Mohon tunggu...
Ni Putu Winni Widiastuti
Ni Putu Winni Widiastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Perkenalkan nama saya Winni, Saya merupakan guru di SMP 5 Singaraja

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pragmatisme di Zaman Modern Pada Bidang Pendidikan

27 November 2024   11:00 Diperbarui: 27 November 2024   11:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tokoh filsuf teori Pragmatisme, Jhon Dewey. Sumber gambar; Wikipedia

Pragmatisme merupakan sebuah aliran filsafat yang muncul di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, menawarkan perspektif unik tentang kebenaran dan pengetahuan. Aliran ini mengajarkan bahwa kebenaran sesuatu diukur berdasarkan manfaat dan kegunaannya bagi tindakan manusia. Dengan kata lain, sesuatu dianggap benar jika bermanfaat dalam menyelesaikan masalah dan memandu tindakan manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Pragmatisme  mendorong  kita  untuk  mencari  pengetahuan  yang  bermanfaat  dan  relevan  dalam  menyelesaikan  masalah  nyata  dalam  kehidupan.  Filsafat  ini  menekankan  pada  pengalaman  praktis  dan  kegunaan  daripada teori  abstrak  yang  terpisah  dari  realitas. Pragmatisme dalam pendidikan modern  memberikan  kontribusi  yang  signifikan  terhadap  perkembangan  pendidikan  modern.

 Prinsip-prinsip  pragmatis  mendorong  perubahan  dalam  sistem  pendidikan  agar  lebih  relevan  dengan  kebutuhan  masyarakat  dan  menghasilkan  individu  yang  mampu  beradaptasi  dengan  perubahan  dunia  modern. Pragmatisme memiliki pengaruh besar terhadap humanisme pendidikan modern. Melalui teori pendidikan progresivisme, pragmatisme menekankan pada peran aktif dan kreatif siswa, pembelajaran melalui pengalaman, dan peran guru sebagai fasilitator. Tujuan pendidikan pragmatis adalah untuk mengembangkan individu yang kompeten, berpikir kritis, dan siap menghadapi perubahan zaman. Pendidikan harus  relevan dengan kehidupan sehari-hari,  mengintegrasikan teori dan praktik,  serta  mendorong  pengalaman  yang  bermakna  bagi  siswa

Pragmatisme juga menekankan pentingnya penyesuaian terhadap konteks.  Aliran filsafat ini menolak pendekatan universal dan absolut terhadap pengetahuan, dan sebaliknya menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual seperti budaya, sosial, dan lingkungan dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan yang semakin beragam dan global, pendekatan ini sangat relevan, karena memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang bermakna dan relevan dengan kehidupan mereka sendiri pragmatisme menekankan pentingnya relevansi pendidikan terhadap kehidupan siswa. Pendidikan pragmatis bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dan peluang di dunia nyata, bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan teoritis yang terisolasi. Hal ini sejalan dengan tuntutan masyarakat modern yang membutuhkan individu yang mampu beradaptasi, inovatif, dan mampu memecahkan masalah kompleks.

Pragmatisme juga memiliki keunggulan dalam Pendidikan modern seperti halnya dalam menyiapkan individu yang kompeten, pragmatisme mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa,  aktif,  dan  relevan  dengan  kehidupan  nyata.   Metode  pembelajaran  yang  ditekankan  berfokus  pada  pengalaman,  keterlibatan,  dan  pemecahan masalah.  Hal ini  membentuk  individu  yang  mampu  berpikir  kritis,  kreatif,  dan  mampu  menyesuaikan  diri  dengan  perubahan  zaman. Pragmatisme juga mengakui  kemampuan  manusia  untuk  menghadapi  masalah  dan  mengambil  keputusan  sendiri. Hal tersebut  mendorong  siswa  untuk  mengembangkan  kreativitas  dan  kemampuan  berfikir  independen,  yang  sangat  diperlukan  dalam  zaman  yang  dinamis  ini. Selain dari itu, Pembelajaran  pragmatis  menekankan  pada  pengalaman  dan  keterlibatan  aktif  siswa.  Hal ini  membuat  pembelajaran  lebih  menarik,  bermakna,  dan  relevan  dengan  kehidupan  sehari-hari. Hal  ini  menghilangkan  kesenjangan  antara  pengetahuan  dan  praktik,  sehingga  pengetahuan  yang  diperoleh  lebih  mudah  diterapkan. Pragmatisme juga dapat mempromosikan kolaborasi dan kerjasama yang artinya, Pragmatisme  mendorong  pembelajaran  kooperatif  dan  demokratis,  dimana  siswa  bekerja  sama  dalam  kelompok  untuk  memecahkan  masalah.  Keterampilan  sosial  dan  kolaborasi  menjadi  sangat  penting  di  zaman  modern  yang  menuntut  kerja  sama  antar  individu

Berdasarkan kelebihanya, adapun penerapan pragrmatisme dalam Pendidikan yaitu yang pertama pembelajaran berbasis proyek , Siswa  dilibatkan  dalam  proyek  yang  menangani  masalah  sosial  atau  lingkungan  di  sekitar  mereka,  membantu  mereka  mengaplikasikan  pengetahuan  dan  keterampilan  dalam  konteks  nyata. Kedua, Siswa  mengunjungi  industri  atau  lembaga  yang  berkaitan  dengan  mata  pelajaran  yang  dipelajari,  mendapatkan  pengalaman  praktis  dan  memahami  aplikasi  pengetahuan  dalam  dunia  kerja., dan ketiga Siswa  dilibatkan  dalam  simulasi  yang  meniru  situasi  nyata,  menerapkan  pengetahuan  dan  keterampilan  dalam  konteks  yang  mendorong  berfikir  kritis  dan  pemecahan  masalah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari teori John Dewey yang menekankan bahwa pendidikan sebagai alat untuk mengimplementasikan pragmatisme. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus bersifat aktif dan berbasis pengalaman, di mana siswa terlibat dalam pemecahan masalah nyata. Mitigasi yang dapat diberikan dalam penerapannya adalah melalui metode pembelajaran yang interaktif, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Implikasi dari pragamtisme dalam Pendidikan menekankan pada pengalaman sebagai basis utama pembelajaran.  Aliran ini memandang pendidikan sebagai proses terus menerus menyusun kembali dan menata ulang pengalaman siswa,  yang kemudian membantu mereka tumbuh dan berkembang. Pragmatisme juga mengubah peran guru menjadi fasilitator yang membantu siswa mengembangkan kemampuan berkomunikasi, berdialog, dan memecahkan masalah. Siswa sendiri dianggap sebagai individu aktif yang belajar dengan terlibat langsung dalam proses belajar dan menemukan jawaban atas masalah yang mereka hadapi. Dalam hal kurikulum, pragmatisme menekankan pada relevansi dengan kebutuhan siswa dan pembelajaran yang terintegrasi dengan kehidupan nyata.  Metode pragmatis menekankan pada pengalaman langsung,  studi lapangan,  dan  metode pemecahan masalah. Dengan kata lain pragmatisme dapat mendorong pendidikan yang berpusat pada siswa,  menekankan  pada  pengalaman  langsung,  dan  meningkatkan  keterlibatan  aktif  siswa  dalam  proses  belajar.  Aliran  ini  membantu  membentuk  individu  yang  mampu  menyesuaikan  diri  dengan  perubahan  zaman  dan  berkontribusi  pada  masyarakat.

Meskipun pragmatisme menawarkan banyak kontribusi positif bagi pendidikan modern, pendekatan ini juga memiliki batasan dan kritik.  Salah satu kritiknya adalah potensi untuk mengabaikan pengetahuan dasar dan struktur kurikulum yang terorganisir.  Fokus pada pengalaman dan relevansi dapat menyebabkan kurangnya kedalaman dan kekokohan dalam pemahaman konsep-konsep fundamental. Kritik lainnya adalah potensi untuk relatifisme, di mana kebenaran dan nilai dianggap relatif terhadap konteks dan pengalaman individu.  Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran tentang standar dan tujuan pendidikan yang konsisten.  Selain itu, implementasi pragmatisme dalam praktik pendidikan dapat menghadapi tantangan dalam hal sumber daya, pelatihan guru, dan penilaian pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun