Mohon tunggu...
Niam At Majha
Niam At Majha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Buku dan Penikmat Kopi

Penulis Lepas dan Penikmat Kopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siap Menikah, Tak Siap Berumah Tangga

22 Desember 2022   11:46 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:55 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

         

Menikah seharusnya menjadi perkara yang amat bahagia. Keadaan yang dinanti-nanti bagi mereka yang sudah mempunyai pasangan, yang saling mencintai bahkan tidak saling mencintai pun dapat menikah.

Menikah menjadi hal sangat ditunggu-tunggu sebagai bukti ketulusan cinta terhadap pasangan. Sebagian orang beranggapan dengan melangsungkan pernikahan, pendewasaan telah dibuktikan dan tanggung jawab telah dipertaruhkan. Karena kita tak lagi sendiri melainkan sudah berdua. Sebelumnya ketika masih lajang selalu mengedepankan keinginan pribadi, ketika sudah menikah menjadi keinginan bersama. Semua itu perlu pembiasaan sejak perkenalan.

Ketika sudah berani mengikrarkan pernikahan, maka harus mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan perempuan yang dinikahi. Jangan sampai orang yang kita nikahi kurang bahagia dengan pernikahan. Bukankah tujuan dari cinta yaitu melangsungkan pernikahan. Tentu semua ingat tentang janji-janji cinta ketika sedang pendekatan.

Saat saya sudah berani menikah dengan perempuan pilihan saya, ketika itu pula saya berjanji pada diri saya sendiri untuk mengedepankan keinginan bersama. Bukan lagi mementingkan keinginan pribadi.  Meskipun dalam berumah tangga kita sudah memahami peran masing-masing antara suami dan istri. Meskipun begitu kita pun harus saling membantu. Saya tidak malu pergi kepasar untuk membeli sayuran, cabai, dan kebutuhan dapur lainnya. Hal itu saya lakukan sebelum berangkat kerja. Bahkan memasak dan mencuci saya jalani saat ketika istri lagi sibuk dengan si kecil putri kami.

Buat saya hal tersebut tidak akan mengurangi harga diri saya sebagai suami dan laki-laki. Melainkan saya bangga bisa ikut berperan dalam keluarga. Meskipun sebagai kepala rumah tangga, saya juga harus ikut berperan membantu apa yang menjadi tanggung jawab istri. Jangan mentang-mentang suami sudah mencari nafkah, tinggal ongkang-ongkang dan tidak mau membantu pekerjaan rumah, baik mengurus anak atau memasak dan pekerjaan rumah lainnya.

Sebagai suami yang profesional dan sudah siap berumah tangga kita harus bisa membagi waktu dengan teman dan keluarga. Ketika sudah bilang siap menikah tentu harus siap berumah tangga. Bukan siap saat malam pertama saja.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak yang siap menikah akan tetapi tidak siap untuk berumah tangga. Maksudnya si suami mentang-mentang sudah mencari nafkah, istri dirumah disuruh mengurus pekerjaan rumah semua dan tidak mau membantu pekerjaan rumah sama sekali.

"Mas ... mbokya sekali-kali membantu mengurus anak dirumah. Jangan pergi terus dengan teman-temanmu itu. Saya juga capek dirumah ngurus anak, memasak dan lain sebagainya."

"Apa kira saya juga tidak capek mencari nafkah buatmu dan anak-anak kita? Seharian bekerja, pikiran capek badan juga ikut capek."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun