"Sebenarnya, tempat ini sangat berpotensi untuk dijadikan destinasi wisata. Namun, masyarakat Kadumanis sendiri masih takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Takut terjadi bencana dan takut jika nantinya sampai memakan korban." Â Kata pak Rudi, Â ketua RT 03 desa Kadumanis.
 Curug Salpi sendiri merupakan air terjun yang berada pada undakan (tingkat) kedua. Dimana di jalur sungai ini terdapat beberapa air terjun, yaitu Curug Gintung, Curug Salpi, Curug Pabeasan, dan Curug Munding. Namun, yang paling terkenal dan sering dikunjungi adalah Curug Salpi. Karena memang tempatnya tidak terlalu ekstrim untuk berenang, juga nyaman jika pengunjung ingin sekadar bersantai di area bebatuan yang ada di pinggiran air terjun untuk menikmati keindahannya.
Terkait asal-usul nama Curug Salpi juga masih menjadi misteri. "Konon katanya, mitosnya dahulu pernah ada yang berenang di sekitar curug ini, tapi tiba-tiba Ia terseret oleh pusaran air yang sampai saat ini jasadnya tidak muncul kembali ke permukaan. Korban tersebut bernama Salpi. Jadilah masyarakat setempat sampai saat ini menyebutnya dengan Curug Salpi." Tutur pak Daskam, salah satu warga Kadumanis.
Menurut bu Turkini, pemilik warung yang berada di daerah Cigorek, Curug Salpi mulai ramai dikunjungi sejak tiga tahun terakhir. Namun puncaknya ialah pada tahun 2020, bersamaan dengan adanya pandemi covid-19.
"Sekitar akhir tahun 2020 warga disini mewanti-wanti dan menganjurkan agar orang-orang tidak dulu berkunjung kesini. Karena kan lagi masa pandemi, kami khawatir akan banyaknya orang yang datang dari luar. Meskipun sampai saat ini masih ada saja (beberapa orang) yang datang tiap harinya. Kebanyakan sih remaja tanggung, laki-laki. Kadang ada perempuannya juga. Saat mereka mampir ke warung, saya hanya mengingatkan untuk berhati-hati dan yang terpenting 'jangan macem-macem'. Itu mungkin salah satu pantangannya." Jelas bu Turkini.
"Itulah mengapa sampai saat ini, Curug Salpi masih belum disuarakan untuk kemudian dijadikan tempat wisata yang dibuka untuk umum. Masyarakat disini masih 'tertutup', masih takut dan percaya aka mitos-mitos tersebut. Padahal, jika kita berpikir terbuka, jika sumber daya alam ini dikembangkan, Insyaa Allah nantinya masyarakat Salem, Kadumanis khusunya akan mendapatkan keuntungan tersendiri" Ungkap pak Tarto, warga Kadumanis.
Karena mitos memanglah suatu hal yang mistis (sulit dibuktikan) jika hanya berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, jadi warga setempat lebih baik 'cari aman'. Meskipun di era yang sudah modern ini pemikiran seperti itu sudah mulai terkikis, dimana sebenarnya jika masyarakat Salem (Kadumanis khususnya) mau 'terbuka' dan berpikir lebih positif, tidak menutup kemungkinan bahwa potensi alam yang ada akan membawa keuntungan (sumber penghasilan) serta kemakmuran bagi masyarakat setempat.