Mohon tunggu...
Adzania Ayu
Adzania Ayu Mohon Tunggu... Lainnya - Accounting Student

We were born to be alone

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mental Illness, Silent Killer Banyak Remaja

18 November 2020   18:23 Diperbarui: 18 November 2020   18:29 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Gangguan mental memiliki kontribusi sebesar 23% terhadap beban kesehatan mental. Hanya 10% penderita yang menerima penanganan oleh professional, sehingga menimbulkan dampak pada beban sosial dan ekonomi. Penyakit mental biasanya selalu dikaitkan dengan kesulitan atau masalah yang berfungsi dalam kegiatan sosial, pekerjaan, atau keluarga. Ada pun tanda dan gejala jika anda mengalami gangguan mental, antara lain:

  • Merasa sangat sedih
  • Ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan, atau perasaan bersalah yang ekstrim
  • Perubahan suasana hati yang ekstrim
  • Penarikin diri dari teman
  • Terjadi delusi, paranoia atau halusinasi
  • Perubahan besar dalam kebiasaan makan
  • Kelelahan yang parah atau masalah tidur

Sekarang ini, begitu marak terjadinya penyakit mental atau mental illness pada kalangan remaja. Hal ini disebabkan karena banyaknya beban dan tuntutan pada remaja masa kini. Tak hanya itu, banyak yang mengaku jika mental illness mereka muncul akibat tekanan dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya. 

Kurangnya apresiasi dan perhatian menyulut rasa stress dan akhirnya muncullah mental illness dalam diri mereka. Penyakit mental yang biasa ditemukan pada remaja adalah anxiety disorder (gangguan kecemasan), mood disorder (gangguan perasaan), dan personality disorder (gangguan kepribadian). Seseorang yang memiliki anxiety disorder dalam kondisi parah dapat berhari-hari tidak ingin keluar dari kamar dan berhubungan dengan dunia luar.

Saat ini, sedang popular kalimat ‘Insecure’ di kalangan remaja. Insecure adalah kondisi saat mental kita merasa cemas dan takut secara berlebihan, sehingga kita melakukan sesuatu dengan cara berhati-hati. Insecure muncul ketika rasa tidak percaya diri menguasai diri. Bahkan, penderita insecure kerap kali membandingkan diri dengan orang lain karena merasa diri sendiri lebih buruk dibandingkan orang lain. 

Faktor yang biasanya menyebabkan seseorang sering merasa insecure, antara lain adanya trauma, adanya masalah pada penampilannya, faktor ekonomi, dan hubungan sosial. 

Kurangnya rasa mencintai diri sendiri dan menghargai penampilan juga menjadi faktor penyebab rasa insecure. Banyak orang yang terlihat nyaman saja dengan penampilannya, tetapi ada saja tanggapan yang membuat mereka merasa sangat buruk. Setelah itu, muncul rasa kurang percaya diri dan malu pada diri sendiri, sehingga dapat membuat rasa depresi yang berlebihan dan memicu timbulnya mental illness.

Sementara itu, di era teknologi yang semakin bebas seperti sekarang, banyak orang yang bebas mengutarakan pendapat dan kritiknya. Saking bebasnya, antara pendapat, kritik, dan hinaan tidak dapat dibedakan lagi. 

Semua orang dengan lancarnya memberikan sebuah ‘kritik’ yang tanpa diketahui itu sebenarnya hinaan dan dapat membuat orang yang dimaksud merasa sakit hati. Mereka berdalih bahwa hinaan itu adalah kritik, padahal jika dilihat fungsi dari kritik adalah untuk membangun hal yang lebih baik lagi, bukan menjatuhkan. 

Hal ini yang membuat banyak orang yang tidak lagi mencintai diri sendiri karena adanya kritik yang menjatuhkan seperti itu. Merasa tidak nyaman untuk berekspresi di media sosial, padahal itu adalah hak diri sendiri untuk berekspresi di media sosial. Dampak paling buruknya adalah menyakiti dirinya sendiri bahkan memutuskan untuk bunuh diri karena adanya komen negatif yang terdapat pada media sosial mereka. Rasa cemburu, iri dan dendam menjadi motif munculnya komen negatif tersebut.

Dalam mencegah maraknya terjadi kasus mental illness, di berbagai negara maju sudah memiliki banyak cara pengobatannya. Di Indonesia sendiri khususnya beberapa daerah masih menganggap tabu tentang penyakit mental ini. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa penyakit mental sama dengan gila, padahal penyakit mental dan penyakit jiwa berbeda. Selain itu, banyak masyarakat yang berpikir bahwa penyakit mental berarti jauh dari tuhan. 

Padahal, gangguan mental berarti tanda kondisi psikis kita sudah tidak mampu menahan semua beban dan tekanan, sehingga terciptanya gangguan mental dalam diri. Salah satu aspek penting dalam berkembangnya seseorang, yaitu dukungan masyarakat menjadi hal yang sangat sulit digapai oleh penderita mental illness. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun