Roslina Verauli - Psikiater Anak, mengajak Kompasianer untuk ikut berdiskusi dalam kelas workshop "101 Memproteksi Anak di Era Digital" pada Kompasianival 2018 di Avenue of The Stars, Lippo Mall Kemang, Jakarta, Sabtu (8/12/2018).
Beruntung, penulis menjadi salah satu partisipan dalam event yang sangat menambah wawasan dan menginspirasi tersebut. Meskipun penulis belum menikah, apalagi memiliki anak, ketertarikan penulis untuk bergabung dalam kelas workshop ini adalah karena penulis sangat menyukai anak-anak dan informasi serta diskusi tentunya menambah pengetahuan terkait proses parenting yaitu pembelajaran pengasuhan interaksi antara orang tua dan anak yang meliputi aktivitas memberi petunjuk, melindungi anak saat mereka tumbuh berkembang. Hal ini sangat menginspirasi untuk bekal nanti jika penulis sudah memiliki anak.
Selain itu, manfaat dari mempelajari psikologi adalah agar lebih memahami perilaku manusia yang kompleks. Belajar psikologi akan memberikan kita pemahaman yang lebih baik dari orang-orang dan tentunya kita akan dapat menggunakan pengetahuan ini dalam situasi kehidupan sehari-hari.
Mengutip dari kompasiana, hal yang tidak tertahankan bagi orangtua adalah ketika bisa melihat tumbuh dan berkembangnya buah hati. Sejalan dengan itu, tidak sedikit orang tua gemar mendokumentasikannya dan mengunggahnya ke media sosial.
Tentu ada banyak alasannya, akan tetapi mengunggah foto anak di media sosial mungkin kurang bijak dilakukan ketika menyangkut identitasnya.
Namun tidak hanya sebatas itu, permasalahan lainnya bisa timbul ketika seorang anak sudah bisa menggunakan gadget dan mengakses internet. Barangkali itu adalah pekerjaan rumah baru bagi orang tua masa kini, tentang bagaimana mesti bisa mengontrol apa saja situs-situs yang bisa diakses oleh seorang anak, misalnya.
Sebab, memberi gadget kepada anak bukanlah jalan pintas untuk para orang tua bisa tenang-tenang saja untuk menggunakan gadget mereka bermain media sosial.
Tidak hanya fisik, kesehatan mental seorang anak juga perlu diperhatikan dengan serius. Dan bukan lagi menjadi rahasia umum, pada era digital seperti saat ini, tentunya dapat menggangu secara langsung kesehatan mental seorang anak.
Sebagai orangtua, aturlah waktu menonton televisi bagi anak. Bila perlu, maka sembunyikan remote TV dan pengontrol konsol game supaya mereka membatasi waktunya duduk di depan layar televisi. Pasalnya, jumlah jam menonton TV berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya.