Mohon tunggu...
ni putu suastari
ni putu suastari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa kupu-kupu

saya tertarik pada banyak hal. Dunia ini sangat beragam

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyikapi Kasus Bunuh Diri dalam Sudut Pandang Komunikasi Antar Individu

29 Juli 2022   10:32 Diperbarui: 29 Juli 2022   14:47 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunuh diri menjadi salah satu isu hangat yang tidak akan pernah selesai permasalahannya. Banyak sudut pandang dan persepsi terkait dalam kasus bunuh diri. Persepsi negative terhadap pelaku bunuh diri, atau banyak masyarakat media sosial yang berpendapat bahwa bunuh diri menjadi indicator tingkat Kesehatan mental masyarakat Indonesia yang rendah. Stigma-stigma negatif dan opini masyarakat tentang bunuh diri juga beragam, apalagi dengan masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat beragama, dan dapat diasumsikan "kurang terbuka" terhadap isu-isu seperti mental health. Menyebabkan tembok pembatas yang tinggi terkait tingkat kesehatan mental masyarakat Indonesia.

Banyak diamati di media sosial, remaja dan orang dewasa umur 15-30 tahun memiliki masalah mental health yang harus ditanggapi secara serius. Pada umur 15-40 tahun, individu berada pada fase Quarte Life Crisis. Pada fase ini, individu mengalami kondisi mental yang tidak stabil, karena factor-faktor seperti tekanan batin, rasa takut menghadapi masa depan, atau pencarian jati diri dan tujuan hidup karena tekanan dan tuntutan hidup yang tinggi. Gejalanya, individu akan mulai mempertanyakan tujuan hidup, merasa tidak Bahagia, dan depresi. Gejala ini tentu tidak dapat diamati secara kasat mata, karena tidak semua individu akan menunjukkan sosoknya yang berada pada fase Quarte Life Crisis pada sembarang orang, apalagi ke umum.

Banyak indicator factor yang menjadi penyebab kasus bunuh diri. Diantaranya permasalah ekonomi, asmara, bullying, atau masalah personal individu. Pada dasarnya, setiap individu pasti pernah melewati dan mengalami permasalahan diatas. Lalu mengapa ada individu yang bunuh diri dan ada yang tetap bertahan? Perlu diketahui bahwa kondisi mental individu dengan individu lain tidak bisa disamakan. 

Toleransi seseorang terhadap sesuatu tidak bisa disama ratakan. Seperti contoh, seseorang melakukan bunuh diri karena putus cinta. Atau petani yangbunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan utang bank yang membengkak. Kita tidak boleh menganggap remeh dan asal menjudge masalah seseorang dengan kondisi mental yang berbeda, apalagi ketika individu tersebut berada pada fase Quarte Life Crisis yang sangat rentan akan emosi tidak stabil, dan manajemen diri dalam menghadapi tekanan hidup.

Lalu bagaimana menghadapinya ketika kita atau orang sekitar kita memiliki indikasi mental health yang dapat berujung bunuh diri? Membangun hubungan dan komunikasi dengan orang terdekat. Mengamati dan memberi perhatian kepada orang terdekat kita bisa sangat berarti bagi mereka. 

Kita harus membangun hubungan yang baik dengan orang terdekat sehinnga akan ada ikatan fisik dan emosi yang kuat, dan akan menimbulkan rasa aman dan nyaman antar individu. Tapi bukan berarti kita dapat seenaknya meminta mereka membicarakan masalahnya, meminta mereka terbuka dan lain-lain. Karen hal ini sebaliknya, dapat menjadi pemicu hubungan yang makin renggang pada beberapa individu, gampangnya "illfell". Tentu tidak semua orang merasa nyaman didekati secara tiba-tiba, apalagi misalkan jika didekati secara agresif.

 Kesehatan psikologis tidak dapat ditangani dengan mudah seperti sakit fisik yang pada dasarnya dapat diamati secara fisik. Mental Health tidak bisa ditunjukkan secara blak-blakan pada sembarang orang. Oleh karena itu harus ada komunikasi antar individu yang berarti. Komunikasi antar individu yang berarti antara 2 pihak dapat menjadi upaya mnghadapi dampak Krisis mental health. Menemukan tempat nyaman bercerita, pada beberapa individu menjadi alasan ia bertahan misalnya. Atau keberadaan teman moodboster yang dapat menjaga kestabilan mental. 

Mengupayakan komunikasi antar individu yang baik sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan dan kondisi mental seseorang. Jika diamati individu dengan komunikasi dan lingkungan pergaulan yang tepat, kedekatan fisik, kedekatan emosi, dan komunikasi transaksional yang maksimal jauh kemungkinannya untuk  memiliki pikiran bunuh diri. Keberadaan satu sama lain dalam komunikasi antar individu, yang dalam hal ini terkait mental health sangat bermakna.

"saya  tahu teman saya yang memiliki isu mental health. Saya akan selalu menjaga komunikasi yang baik denganya"

Ya, sangat bagus. Tetapi perlu digaris bawahi untuk mengetahui batasan diri untuk tidak bersikap dan berkata seenaknya. Kita tidak tahu apa yang kita lakukan dapat berdampak apa dan bagaimana kepada orang terdekat kita yang memiliki isu mental health. Perlu diketahui prinsip komunikasi antar individu adalah ambigu. Satu individu dapat mempresentasikan pesan yang disampaikan dengan berbeda. Candaan yang dilontarkan belum tentu dianggap candaan oleh lawan bicaranya. Hubungan antar individu juga dapat berbentuk simetris atau komplementer. 

Interaksi antar individu dapat merangsang pola perilaku yang sama atau berbeda. komunikasi antar individu merujuk pada isi dan hubungan diantara para partisipan. Jika belum memiliki hubungan fisik dan emosi yang dekat, hindari komunikasi yang mengarah ke hal=hal pribadi  dan hal-hal sensitive. Hal ini malah akan semakin mempertebal tembok batasan untuk dekat satu sama lain. Dan tentu saja komunikasi antar individu tidak dapat dihindari, tidak dapat diulang, dan tidak dapat diubah. Apa yang diungkapkan saat ini, akan dicerna diproses dan ditanggapi secara langsung. Oleh karena itu harus selalu berhati-hati dengan kata kata dan sikap yang kita tunjukkan ke lawan bicara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun