Mohon tunggu...
Niam At Majha
Niam At Majha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Buku dan Penikmat Kopi

Penulis Lepas dan Penikmat Kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

13 Kisah Sederhana tentang Anak Yatim

5 Januari 2023   09:24 Diperbarui: 5 Januari 2023   09:36 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3.

Sepeninggal Bapak, saya lebih suka menyendiri tak seceria dulu; biasanya setiap pagi ketika Ibu menyiapkan sarapan Bapak yang mengambil air di sumur untuk memandikan saya, membantu saya mengenakan seragam sekolah, menyuapi ketika sarapan serta menyiapkan keperluan sekolah. Memang selama ini saya lebih bermanja-manja dengan Bapak. Bapak tak pernah marah atau membentak saya atas kebandelan saya, Bapak selalu memberi nasihat terbaik, selalu menjadi pengayom dan berlindung buat saya dan Ibu.

 “Meskipun Bapakmu sudah meninggal, jangan sampai kau merasa berkecil hati atau minder dengan teman-teman sebayamu, ketika kau ingin sesuatu bilang sama Ibu biar nanti Ibu yang mencarikannya, jika Ibu belum mampu mengabulkannya bersabar  dahalu”

Nasihat-nasihat Ibu ketika menyuapi saya saat akan berangkat sekolah adalah bentuk penyemangat saya, apabila menjadi anak yatim itu bukan perkara mudah, akan tetapi bagaimana lagi saya harus menerimanya dengan lapang dan pura-pura bahagia.

 

4.

Kesedihan yang paling menyakitkan bukan saat Bapak meninggalkan saya dan Ibu; melainkan ketika bulan puasa dan menyambut hari lebaran. Karena lebaran adalah moment yang paling membahagiakan. Jika waktu masih ada Bapak saya selalu di belikan baju lebaran, tak hanya sepasang akan tetapi dua pasang. Bapak selalu bilang setahun sekali dihari kemenangan kita harus tampil lebih baik dari hari –hari sebelumnya.

“Le besok ada undangan santunan di desa sebelah, biasanya setiap tahun memang selalu di adakan untuk memberikan santunan kepada anak yatim dan orang tidak mampu, ada sembako dan sejumlah uang, kau datang ya..!”

Sebenarnya jika bukan atas permintaan Ibu; saya tak mau ikut acara tersebut, sebab mereka menjual kesedihan saya dan teman-teman yang senasib untuk di pertontonkan, demi mengangkat status sosial orang yang memberikan santunan tersebut dengan label dermawan.

Lebih mengerikan lagi, para penyantun tersebut tak pernah merasakan atau mengalami perasaan anak yatim yang di pertontonkan  tersebut.  Disuruh baris rapi dan diberikan amplop sambil di usap-usap  rambut kepalanya.

5.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun