Mohon tunggu...
Nia GitaPratama
Nia GitaPratama Mohon Tunggu... Lainnya - @niagitaa

Try your best

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerobak Pecel Penyambung Hidup

9 Juli 2021   07:20 Diperbarui: 9 Juli 2021   07:48 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Winarsih (40) Dengan Gerobak Pecelnya Rabu, 7 Juli 2021, Photo: Nia Gita Pratama

Merantau jauh dari kota kelahiran menjadi tantangan yang harus dihadapi. Jauh dari kedua anak harus terpaksa ia jalani demi mendapatkan pundi- pundi. Perjalanannya berada di kota orang tidak semulus yang dibayangkan, tantangan demi tantangan terus menghampirinya.

NIA GITA PRATAMA, Depok

Ditemui dikontrakannya Rabu, 7 Juli 2021 dengan gerobak pecel yang terparkir di depan, Winarsih (40) seorang pedagang pecel sayur di daerah Depok Jawa Barat ini mempersiapkan bahan – bahan untuk dagangannya dibantu suaminya. Dibalik pintu kontrakan yang tidak begitu besar, dapur Winarsih penuh dengan sayur- sayuran yang sedang direbus untuk bahan dagangan pecelnya.

Winarsih pedagang pecel sayur yang berasal dari Pekalongan berkulit sawo matang dengan tubuh yang agak berisi selalu semangat untuk menjemput rezekinya demi menyambung hidup di kota orang. Ditemani terik matahari disertai dengan air keringat yang bercucuran karna panasnya suasana di kontrakan, Winarsih selalu semangat dalam mempersiapkan dagangannya dan menyusunnya satu persatu kedalam gerobak andalannya.

“Begini lah kalo lagi nyiapin dagangan, kontrakan jadi berantakan. Karna banyak yang harus dimasak”, jelas Winarsih ditengah obrolan. Saat matahari baru menampakkan wajahnya, Winarsih ditemani suaminya dan motor matic miliknya berangkat menuju pasar yang letaknya sekitar 2 km dari kontrakannya.

Dahulu suaminya bekerja sebagai kuli proyek, namun masalah menghampiri. Penglihatan suaminya bermasalah ketika sedang bekerja yang entah kenapa. Sejak saat itu, suaminya berhenti bekerja dan Winarsih harus berfikir untuk mencari pundi- pundi untuk menyambung kehidupan dan mengirim uang untuk kedua anaknya dikampung.

Winarsih biasa berjualan siang hari dengan mendorong gerobaknya berkeliling rumah- rumah pelanggannya. Dengan langkah kaki penuh harap, berjalan dengan santai Winarsih berharap ada yang memanggilnya untuk membeli pecel sayur dan gorengan buatannya. “kalo ada yang mau beli biasanya dipanggil nanti saya samperin kerumahnya”, jelas Winarsih.

Pecel sayur yang dijualnya biasanya dijual dengan harga lima ribu rupiah untuk satu porsinya, jika ada yang ingin menambahkan gorengan harganya menjadi tujuh ribu rupiah. Pecel sayur yang dijualnya berisikan sayuran yang direbus dan biasa disajikan dengan gorengan dan sambel bumbu kacang kental yang ia buat sendiri.  

Perjuangan yang dijalani Winarsih tak semulus roda berputar, dalam sehari belum tentu dagangannya habis terlebih jika hujan turun dengan deras Winarsih tidak bisa melanjutkan mendorong gerobaknya. Jika hujan turun sangat deras Winarsih terpaksa berhenti dan meneduh demi dagangan dan badannya tidak basah kuyup karna air hujan.

Nominal rupiah yang didapat dalam sehari pun tidak mencapai seratus ribu rupiah, terlebih jika sedang turun hujan yan tak kunjung reda dia terkadang hanya bisa menjual tiga sampai lima porsi saja. “Dapat sehari ya lumayan, yang penting bisa buat makan sama kirim- kirim buat anak di kampung”, jelasnya dengan raut wajahnya yang memikirkan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun