Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Belajar dari Buku-Buku tentang Menulis

23 Januari 2023   12:01 Diperbarui: 23 Januari 2023   12:11 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngainun Naim

Menulis itu dunia unik. Disebut demikian karena tidak ada yang bisa ditiru sama persis dari proses kreatif seorang penulis oleh penulis lainnya. Hal yang bisa dilakukan adalah belajar dari pengalaman seorang penulis lalu diimplementasikan sesuai dengan konteks kepenulisan masing-masing.

Menulis itu bukan kerja mekanis yang segala sesuatunya mengikuti pola tetap. Menulis itu berkaitan dengan banyak aspek yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satunya adalah seni.

Berkaitan dengan seni ini, penting menyimak penjelasan Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara dalam buku Seni Mengukir Kata (Bandung: MLC, 2005). Dijelaskan bahwa seni menulis itu tidak hanya berkaitan dengan teori tetapi juga berkaitan dengan pengalaman, latihan-latihan, dan panduan-panduan yang dibuat oleh para penulis yang sudah berpengalaman. Seni merupakan aktualisasi tentang bagaimana sebuah karya dihasilkan.

Hal ini menunjukkan bahwa aspek yang penting dalam menulis itu teori. Tentu bukan teori dalam maknanya yang substantif-komprehensif tetapi teori sederhana yang menjadi semacam "pagar" atas tulisan yang dibuat. Esai secara teori tentu berbeda dengan artikel jurnal. Resensi buku tentu berbeda dengan book chapter. Begitu seterusnya.

Namun teori semata tidak akan bisa membuat seseorang bisa menulis. Teori menulis itu penting tetapi teori itu fungsinya semacam kompas. Ia menjadi penunjuk arah. Namun sifatnya pasif. Jika tidak bergerak, kompas menjadi tidak ada fungsinya.

Aspek yang lebih penting adalah praktik menulis. Praktik menulis, sebagaimana dijelaskan oleh Zainurrahman dalam buku Menulis Dari Teori Hingga Praktik (Bandung: Alfabeta, 2013), adalah bagian paling penting dalam rangkaian menulis. Semakin sering praktik, peluang untuk meningkatnya kapasitas menulis semakin besar. Jarang praktik, sulit menjadi ahli.

Menulis itu sesungguhnya bukan hanya persoalan sulit atau mudah. Hal ini disebabkan karena menulis itu berkaitan dengan banyak aspek yang saling berkait-kelindan. Sulit atau mudah itu relatif.

Menulis akan semakin terasah jika dilakukan dalam kelas-kelas kepenulisan. Banyak orang yang ingin menulis tetapi keinginan itu tidak bisa terwujud. Faktor yang utama adalah kegagalan mengelola diri sehingga gagal menghasilkan karya.

Pada titik inilah kita penting belajar kepada para penulis yang sudah sukses. Pengalaman mereka adalah sumber inspirasi. Bukan untuk diduplikasi tetapi dijadikan sebagai referensi. Pengalaman tersebut memiliki manfaat yang sangat penting bagi mereka yang sedang belajar menulis.

Jalan untuk menjadi penulis itu tidak sederhana. Jalannya panjang dan berliku. Hanya mereka yang gigih, teguh, dan terus konsisten saja yang pada akhirnya bisa menjadi penulis pada maknanya yang substantif.

Pengalaman penulis lain penting untuk dibagikan kepada masyarakat luas. Catatan pengalaman ini bisa membangun pemahaman bahwa menjadi penulis itu tidak bisa instan. Ada proses panjang dan berliku yang harus dilalui.

Antoni Ludfi Arifin dalam buku Be A Reader (2013) memperkenalkan dua kosa kata yang bisa kita pakai untuk konteks dunia kepenulisan. Kedua kosakata tersebut adalah "instan" dan "intan". Kata "instan" maknanya cepat. Aspek yang menjadi titik tekan adalah hasil, bukan proses. Cara apa pun tidak dipermasalahkan asal terwujud hasil.

Pemilik cara kerja instan ini adalah mereka yang tidak peduli pada proses panjang kepenulisan. Tulisan karyanya pun belum tentu merupakan karyanya sendiri. Bisa jadi ia meminta orang lain untuk membuatkan karyanya. Intinya adalah bagaimana ada karya atas Namanya.

Intan itu prosesnya panjang dan tidak mudah. Kesabaran dan ketekunannya menjalani proses pada akhirnya membawa hasil yang menggembirakan. Harganya mahal. Penulis yang berproses dengan kesabaran dan ketekunan bisa diibaratkan dengan intan. Jika ia sukses maka itu merupakan konsekuensi dari kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas yang ia jalani.

Buku-buku tentang menulis sesungguhnya sudah sangat banyak. Pelatihan demi pelatihan kepenulisan juga berlimpah. Namun demikian bukan berarti jumlah penulis melesat tajam. Ternyata realitasnya belum sesuai ekspektasi. Jumlah meningkat memang iya, tetapi bukan berarti pertambahannya luar biasa. Masih butuh kerja keras untuk terus membudayakan menulis sehingga jumlah orang yang bisa menulis semakin hari semakin banyak. Tentu dengan kualitas yang baik.

Pada titik inilah buku-buku tentang pengalaman menulis menemukan titik signifikansinya. Buku semacam ini bisa menjadi semacam referensi tentang bagaimana menulis dan menghasilkan karya. Bagi yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam menulis, tentu menulis itu hal biasa. Hal ini disebabkan karena ia telah terbiasa untuk menulis. Namun bagi yang masih berproses, menulis itu merupakan sebuah persoalan.

Informasi dari penulis yang sudah berpengalaman sangat penting artinya. Para peminat dunia menulis akan bisa belajar dari buku semacam itu. Namun demikian para penulis pemula selayaknya merenungkan pendapat Mohamad Ali Hisyam (2019) yang menyatakan bahwa dunia menulis itu bukan dunia main-main. Jika sekadar ingin bisa menulis lalu praktik sekali dua kali, tidak akan bisa membuat seseorang bisa menulis.

Menulis itu akan bisa menjadi tradisi manakala dilakukan dengan landasan cinta dan kedamaian hidup. Ketika seseorang memilih untuk menekuni dunia menulis, sesungguhnya itu merupakan pilihan untuk menekuni dunia asketis. Niat yang kuat dan rela berkorban menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Waktu, tenaga, dan biaya tampaknya menjadi aspek pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh orang yang memutuskan untuk menekuni dunia menulis.

Menulis buku itu meneguhkan apa yang pernah ditulis oleh Peng Kheng Sun (2013) bahwa buku itu memiliki dampak besar bagi pembaca. Buku yang ditulis sesungguhnya memiliki kontribusi dalam membangun kehidupan pembacanya. Dalam kerangka yang lebih luas, buku yang baik adalah salah satu penyokong peradaban.

Semakin banyak buku bermutu ditulis dan terbit, semakin bagus dalam kerangka membangun peradaban yang maju. Buku adalah modal penting bagi kemajuan. Lewat buku ini diharapkan akan lahir buku-buku bermutu dari para penulis yang terinspirasi oleh buku ini. Begitulah, tanpa buku peradaban akan beku. Maknanya, peradaban tidak akan memberikan banyak kemajuan dalam kehidupan manusia.

Trenggalek, 23 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun