Mohon tunggu...
Siti Kurniati
Siti Kurniati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

menulis, merupakan generasi qurani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seusai Lara

6 September 2020   00:48 Diperbarui: 6 September 2020   00:35 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pentigraf 1

Tiba di rumah adik, mulutnya mengatup. Matanya jalang menyapu pemandangan di hadapannya. Ditatapnya Cemplon dan None, buah hati yang baru tiga hari dilahirkannya, terkapar bersimbah darah di lehernya. 

Diendusnya ceceran darah itu. Matanya semakin jalang kala berserobok pandang dengan Jalu, sahabatnya, mulutnya terdapat bercak darah.

Dia menggeram sekuat-kuatnya. Tanpa ba bi bu, Jalu diserangnya. Namun, Jalu berhasil menghindar dan kabur bagaikan kilat. Dikejarnya sekuat tenaga. Jalu menghilang entah ke mana. 

Pedih? Sangat! Dendam kesumat pada Jalu begitu menggunung. Hatinya remuk, raganya lunglai. Dipanggil-panggilnya Cemplon dan None hingga parau ditelan angin. 

Dia kembali ke rumah adik dengan gontai dan menghardik siapa pun yang dijumpainya. Dicari dan terus dicarinya Jalu tanpa lelah hingga malam semakin larut.

Dia meloncat ke atas genting karena melihat lampu kamar atas masih menyala. Dipanggil-panggilnya Cemplon dan None hingga membangunkan adik yang sudah terlelap. Adik menyambut dan mendekapnya penuh kehangatan. Dia mengeong meski masih dengan nada pilu.

(telah dimuat dalam antologi 68 pentigraf nusantara kppjb)

permata cimahi, 14042020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun