Mohon tunggu...
Ngudi Tjahjono
Ngudi Tjahjono Mohon Tunggu... Dosen - Menyukai menulis dan menggambar

NGUDI TJAHJONO. Lahir di Lumajang tanggal 22 Maret 1960. Bekerja sebagai dosen di Universitas Widyagama Malang. Menekuni bidang Transportasi, Ergonomi dan Lingkungan Hidup. Menulis dan melukis adalah kegemarannya. Menjadi motivator spiritual dan pengembangan sumberdaya manusia adalah panggilan hatinya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senang dan Bahagia

3 Agustus 2022   19:40 Diperbarui: 3 Agustus 2022   19:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seringkali kita menggunakan istilah "senang" dan "bahagia" untuk satu hal yang sama. Padahal keduanya berbeda.

Istilah "senang" di KBBI memiliki makna: puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa, dan sebagainya. Sedangkan "kebahagiaan" adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan, ketenteraman hidup secara lahir dan batin yang maknanya adalah untuk meningkatkan visi diri.

Menurut Wikipedia, kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Berbagai pendekatan filsafat, agama, psikologi, dan biologi telah dilakukan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya.

Dalam pandangan Islam, seseorang yang bahagia adalah seorang mukmin shaleh yang selalu taat akan menunaikan hak-hak Tuhannya dan memenuhi hak-hak makhluk lainnya dengan berpedoman kepada syari'at, baik lahir maupun batin. Kebahagiaan ini merupakan impian di mana semua orang ingin memilikinya.

Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai oleh individu. Dia mengklasifikasikan emosi positif menjadi tiga kategori yaitu berhubungan dengan masa lalu, sekarang dan masa depan.

Kebahagiaan tidak selamanya didapatkan dari kemewahan hidup, karena tidak semua orang kaya dapat merasakan kebahagiaan hidup. Kebahagiaan juga tidak bisa ditandai dari tingginya jabatan yang dipegangnya, karena tidak semua pejabat dapat merasakan kebahagiaan. 

Ketampanan, kecantikan dan kebagusan tubuh juga bukan ukuran kebahagiaan, karena tidak sedikit para artis yang hidupnya menderita. Maka, muncullah istilah "bahagia itu sederhana" yang memiliki makna yang sangat dalam.

Rasa bahagia biasanya terpancar pada raut muka seseorang yang merasakannya. Namun tidak selalu demikian. Ada juga yang disebut dengan "bahagia dalam tangis" atau "bahagia dalam penderitaan." Untuk memahami hal ini perlu penjelasan yang cukup dalam. Saya rasa, Anda -para pembaca-, juga pernah merasakannya.

Maka dapat dipahami, bahwa "senang" tidaklah sama dengan "bahagia." Orang yang senang mendapatkan sesuatu, namun belum tentu bahagia dalam hidupnya. Sedangkan orang yang selalu bahagia akan merasakan hidup yang menyenangkan walaupun harus berpayah-payah dalam perjuangan.

Kunci kebahagiaan adalah keikhlasan dan rasa syukur di dalam menjalani hidup. Nikmat kehidupan yang diterimanya dari Tuhan disadarinya jauh lebih besar daripada kekurangan yang dimilikinya. Maka kekurangan itu menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan nikmat yang diterimanya. 

Disadari pula, bahwa setiap orang memiliki kekurangan yang berbeda-beda, dan semua itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan nikmat kehidupan yang dimilikinya.

Wallahu a'lam bishshawab.

Ngudi Tjahjono (Malang, 2 Agustus 2022)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun