Mohon tunggu...
Ngudi Tjahjono
Ngudi Tjahjono Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah staf pengajar di Program Studi Teknik Industri, Universitas Widyagama Malang. Untuk menyimak tulisan saya yang lain, silakan membuka: https://teraspotensia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mari Berbicara dengan Pena

24 Juli 2016   17:21 Diperbarui: 27 Juli 2016   17:21 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://catatanojhie.blogspot.co.id/2014/04/mereka-dan-kata-kata.html

Berbicara adalah suatu aktivitas menyampaikan pesan ke orang lain dengan menggunakan perangkat tubuh tertentu. Berbicara biasanya menggunakan lisan jika pesan yang disampaikan berupa ucapan (suara). Namun, berbicara juga bisa menggunakan perangkat tubuh yang lain, misalnya tangan, jika yang disampaikan berupa tulisan. Berbicara, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebut juga berkata, bercakap atau berbahasa yang maknanya adalah melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya. 

Menulis pada hakikatnya sama dengan berbicara. Kita perlu menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan hati kita kepada orang lain agar mereka memahaminya. Penyampaian pesan itu dalam bentuk tulisan.

Ketika kita bisa berbicara dengan lisan kita rasakan sangat mudah, maka demikian juga seharusnya dengan menulis. Hanya saja, perangkat tubuh yang digunakan berbeda. Berbicara dengan ucapan menggunakan lisan, sedangkan menulis menggunakan tangan. Jika kita merasa kesulitan berbicara melalui tulisan, itu hanyalah karena kita tidak terbiasa melakukannya.

Nah, karena tingkat kemudahan menggunakan kedua perangkat tersebut peluangnya sama, maka marilah kita setarakan. Mari kita memulai untuk melatih (menerampilkan) diri untuk menulis. Jika kita sudah terampil, maka menulis itu sama menyenangkannya dengan berucap. Bahkan menulis itu memiliki kelebihan, yaitu sekali ditulis tidak akan hilang (kecuali) jika dihapus. Isi tulisan bisa dibaca oleh orang banyak dalam rentang waktu yang lama ke depan.

Ucapan akan segera hilang dan dilupakan segera setelah diucapkan. Apalagi jika pembicaraannya panjang, hanya sedikit yang mampu ditangkap oleh lawan bicaranya atau pendengarnya. Namun demikian, ucapan juga memiliki kelebihan, yaitu kesertaan ekspresi yang mencerminkan perasaan pembicara. Sedangkan pada tulisan, perasaan penulis harus diuraikan dalam rangkaian kata-kata.

Pesan dan misi tertentu yang dikandung dalam ucapan, misalnya ceramah, jangkauan dan jumlah sasarannya terbatas. Sedangkan tulisan, jangkauan dan jumlah pembacanya tak terbatas, baik lingkup wilayah maupun jangka waktunya. Apalagi jika tulisan itu dituangkan di dunia maya, maka akan dibaca oleh pembaca di seluruh dunia kapan pun dan di mana pun.

Nilai manfaat dari isi tulisan itu akan menginspirasi sangat banyak orang. Jika itu dinilai dari sisi ibadah, subhanallah, pahalanya akan terus mengalir selama tulisan itu masih ada dan dibaca orang. Inilah salah satu faktor yang membuat penulis "panjang umurnya" kendati tubuhnya sudah tidak lagi hidup di bumi ini.

Bayangkan, jika yang ditulisnya adalah hal-hal yang positif dan bermanfaat. Apalagi jika tulisannya terus bertambah setiap hari memenuhi khazanah pengetahuan di alam ini. Maka manfaat baliknya bagi penulis juga akan terus menumpuk berlipat ganda setiap waktu. Spektakuler, bukan?

Nah, bisakah manfaat ini didapatkan dari pesan lisan? Anda yang bisa menjawabnya. Selamat memulai melatih diri dalam menyetarakan tangan dan lisan untuk berbicara! Semoga bermanfaat!

Ngudi Tjahjono, Malang (23 Juli 2016)

---------------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun