Mohon tunggu...
Agnia Melianasari
Agnia Melianasari Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia pembelajar

-Writer -Speaker -Voice Over -MC, Moderator -Young Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dear, Beban Orangtua

3 Maret 2021   16:06 Diperbarui: 3 Maret 2021   16:24 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pandemi telah merubah banyak hal. Dari mulai kebiasaaan sehari-hari, kegiatan sekolah, sampai kegiatan perekonomian. Orang-orang yang biasa pergi bekerja ke kantor, satu tahun terakhir ini mau tidak mau harus membatasi segala kegiatannya karena harus tetap mematuhi protokol kesehatan atau bahkan full bekerja dari rumah. 

Tak sedikit pula dari kalangan pelajar yang sudah merasa jenuh karena harus terus-terusan menatap gedget untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Mungkin tak sedikit juga dari mereka yang rindu bermain dan berkumpul bersama teman-temannya. 

Begitu pula dengan para mahasiswa, terlebih mahasiswa baru angkatan corona. Mereka yang sudah membayangkan betapa seru dan asiknya menjadi seorang mahasiswa, pergi ke kampus, berorganisasi, nongkrong di warung kopi bersama teman-teman baru, atau berkuliah sambil bekerja paruh waktu. 

Pada kenyataannya mereka hanya berdiam diri di rumah, berkenalan dengan kampus dan teman-teman baru secara virtual. Adapun mereka yang sudah nekat berangkat ke kos/asrama di kota tempat dimana mereka akan berkuliah, tetap saja, jika pembelajaran dilakukan secara online tentu masih ada rasa jenuh yang menghampiri. Meski sesekali bisa keluar untuk belajar beradaptasi degan lingkungan baru dan sejenak me-refresh otak bersama teman baru.

Namun, tak sadarkah? Dengan begitu, mereka justru malah menambah beban pikiran? Ya, beban orang tua khususnya. Karena saat pandemi ini tak sedikit dari mereka yang pendapatannya berkurang atau bahkan kehilangan pekerjaan. 

Tak lucu rasanya jika banyak meme yang bertebaran di media sosial dengan mengatakan atau menyinggung perihal anak muda yang kini banyak yang menjadi beban orang tua atau keluarga. Hal ini membuat tak sedikit remaja menuju dewasa menjadi overthinking. 

Yaa masih mending jika sebagian dari mereka ada yang mau berusaha untuk mencari pekerjaan sampingan sebagai pekerja paruh waktu atau membuka usaha kecil-kecilan sendiri. Tapi, bagaimana jadinya dengan anak muda yang pemalas? Mageran, yang hanya mau mendapatkan hasil secara instan tanpa mau bekerja keras dan melalui banyak proses. Yang ada… hanya banyak protes.

Akhir-akhir ini saya juga sering menerima keluhan dari teman-teman saya yang ketika curhat mereka suka menggerutu karena bokek dan mengaku ingin segera sekolah atau kuliah secara offline agar mendapatkan uang jajan. 

Hmmm… apakah offline satu-satunya jalan agar kita bisa mendapatkan uang? Heyy jangan salah kawan… jaman yang dialami oleh orang tua kita sudah jelas berbeda dengan jaman yang kita alami sekarang. Segala hal yang kita inginkan ada dalam genggaman. Mau cari materi untuk belajar? Tak usah jauh-jauh pergi ke perpustakaan daerah atau ke toko buku, cukup jelajahi internet yang ada di genggamanmu, semuanya ada disitu!

Sedikit saya ingin bercerita tentang perubahan kebiasaan yang terjadi di kampung saya selama pandemi ini. Siapa yang belum familiar dengan istilah Delivery Order?  

Yap! Awalnya saya pikir, jasa pengiriman makanan atau jasa titip barang ini hanya terdapat di kota-kota besar. Namun ternyata saya salah. Semenjak pandemi, di kampung saya banyak warung-warung kuliner atau jajanan yang menyediakan layanan delivery order hanya dengan memanfaatkan media WhatsApp. Bahkan ada juga seorang pemuda yang kini sukses mendirikan sebuah jasa titip (makanan maupun barang lainnya). Tarif harga yang dipatok untuk sekali jasa titip adalah Rp.4.000 – Rp.50.000, tergantung jauh dekatnya pesanan. 

Bayangkan saja, jika sehari ada sepuluh orang yang memesan dengan tarif Rp.10.000 maka penghasilannya adalah Rp.100.000/hari. Maka dalam sebulan dia akan mendapatkan penghasilan kurang lebih Rp.3.000.000,. Bagaimana jika yang menggunakan jasa titip terebut sampai dua puluh orang setiap harinya, atau bahkan lebih? Fantastis bukan??

Maka dari itu, janganlah kita merasa terjebak saat masa-masa sulit seperti ini. Cerdaslah melihat peluang dalam berbagai keadaan meski dalam kesempitan sekalipun. Karena jaman sekarang semuanya sudah serba mudah. Semuanya bisa kita dapatkan melalui internet. Dan kali ini saya akan berbagi ceritai mengenai bisnis yang saya jalankan, terlebih selama pandemi ini. Bagi kalian yang tidak ingin menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan, harap baca sampai tuntas ya ....

Saya sendiri sudah mulai terjun ke dunia bisnis sejak SD. Iyaa, sejak SD saya sudah belajar berdagang. Dari mulai makanan ringan sampai kerajinan tangan atau aksesoris yang saya buat sendiri. Saat SMP juga saya sudah mulai mencoba untuk menjadi reseller juga menjalankan bisnis online yang bergerak dalam penjualan pulsa, token listrik, tiket pesawat, dan lainnya. Hingga akhirnya saat SMA saya lebih mengenal dunia bisnis. Terlebih bisnis yang berbasis digital atau digital marketing. 

Saya adalah orang yang menyukai hal-hal baru dan menyukai tantangan. Saya telah mencoba berbagai bisnis yang ditawarkan kepada saya. Saya juga sempat terjebak dalam sebuah bisnis MLM. Ya, karena dulu saya belum paham akan hal itu. Tapi lambat laun, dengan berbagai kegagalan yang saya alami dalam berbisnis, saya jadi tahu dan paham mengenai hiruk pikuk dalam dunia bisnis.

Sampai akhirnya saya mengenal bisnis start-up, atau bisnis yang menggunakan sistem Affiliate Marketing. Contohnya seperti beberapa bisnis yang saya jalankan, yaitu Mahasiswa Jagoan Indonesia, Agen Fashion, Staff Khusus Millenial Anti Bokek by Wirda Mansur, dan Komunitas Jempol Preneur atau yang sering disingkat dengan KJP. Semua bisnis ini masih saya jalankan. Ya, semuanya. Mungkin ada yang bertanya, apa gak ribet ya? Gak ganggu kuliah gitu? Kok bisa? Bukannya kalo bisnis atau melakukan sebuah pekejaan yang baik itu cukup satu ya? Iyaa, benar sekali. Fokus dengan satu pekerjaan lebih baik daripada banyak pekerjaan yang tidak ditekuni dengan baik. 

Tapi menurut saya, dengan banyak pekerjaan/bisnis yang saya tekuni itu jauh lebih baik. Hehehe. Maksudnya, saya pribadi suka memperbanyak peluang. Dengan memiliki berbagai peluang yang ada di genggaman saya, saya bisa menjalankan semuanya juga bisa lebih fokus pada salah satu peluang tersebut yang menurut saya memiliki margin penghasilan yang besar. 

Lagi pula, semua bisnis yang saya jalankan adalah berbasis online/digital. Tentu sangat mudah untuk dijalankan, fleksibel, dan yang terpenting tidak mengganggu kuliah sama sekali. Karena kita cukup memainkan jempol  untuk bisa berpenghasilan melalui internet.

Serius? Mainin jempol doang bisa dapet duit? Yes! Saya sudah membuktikan dan merasakannya sendiri. Alhamdulillah, satu juta pertama telah saya dapatkan dari beberapa bisnis yang saya sebutkan tadi. Sedikit demi sedikit, saya sudah bisa membantu meringankan beban orang tua saya.

Yuhuu… bye-bye beban orang tua!  Kamu gimana? Setelah membaca tulisan ini, akankah ingin tetap mempertahankan gelar “beban orang tua” atau mau berubah menjadi “kebanggaan orang tua”  Yuk segera eksekusi peluang yang datang menghampirimu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun