibawah laki-laki. Tak sedikit masyarakat Indonesia yang masih terkurung oleh konstruksi  budaya tidak adil gender, menempatkan perempuan sebagai "pembantu" tugas laki-laki atau suami, dan mempunyai beban tugas yang lebih berat daripada laki-laki. Contoh dalam perbedaan fungsi dan peran yaitu; perempuan harus memasak, membereskan rumah, dan melakukan berbagai kegiatan domestik lain. Sedangkan laki-laki harus bekerja, mencari nafkah, harus kuat dan sebagainya. Nah, perbedaan gender inilah yang sering mengakibatkan ketidakadilan gender.

3. Marjinalisasi / Peminggiran

Marginalisasi merupakan proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok dengan lembaga sosial utama, seperti struktur ekonomi, pendidikan dan lainnya. Marginalisasi gender sendiri disebabkan oleh perbedaan peran gender, sehingga memicu pembedaan terhadap peran gender. Contoh marginalisasai yaitu dimana perempuan tidak dapat berkontribusi dalam suatu aspek atau bidang pekerjaan tertentuyang dikarenakan adanya pelabelan tertentu yang melekat cukup lama pada perempuan. Misalnya, perempuan adalah individu yang lemah, sensitif, dan cengeng sehiingga dibatasi atau bahkan tidak diperbolehkan menjadi seorang pemimpin.

4. Double Burden (Peran Ganda)

Peran atau beban ganda artinya adalah pekerjaan yang diterima oleh salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Contohnya beban ganda perempuan adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang perempuan (lebih dari satu peran), yaitu sebagai ibu rumah tangga, sebagai istri dari suami, sebagai orang tua anak, dan peran sebagai pekerja yang mencari nafkah untuk membantu suaminny dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

5. Kekerasan

Kekerasan (violence) adalah tindak kekerasan, baik secara fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh satu jenis kelamin, keluarga, masyarakat atau negara terhadap jenis kelamin lainnya. Peran gender tekah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Perempuan dianggap feminim dan laki-laki adalah maskulin. Karakter inilah yang kemudian terwujud dalam ciri-ciri psikologis seperti contohnya laki-laki dianggap gagah, kuat, berani, dan sebagainya. Sedangkan perempuan dianggap. Lemah lembut, penurut, dan sebagainya. Perbedaan karakter itulah yang berpotensi melahirkan tindkan kekerasan. Contoh tindakan kekerasan teresebut adalah pelecehan seksual.

Kelima bentuk diskriminasi tersebut juga merupakan alat untuk analisis gender.

Jenis kelamin memang dapat dilihat secara fisik (dari luar), namun tidak dengan gender yang dapat menunjukan peran seseorang dalam kehidupan. Edukasi mengenai seks dan gender sangatlah vital. Apalagi dalam menilai relasi gender antara suami dan istri. Karena banyak sekali hal tentang pembagian peran dan pengambilan keputusan yang terjadi dalam ranah domestik rumah tangga. Maka, analisis gender yang diperlukan bukan hanya sekilas. Kesetaraan dilihat dari salah satu kemampuan yang membuat keputusan untuk dirinya sendiri tanpa tekanan dan keterpaksaan dan tidak mengorbankan atau meminggirkan yang lainnya, bukan semata-mata siapa yang tampak atau jenis pekerjaan yang Ia lakukan. Yang perlu ditanamkan adalah mindset "Setara bukan berarti sama". Kemudian kita juga perlu memahami dan juga mengingat bahwa ketidakadilan gender juga bisa terjadi pada laki-laki. Maka dari itu, pemahaman yang tepat adalah gender itu menyangkut konstruksi sosial perempuan dan laki-laki. Tidak melulu hanya tentang perempuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun