Mohon tunggu...
Nisaa Hakim
Nisaa Hakim Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - NUB

Belajar dari setiap orang yang saya temui. Belajar dari lingkungan. Belajar tidak ada batas waktu. Refleksi diri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pagi yang Terik di Sebuah Kota

7 Desember 2018   21:18 Diperbarui: 7 Desember 2018   21:41 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pagi yang sangat terik.

Tajuk merajuk menolak kata, mengawali hari menelusuri kota.

Terkenang tiada tara, simpuh hadapnya meronta meminta belas kasih.

Iba. Kelemahan yang memicu gundah.

Senyum ikhlas dariku melengkung jua tertutupi kain yang menutup separuh wajahku, yang seolah mencegahku.

Pandainya api dalam kobarnya menyelinap ke sela-sela hati dan pikiran manusia.

Awalnya ingin berkata-kata. Namun tertahan oleh kuatnya iman yang tak mungkin menjerumuskan. Dipadukan oleh luasnya pikiran yang mengusung akal sehat bercampur ego.

Karena ku memang harus tega.

Tak apa beri ia tega, karena frekuensinya tak lagi sama.

Tak apa tak usah iba, karena ia tak lagi kusebut Kita.

Yogyakarta, Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun