Mohon tunggu...
Politik

Bersahabat dengan Denmark?

1 Maret 2018   18:40 Diperbarui: 1 Maret 2018   18:48 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Apa yang perlu kita lakukan adalah belajar untuk bekerja dalam sistem, dan menjadi berarti bagi setiap orang, setiap tim, setiap platform, setiap divisi, setiap komponen yang ada tidak untuk keuntungan kompetitif individu atau pengakuan, tetapi untuk kontribusi terhadap sistem secara keseluruhan atas dasar menang-menang."
-- W. Edward Deming

Kutipan tersebut merupakan salah satu yang bisa mewakili sekian dari banyaknya ungkapan pentingnya bekerja sama. Manusia sebagai mahluk sosial tentu tak lepas dari interaksi dengan manusia lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap orang pasti memerlukan sesuatu yang bisa dijadikan "Teman hidup" atau yang bisa disebut dengan "Interaksi pertemanan" atau sebuah kerja sama, yang dalam konteks ini adalah kerja sama sebagai suatu kebutuhan.

Tidak hanya hubungan antara satu orang dengan orang lain, atau antara suatu kelompok dengan kelompok yang lain, namun sebuah kerja sama juga sangat dibutuhkan dalam hal-hal yang mencakup lebih luas, seperti hubungan antara dua negara. Sebelumnya, hal yang disebut manusia sebagai suatu kebutuhan adalah sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan suatu kerja sama. Ada hal-hal yang menjadi suatu target atau pencapaian dalam berbagai bidang yang tidak bisa diselesaikan sendiri, maksudnya adalah butuh adanya suatu hubungan atau interaksi agar keinginan tersebut bisa tercapai.

Indonesia merupakan negara dengan mitra strategis yang baik dalam berbagai bidang pembangunan. Letaknya yang strategis juga menjadi alasan banyaknya negara yang melirik untuk melakukan sebuah hubungan kerja sama. Selain itu, Indonesia yang kaya akan budaya, adat-istiadat, dan kekayaan alam yang melimpah terutama perairan, serta merupakan negara dengan penduduk yang banyak membuat Indonesia menjadi wilayah dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara. Namun, hal tersebut tidak membuat Indonesia menutup diri dari dunia Internasional karena tentu saja masih memiliki cita-cita bangsa yang perlu dicapai. Seperti yang telah dijelaskan di awal, adanya kebutuhan inilah yang membuat adanya jalinan kerja sama terhadap negara yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama, salah satunya adalah Denmark. Denmark merupakan suatu negara di Eropa yang tergolong dalam negara maju. 

Negara ini memiliki jumlah penduduk dan pendapatan perkapita yang tinggi. Adanya persamaan cita-cita membuat Denmark menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia. Hubungan diplomatik Indonesia-Denmark dimulai pada tahun 1950. Hubungan ini sempat ditutup pada tahun 1965 namun dinuka kembali pada tahun 1974. Secara umum, hubungan bilateral kedua negara ini sudah berlangsung kurang lebih 60 tahun lebih. Pada tanggal 21 s.d. 24 Oktober 2015 bertepatan dengan momentum 65 tahun hubungan diplomatik kedua negara, merupakan kunjungan pertama kali yang dilakukan oleh Ratu Denmark, Margrethe II beserta Pangeran Consort Henrik ke Indonesia. Pada kesempatan itu, telah ditandatangani "Kemitraan Inovatif menuju Abad 21" oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Denmark, Kristian Jensen di Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2015, yang menegaskan komitmen kedua pihak untuk mengupayakan penguatan kerja sama dalam berbagai bidang. Kesepakatan kedua belah pihak tersebuat yang membuat adanya kerjasama dalam bidang pembangunan, politik, kesehatan, ekonomi dan perdagangan, yang terjalin sampai sekarang.

Dalam bidang pembangunan, Denmark memberikan bantuan kepada Indonesia berupa pinjaman dana yang digunakan untuk membiayai projek Indonesian Ship Reporting System(Sistem pelaporan kapal dalam jaringan perkapalan/navigasi Indonesia, termasuk pemeliharaan, Spare parts,dan pelatihan sistemnya). Bantuan tersebut tentu saja dilakukan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku di Denmark. Denmark sebagai negara maju memiliki program memberikan bantuan ke negara-negara yang berpotensi rendah dan juga negara berkembang, seperti Indonesia. Mengapa dalam bentuk pembangunan? Karena menurut mereka, Indonesia merupakan negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik. Oleh karena itu, mereka memberikan bantuan kepada sektor-sektor di Indonesia yang ada kaitannya terhadap Denmark itu sendiri.

Selanjutnya, dalam bidang politik. Indonesia merupakan negara dengan demokrasi yang berkembang pesat. Demokrasi yang merupakan "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" ini disambut positif oleh Denmark. Setelah bergabung di ASEAN pada 8 Agustus 1967, yang juga merupakan negara pendiri ASEAN, Indonesia menjadi sesuatu yang dianggap penting disini. Selain itu, negara yang sekaligus sebagai "Extremely important country" di dunia Islam membuat ketertarikan untuk diajak bekerja sama. Saat ini, Indonesia dan Denmark sedang melaksanakan konsultasi bilateral yang dimulai dengan suatu kerangka yang diberi nama "Memorandum of Understanding on Bilateral Political Consultations between the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia and the Ministry of Foreign Affairs of the Kingdom of Denmark".

Tak hanya itu, kerja sama di bidang kesehatan jugatak luput dari lirikan negara-negara yang ingin mengajukan kerja sama terhadap Indonesia. Indonesia juga memiliki masalah dalam bidang kesehatan seperti kurangnya tenaga kesehatan dan alat-alat medis. Menteri kesehatan, Nila Moeloek, dalam kesepakatannya dengan menteri luar negeri Denmark untuk saling mendukung dalam bidang ini dan bertukar informasi seputar kesehatan seperti penanganan penyakit menular, penguatan kapasitas, dan promosi kesehatan. Selain itu, Nila juga mengatakan alih teknologi di bidang kesehatan publik menjadi tujuan penting karena dapat membantu pemenuhan kebutuhan negara mitra akan tenaga professional di bidang kesehatan, khusunya perawat.

Yang tak kalah populer atau yang ramai diperbincangkan adalah kerja sama pada bidang Ekonomi dan Perdagangan. Pada acara Indonesia Business Seminar yang disertai delegasi bisnis Indonesia yang berjumlah sekitar 20 perusahaan dari sektor bisnis yang berpotensi di wilayah Denmark, Menteri Perdagangan RI, Rachmad Gobel telah menghadiri pertemuan bilateral dengan Denmark. 

Seminar ini diselenggarakan atas kerja sama KBRI Copenhagen dan Asia House yang tentunya tak lepas dari dukungan instansi dari kedua negara beserta pelaku usahanya. Dari sekian banyaknya program kerja sama di bidang perdagangan, salah satunya adalah membawa pengusaha Denmark ke negara-negara yang emergingekonomi dalam rangka memperkenalkan dan mencari peluang pasar baru bagi produk-produk maupun investasi Denmark. Selain itu, Indonesia juga mengharap dukungan dari Denmark dalam program menjadikan Denmark sebagai pintu masuk ke negara-negara Nordic, yaitu Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, dan Swedia.

Kerja sama ini tidak lain dan tidak bukan tujuannya adalah untuk memasarkan suatu produk dari suatu negara ke negara lain dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama, untuk memperoleh kebutuhan negara dan mencapi cita-cita bangsa yang belum tercapai, memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, dan menjalin hubungan persahabatan dengan berbagai negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun