Mohon tunggu...
Ngudi Tjahjono
Ngudi Tjahjono Mohon Tunggu... Dosen - Menyukai menulis dan menggambar

NGUDI TJAHJONO. Lahir di Lumajang tanggal 22 Maret 1960. Bekerja sebagai dosen di Universitas Widyagama Malang. Menekuni bidang Transportasi, Ergonomi dan Lingkungan Hidup. Menulis dan melukis adalah kegemarannya. Menjadi motivator spiritual dan pengembangan sumberdaya manusia adalah panggilan hatinya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dia Pergi Sebelum Harapannya Terpenuhi

24 September 2021   06:00 Diperbarui: 2 Agustus 2022   19:38 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada tanggal 10 Juli 2021, sahabat saya, Djadjang Joedianto, mengirim pesan WA. Pesan itu berupa tulisan tentang getaran frekuensi tubuh untuk melawan virus.

Tulisan tersebut diambil dari buku "Power vs Force" merupakan hasil tesis doktor. Naskah asli oleh Bhargav Sarvagya.

Dijelaskan, bahwa virus Covid-19 memiliki getaran frekuensi 5,5 Hz dan mati di atas 25,5 Hz. Ada tempat-tempat, kondisi tubuh, makanan, sikap dan perilaku dengan getaran frekuensi rendah dan tinggi. Jika kita berada pada getaran dengan frekuensi rendah, maka tidak mampu melawan virus tersebut. Jadi harus berusaha untuk berada pada kondisi getaran tinggi, sehingga virus menjadi lemah.

Dikutip juga dalam tulisan tersebut, "Banyaklah membaca kitab suci untuk meningkatkan energi positif!" (Dafid R. Hawkins)

Djadjang selanjutnya menuliskan pesan, "Njenengan saget nggih ngaturi pencerahanipun materi di atas. Miyos zoom, kulo nurut," campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Maksudnya, "Kamu bisa ya memberi pencerahan materi di atas. Melalui zoom, saya ikut."

Beliau meminta saya menyampaikan materi itu karena tahu, bahwa saya - sebagai motivator - sering menyampaikan materi-materi motivasi di berbagai forum. Beliau beberapa kali tidak bisa mengikuti materi saya karena alasan kesempatan yang tidak memungkinkan. Untuk materi ini rupanya beliau sangat berharap saya bisa.

Pada saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 dan berada pada kondisi kritis. Maka tidak mungkin menyambut permintaan tersebut. Dalam hati saya berjanji, bahwa setelah sembuh akan saya penuhi.

Tanggal 1 Agustus 2021 saya diperkenankan pulang untuk pemulihan di rumah. Tentu kondisi saya masih lemah dan masih perlu bantuan oksigen. Saturasi belum stabil.

Melalui grup WA teman-teman alumni SMPN Lumajang tahun '76, saya mengetahui bahwa ternyata sahabat saya tersebut juga sedang terpapar Covid-19 dan dirawat di rumah sakit di Surabaya. Dan tanggal 5 Agustus 2021 ada kabar beliau wafat. Ada getaran keras di jantung ini. Perasaan terkejut sekaligus sedih. Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'uun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu.

Ada ganjalan di hati, jika tidak boleh saya sesali, bahwa saya belum bisa memenuhi permintaan beliau. Sebenarnya sudah saya niatkan akan saya penuhi saat saya sudah sehat. Namun, Allah telah berkehendak lain, memanggilnya lebih awal. Beliau sangat ingin mengikuti materi-materi ceramah saya, tetapi belum kesampaian bahkan satu materi pun.

Ini yang selalu menjadi kenangan batin saya bersama beliau. Beliau orang baik yang selalu berusaha untuk menjalin silaturrahim walaupun saling berada pada jarak yang tidak dekat. Saya tinggal di Malang, beliau tinggal di Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun