Mohon tunggu...
Ngudi Tjahjono
Ngudi Tjahjono Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah staf pengajar di Program Studi Teknik Industri, Universitas Widyagama Malang. Untuk menyimak tulisan saya yang lain, silakan membuka: https://teraspotensia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kenali Model Bangunan Demi Kenyamanan Keluarga

16 Juli 2016   14:30 Diperbarui: 27 Juli 2016   13:34 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Rumah di Belanda. (http://www.solusiproperti.com/internasional/eropa/artikel/rumah-kaca-kelas-atas-di-belanda)

Mungkin Anda merupakan salah seorang yang pernah merasakan ketidak nyamanan ketika berada di dalam bangunan atau rumah yang indah dan megah. Ketidak nyamanan itu bisa berupa udara yang pengap, panas, gerah, silau, bising, dan sebagainya. Ternyata tidak selalu berhubungan antara keindahan dan kemegahan bangunan atau rumah dengan rasa nyaman orang yang berkativitas di dalamnya. Hal ini berkaitan dengan rancangan bangunan dan kesesuaiannya dengan lingkungan di mana bangunan itu berada.

Agar penghuni merasa nyaman di dalamnya, maka bangunan semestinya dirancang selaras dengan kondisi lingkungan. Potensi cahaya matahari, udara, air, suhu, arah angin, dan kebisingan lingkungan lazim menjadi pertimbangan penting di dalam merancang bangunan. Tentu saja peruntukan bangunan juga menjadi faktor yang tidak kalah penting di dalam memilih model rancangan yang sesuai.

Ketidaksesuaian hasil rancangan dengan kebutuhan penghuni seringkali terjadi. Model bangunan yang modern dengan dominasi kaca berbentuk indah ternyata dirasakan gerah dan pengap oleh penghuninya. Mengapa hal ini terjadi? Agaknya si penrancang mengadopsi begitu saja model bangunan di daerah sub-tropis untuk diterapkan di daerah tropis seperti Indonesia ini. 

Kondisi di daerah sub-tropis yang dingin memang memerlukan cahaya matahari yang banyak untuk menghangatkan suhu di dalam ruangan. Karena itu diperlukan luasan bukaan dinding yang lebih besar dan ditutup kaca agar bisa memasukkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. 

Berbeda dengan di daerah tropis yang suhunya panas, cahaya matahari diperlukan secukupnya saja. Yang diperlukan lebih banyak adalah aliran udara dari luar ke dalam bangunan. Kaca diperlukan sekedar pengaman dari gangguan orang atau binatang di samping sebagai unsur estetika. Karena ketersediaan cahaya matahari yang melimpah, maka bukaan dinding tidak perlu selebar didaerah sub-tropis. Ventilasi sebagai pintu masuk-keluarnya aliran udara diperlukan lebih banyak. Maka teknik peletakan dan luasan bukaan dinding untuk pencahayaan dan ventilasi merupakan seni fisika yang perlu diperhitungkan secara cermat.

Sifat dari kaca adalah bisa meneruskan (dilalui) cahaya matahari ke dalam ruangan. Udara di dalam ruangan yang terpapar cahaya matahari akan menjadi panas. Udaya yang panas ini harus dialirkan keluar. Jika pintu dan jendela yang didominasi kaca tertutup rapat, maka panas tidak bisa mengalir keluar, karena kaca tidak bisa meneruskan panas. Akibatnya suhu di dalam ruangan semakin panas. Peningkatan panas di dalam ruang selain disebabkan oleh cahaya matahari, juga disebabkan oleh suhu tubuh manusia yang beraktivitas di dalamnya. 

Suhu udara di dalam ruangan yang panas ini hanya bisa dialirkan melalui ventilasi. Keberadaan ventilasi yang tidak diperhitungkan dengan cermat juga tidak akan banyak menolong. Pada beberapa kasus, walaupun ada ventilasi tetapi ternyata udara di dalam ruangan tidak bergerak. Hal ini disebabkan oleh kesalahan perhitungan ventilasinya. Agar udara dapat bergerak dengan baik, maka penempatan ventilasi dan ukurannya harus tepat.

Pemilihan bahan bangunan yang digunakan pun juga memegang peranan penting. Bahan bangunan yang bersifat menyimpan panas lebih lama seperti batu atau beton. Radiasi panas yang disimpannya akan dipancarkan ke dalam ruangan walaupun cahaya matahari sudah tidak lagi memaparnya (malam hari). Jika memang harus menggunakannya, maka harus bisa dikondisikan agar bahan-bahan tersebut tidak terpapar langsung oleh sinar matahari dalam durasi waktu yang lama.

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana caranya memanipulasi model bangunan untuk memperlakukan cahaya matahari dan angin untuk keperluan kenyamanan manusia. Di samping itu, penataan lingkungan berupa tetumbuhan dan air di sekitar rumah juga sangat membantu mewujudkan kenyamanan di dalam rumah. Sekali lagi, "Jangan asal mengadopsi model bangunan sub-tropis untuk diterapkan di Indonesia jika hanya sekedar ingin dikatakan modern!" 

Bayangkan, ada bangunan sekolah yang mentah-mentah mengambil model bangunan di luar negeri. Memang terlihat modern, tetapi, ternyata semua murid dan guru-gurunya mengeluh kegerahan. Jika sudah terlanjur seperti ini, untuk mengatasinya, terpaksa harus mengeluarkan biaya lagi yang cukup besar untuk membeli Air Conditioner (AC). Mungkin istilah yang pas adalah, "latah" mendatangkan penderitaan. Semoga tidak terjadi lagi.

Selamat bereksperimen! 

Ngudi Tjahjono, Malang (16 Juli 2016)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun