Mohon tunggu...
Nia Nurmala
Nia Nurmala Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Covid-19 ke Berbagai Sektor Industri di Indonesia

13 Mei 2020   13:35 Diperbarui: 13 Mei 2020   13:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses (Cov) adalah virus yang menginfeksi sistempernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID19. Virus Corona menyebabkan penyakit flubiasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV).

Virus Corona muncul pertama kali di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 lalu. Penyebaran Virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke lintas Negara termasuk Indonesia. Penyebaran Virus Corona yang meluas ke berbagai belahan dunia membawa risiko dan tantangan baru bagi perekonomian dunia. Indonesia salah satu negera yang ekonominya terkena dampak dari penyebaran virus tersebut.

Wabah ini terbilang membawa pengaruh yang cukup signifikan terhadap aktivitas ekonomi diberbagai Negara. Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 di bawah 5 persen. Sepanjang tahun 2020 diperkirakan pertumbuhan perekonomian di Indonesia akan berada pada angka 4,9 sampai 5,1 persen.

Virus Corona membawa dampak pada perekonomian baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata. Penerimaan pajak sektor perdagangan juga mengalami penurunan padahal perdagangan memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penerimaan pajak. Virus Corona juga berdampak pada investasi karena masyarakat akan lebih berhati-hati saat membeli barang maupun berinvestasi.

Virus Corona juga memengaruhi proyeksi pasar. Indonesia adalah salah satu Negara yang memberlakukan larangan perjalanan keluar negeri  untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Virus Corona juga sangat berdampak pada sektor pariwisata yang disebabkan berkurangnya wisatawan yang datang ke Indonesia. Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan adanya virus Corona karena sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan.

Virus Corona tidak hanya memberikan dampak yang negatif saja bagi perekonomian di Indonesia namun ada sisi positifnya juga. Salah satunya adalah terbukanya peluang pasar ekspor baru selain China. Selain itu, pemerintah dapat memperkuat perekonomiann Indonesia dengan memperioritaskan dan memperkuat daya beli dalam negeri dari pada menarik keuntungan dari luar negeri.

Bank Indonesia berusaha mempertahankan perekonomian indonesia,di tengah perekonomian global yang sedang terguncang. Setelah adanya masalah covid mengakibatkan perekonomian Indonesia menurun sampai 5 %  atau akan mendekati yang lebih rendah.dan juga indeks harga saham megalami pelemahan yang signifikan dan juga perusahaan BUMN merugi pada tahun ini.dan juga Mentri Keuangan belum bisa menyampaikan asumsi pasti Pertumbuhan Ekonomi pada tahun ini, Jika durasi Covid-19 bisa lebih dari 3 bulan maka pertumbuhan ekonomi bisa sampai di kisaran 2,5 %.

Selain sektor-sektor industri yang terdampak di atas Covid-19 menghantam sektor perbankan melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah, yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan kredit dan berujung pada menurunnya profitabilitas industri perbankan. Perbankan Indonesia pun tidak luput dari terkoreksinya laba dan Net Interest Margin (NIM). Hal ini karena profitabilitas perbankan Indonesia dipengaruhi rendahnya pendapatan bunga dan non-bunga dan biaya provisi yang tinggi. Sebagai catatan, rata-rata return on asset (ROA) bank-bank di Indonesia sekitar 2 persen dan rasio tier 1 rata-rata 21,9 persen pada akhir 2019.

Kondisi pandemi saat ini bisa mengurangi daya saing bank syariah dan masyarakat memindahkan dananya ke bank konvensional. Secara umum tantangan di bank syariah saat pandemic covid-19 yakni likuiditas dan rasio pembiayaan bermasalah atau  non performing financing (NPF). Adanya pembiayaan macet atau not performing financing di lembaga keuangan syariah tidak bisa dipungkiri. Adiwarman Karim memprediksi bank syariah akan mulai tertekan pada juli 2020 dan Agustus pada puncaknya. Pada bulan tersebut bank syariah kehilangan pendapatan dari pembiayaan, bagi hasil, karena nasabah memasuki periode gagal bayar bulan keempat dan kelima. Dengan begitu pendapatan bank akan turun, daya saing bank akan berkurang ,bagi hasil simpanan menurun sehingga bank konvensional lebih menarik bagi masyarakat.

Risiko kenaikan NPF dapat diatasi dengan kebijakan POJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. Bank dapat melakukan restrukturisasi sehingga NPF bisa ditekan. Tantangan lainnya adalah likuiditas yang tidak merata di industri. Sejumlah bank bisa menikmati kelebihan likuiditasnya dan bank yang lainnya kekurangan. Otoritas Jasa keuangan juga sudah mengeluarkan POJK Nomor 18/POJK.03/2020 tentang perintah Tertulis untuk Penanganan Permasalahan Bank. POJK ini memungkinkan OJK untuk melakukan penggabungan, peleburan, pengambilan, dan integrasi perbankan.

Nama: Nia Nurmala

NPM: 1751020086

Matkul: ALMA

Dosen: Muhammad Iqbal Fasa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun